Konten dari Pengguna

Ramalan Tokoh yang Menyebut Istilah Ratu Adil

Hijab Lifestyle
All about hijab.
20 September 2018 13:58 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ada beberapa ramalan yang dianggap mendukung ideologi tersebut diantaranya yang sangat populer yakni ramalan atau jangka Jayabaya dari zaman Kerajaan Kediri yang secara meyakinkan menyebut akan datangnya juru selamat atau Ratu Adil.
ADVERTISEMENT
Digambarkannya saat itu datang masa dimana masyarakatnya hanya memburu uang atau kekayaan semata serta saat masyarakat tersebut hidup dalam kemelaratan, saat itu pula datang juru selamat yang dalam ramalannya disebut Sultan Erucakra, Jayabaya melambangkannya dengan Tunjung Putih Semune Pudhak Sinumpet. Artinya seorang berhati suci yang identitasnya masih disembunyikan oleh kegaiban Tuhan.
Ramalan Tokoh yang Menyebut Istilah Ratu Adil
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Ilustrasi Tokoh Peramal dari Keraton | www.flickr.com by Istana Kerajaan dan Kesultanan di Indonesia's
Ramalan Jayabaya tentang akan datangnya Ratu Adil diperkuat Raden Ngabei Ronggowarsito. Pujangga ini hidup di Keraton Surakarta, antara tahun 1801 sampai 1873. Melalui tulisannya Serat Joko Lodang, Ronggowarsito menuturkan ramalannya.
Sangkalane maksih nunggal jamanipun
Neng sajroning madya akir
Wiku Sapta Ngesthi Ratu
Adil parimarmeng dasih
ADVERTISEMENT
Ing kono kersaning Manon…….
Artinya:
Waktunya akan tiba di dalam zaman yang sama, di dalam tengahan-tengahan tahun, Tahun Jawa 1877 Wiku=7 Sapta=7 Ngesti=8 Aji=1 akan ada keadilan. Itu sudah menjadi kehendak Tuhan.
Tahun Jawa 1877 bertepatan dengan tahun 1945 Masehi, yang menjadi pertanyaan siapa sesungguhnya yang dimaksud Ronggowarsito pada tahun 1945 tersebut?
Ramalan lain akan datangnya Ratu Adil datang dari Sabdopalon, dalam Jangka Sabdopalon, disebut-sebut kadatangan Ratu Adil bisa mencapai lima ratus tahun yang biasanya perhitungannya berdasarkan letusan Gunung Merapi, Jangka Sabdopalon ini sebenarnya bercerita tentang runtuhnya Kerajaan Majapahit mengingat Sabdopalon adalah seorang abdi dalem kerajaan.
Di dalamnya berkisah tentang proses masuk Islamnya Prabu Brawijaya sebagai penguasa terakhir Majapahit selain menceritakan perselisihan Sabdopalon yang tetap memilih kekuasaan Jawa Kuno demi keturunan-keturunanya, perselisihan terjadi ketika Sunan Kalijaga mengajak raja terakhir Majapahit itu masuk Islam.
ADVERTISEMENT
Brawijaya bersedia masuk Islam meskipun Sabdopalon menantangnya, bahkan sebelum pergi, Sabdopalon memberi ancaman selain mengutuk bahwa lima ratus tahun kemudian Gunung Merapi akan meletus yang mengembalikan zaman kejayaan Nusantara.
Ramalan Tokoh yang Menyebut Istilah Ratu Adil (1)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Keraton sebagai Ilustrasi | www.flickr.com by Aditya Darmasurya
Namun harus dibayar dengan harga mahal karena bangsa ini akan mengalami masa-masa yang paling sulit. Mitos yang timbul di Jawa Tengah dan Jawa Timur cenderung menyatakan dirinya dalam gerakan Ratu Adil, yang dalam beberapa hal jenis gerakan ini masih dapat dijumpai pada masa sekarang.
Sifat agama dari gerakan-gerakan protes ini umumnya diakibatkan dari kenyataan bahwa masyarakat tradisional umumnya bereaksi terhadap perubaha sosial dengan jalan keagamaan semata-mata karena perubahan itu tidak membawa perbedaan di segala bidang kehidupan. Tujuan pokok dari gerakan ini adalah mengubah kehidupan masyarakat secara mutlak dan radikal.
ADVERTISEMENT
Sejarawan dari Universitas Gadjah Mada, Sartono Kartodirjo mengatakan radikal sebagai gerakan sosial yang menolak secara menyeluruh tertib sosial yang sedang berlaku dan ditandai oleh kejengkelan moral yang kuat untuk menentang dan bermusuhan dengan kaum yang punya hak istimewa dan yang sedang berkuasa. Dapat dimengerti bahwa radikalisme menjadi suatu bagian dari gerakan Ratu Adil yang bersifat revolusioner. Keanggotaan gerakan-gerakan sosial yang radikal seperti itu terbatas pada strata sosial rendahan, kaum yang tertindas, atau orang-orang yang kurang mampu.