Konten dari Pengguna

Sejarah Singkat Fashion di Dunia Muslim

Hijab Lifestyle
All about hijab.
26 Mei 2021 13:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar ilustrasi busana wanita. Foto: Youtube/The EPIC Channel
zoom-in-whitePerbesar
Gambar ilustrasi busana wanita. Foto: Youtube/The EPIC Channel
ADVERTISEMENT
Fashion menjadi salah satu yang terus berkembang pesat pada abad ke-21 ini. Kehadiran teknologi dan influencer masa kini memiliki peran yang besar untuk memengaruhi selera orang dalam berbusana. Hal itu juga meningkatkan minat belanja yang kini sudah tersedia online maupun offline.
ADVERTISEMENT
Adapun bagian dari perkembangan mode kerap menyandingkan konsep modern dan tradisional. Kesan autentik masih menjadi primadona yang menyuguhkan penampilan klasik. Sedangkan busana modern cenderung menampilkan kemewahan masa kini pada beberapa model.
Terlepas dari perkembangan yang terasa begitu cepat, kita hendaknya mengetahui bagaimana asal muasal sesuatu, dalam hal ini adalah dunia fashion, terutama pada negeri Arab yang menjadi basis agama Islam. Apakah busana muslim di seluruh dunia saat ini terpengaruh oleh bagian dari sejarah tersebut? Dilansir dari situs Mvslim dan Fashion Love Story Love to Know, berikut ulasan singkatnya.

Periode Islam Abbasiyah (abad ke-7 dan ke-8)

Tak lama seteleh kematian Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M, izar (sejenis sarung) dan thawb dari Arab pra-Islam, bersama dengan qamis (kemeja) tanpa kerah dikenal sebagai pakaian Muslim untuk kedua jenis kelamin di Mesir. Busana seringkali dikombinasikan dengan caba (mantel) yang dilipat dua kali dari kain lebar. Pada abad ke-8, cimama (turban) dari gulungan kain menjadi busana yang diakui untuk pria Muslim.
Gambar ilustrasi busana pria. Foto: Youtube/The EPIC Channel
Nabi Muhammad SAW tidak menyukai warna merah dan kain bermotif kaya, karena akan mengganggu ketika salat. Sehingga, pria Muslim disarankan untuk menghindari warna mencolok dan bermotif ramai. Sedangkan wanita dilarang mengenakan perhiasan mencolok. Sandal nacl kulit unta yang dikenakan oleh Nabi, menjadi alas kaki favorit pria yang sedang menjalankan ibadah haji.
ADVERTISEMENT
Kerah dan manset dekoratif merupakan ciri khas gaun raja pada periode Umayyah (661-749). Warna putih yang menjadi ciri khas dinasti Umayyah dikenakan pada turban untuk salat Jumat. Wanita memiliki pakaian panjang, leher lebar, dan kerudung. Selain itu, mereka juga tidak disarankan untuk memiliki rambut palsu.
Pada abad ke-8, wanita Muslim menyukai pakaian warna-warni. Meskipun demikian, tidak lama setelahnya muncul abaya hitam yang mistik dan anggun. Abaya tersebut serupa dengan abaya pada dunia Muslim saat ini. Namun konon, ada kisah dibalik kepopuleran warna hitam.
Pada suatu hari di kerajaan Arab Saudi, seorang pedagang menjual jubah berwarna, hingga ia kehabisan baju warna-warni dan menyisakan satu busana hitam yang tidak diinginkan oleh siapa pun. Merasa putus asa, dia lalu bertemu temannya yang merupakan seorang penyair dan bangsawan.
ADVERTISEMENT
Sang penyair itu kemudian membuat puisi yang memuji kecantikan dan keberkahan bagi wanita yang mengenakan pakaian hitam nan misterius tersebut. Dia juga menyebutkan bahwa hitam adalah warna yang dikenakan oleh orang kaya dan bangsawan. Beberapa hari setelah puisi ditulis, para wanita berbondong-bondong memburu gaun hitam.

Kekaisaran Ottoman (abad ke-14)

Kekaisaran Ottoman menguasai perbatasan Laut Mediterania pada abad ke-14. Pada saat yang sama, pakaian wanita memiliki aura yang menarik dan megah untuk menyampaikan kesan keanggunan dan kebangsawanan. Enatri atau lebih dikenal dengan kaftan, adalah pakaian yang menjadi pilihan utama para wanita. Mereka menambahkan hirka (cardigan), salvar (celana panjang) dan ferace (mantel).
Para wanita Saljuk diketahui suka mengenakan kain bordir di kepala mereka atau terlihat mengenakan diadem (mahkota) yang mempesona dengan permata berbentuk tanaman di bagian tengah dahi. Tak lama setelahnya, hiasan kepala wanita mulai berubah menjadi topi lebih ringan yang disebut dengan hotoz.
ADVERTISEMENT

Maroko

Wanita Maroko kuno di Afrika Utara memiliki tradisi mengenakan kaftan bermotif sebagai representasi keberanian dan kecantikan. Busana itu masih dapat ditemukan di dunia modern, seperti yang kita lihat wanita di seluruh dunia dengan anggunnya mengenakan kaftan dan kerudung warna-warni.
Tren kaftan telah meluas ke seluruh dunia, namun tetap mempertahankan esensi orisinalitas dan keanggunan khas negeri Arab dan Timur Tengah. Kita juga dapat menemukan kaftan terjual di toko offline maupun melalui situs market place online. Kaftan saat ini lekat dengan busana hari raya Idul Fitri.
Gambar ilustrasi diadem. Foto: Unsplash/@rhii