Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Siapakah Thomas Stamford Raffles?
21 September 2018 1:59 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Raffles bukanlah orang yang berkarakter hebat, tapi dia cukup bijaksana untuk lebih memilih reputasi dalam sejarah daripada penghasilan dan material sesaat, karenanya dia bekerja seumur hidupnya, mula-mula dengan melayani negarawan-negarawan humaniter utama.
ADVERTISEMENT
Kemudian menciptakan lewat tulisannya suatu legenda historis mengenai administrasinya di Jawa yang membuat dia mencapai keberhasilan terbesarnya: pendirian Singapura. Dia punya satu keunggulan besar atas pendahulu-pendahulunya di administrasi kolonial: dia tahu bagaimana menulis, bagaimana menghiasi narasinya dengan slogan-slogannya yang akan dihargai.
Raffles memulai karirnya di kantor-kantor perusahaan di London dan diangkat ke posisi agen perusahaan di Pulau Penang pada 1805, tempat dia memulai studinya atas bahasa, adat istiadat, dan sejarah Melayu, dia banyak melakukan studi dengan Wiliam Marsden, penulis History of Sumatra, dan dengan Dr.Leyden.
Lord Minto memilih Raffles untuk persiapan diplomatik untuk penyerangan terhadap Belanda. Perintah dari London adalah untuk berteman dengan :penduduk asli” dan membuat serangan itu semudah dan sesingkat mungkin.
ADVERTISEMENT
Raffles menyambut tugas ini dengan antusisme penuh. Tidak mengherankan bahwa di mata Raffles serangan terhadap dominasi Prancis di jawa mengambil bentuk jihad untuk membebaskan Melayu dari penindasan Belanda.
Foto: Thomas Stamford Raffles | www.flickr.com by AJB Cruz
Lord Minto juga mempercayakan kepada Raffles untuk menjadi Letnan Gubernur sehingga Kepulauan Indonesia berada di bawah kontrol Perusahaan India Timur Inggris. Dia memulai kegubernurannya dengan tegas menentang perbudakan serta berusaha memperbaiki nasib para budak dengan menetapkan pajak khusus dan upaya-upaya lain untuk membuat penduduknya berhenti memelihara para hamba sahaya ini.
Letnan Gubernur Britania ini juga menunjukan minat besar terhadap harta karun yang kabarnya disembunyikan oleh bekas Sultan Palembang namun tidak berhasil. Campur tangan Raffles dalam urusan wilayah non-Jawa tidak berarti banyak,ketenarannya disebabkan oleh reorganisasi yang dilakukannya atas pemerintahan Jawa.
ADVERTISEMENT
Karya Letnan Gubernur Jawa itu terbagi atas tiga bagian: revisi atas perjanjian yang mengatur hubungan pemerintah Batavia dengan raja-raja Jawa, reorganisasi lembaga-lembaga admistratif dan peradilan di pulau itu, dan mereformasi ulang sistem pajak dan cukai. Dengan keputusannya yang terburu-buru untuk memperkenalkan reformasi pajaknya sebelum tahap pertama selesai.
Raffles telah membuang semua perolehan finansial yang didapatkan lewat penggantian sistem penyerahan paksa dengan sistem penyewaan tanah. Walaupun begitu, para komisaris memutuskan bahwa sistem pajak Raffles lebih adil dan lebih praktis daripada sistem VOC.
Foto: Thomas Stamford Raffles | www.flickr.com by Fawwaz Baktee
Reorganisasinya dalam peradilan merupakan contoh bagus dari kegagalan maksud baiknya akibat ketidaksabarannya dan pikiran yang skematik. Pada 1815 Raffles dipanggil pulang. Sebagai administrator Raffles tidak berhasil, tapi masa selingan Britania dalam sejarah Jawa telah membersihkan sebagian besar debu yang telah melekat sejak zaman Kompeni Belanda, dan Raffles adalah orang yang sudah membuka jendela dan pintu sehingga angin segar bisa masuk dan bertiup masuk ke rumah tua itu. Zaman berikutnya lebih mengenal Raffles sebagai penulis History of Java daripada sebagai gubernur yang memperkenalkan sistem sewa tanah.
ADVERTISEMENT
Minat Raffles terhadap bahasa dan adat istiadat Indonesia sangat kuat, dia membaktikan banyak waktunya dan banyak surat-menyuratnya berisi hal-hal yang murni dan etnologis. Membangkitkan kembali Masyarakat Kesenian dan Keilmuan Batavia yang sudah mati suri adalah tindakan pertamanya. Karya Raffles, History of Java, ditulis di Inggris, dimaksudkan sebagai penggambaran lengkap pulau itu, orang yang bekerja sama dalam pemulisan buku tersebut adalah John Crawfurd, menteri pemerintah Batavia saat itu.
Raffles, yang tak pernah diam itu kembali ke Kepulauan Indonesia sebagai gubernur pos dagang Britania kecil di Bengkulu, dia bukanlah orang yang puas dengan hanya mengurusi tanaman lada dan kebun-kebun kecil, maka dia membaktikan semua waktu dan energinya untuk mencari-cari lubang dalam perjanjian 1814 yang akan memungkinkannya merebut sebagian besar Kepulauan Indonesia dari Batavia.
ADVERTISEMENT
Dia tiba di Bengkulu pada Maret 1818, dua bulan setelahnya ia mengirimkan satu detasemen kecil pasukan ke ujung selatan Pulau Sumatera untuk menduduki satu desa di pantai Selat Sunda. Atas perintah dari Kalkuta dia disuruh meninggalkan posisinya sebagai komisaris Batavia saat itu.
Dari Kalkuta, Raffles bergegas ke Pulau Penang karena berencana menduduki Johor namun gagal. Kemudian ia menengok ke Kepulauan Riau dan membeli Singapura dari Sultan Johor. Di sana bendera Britania dikibarkan pada 29 Januari 1819. Raffles membuat Singapura berkembang dalam beberapa tahun dan dia berhasil dan keberhasilan ini membuatnya bersemangat meneruskan perjalanannya ke Pulau Nias.
Untuk mendudukinya serta menyatakan bahwa penduduknya meminta perlindungan terhadap pedagang-pedagang Aceh (sekutu Raffles sebelumnya). Kali ini dia langsung diperintahkan unutk menarik mundur tentara Britania dan juga menyerahkan Padang kepada Belanda.
ADVERTISEMENT
Perjanjian 1824 mengakhiri kekuasaan Britania atas Bengkulu, Raffles kembali ke Inggris, tempat dia meninggal dua tahun kemudian pada ulang tahunnya yang ke-45. Dia tidak berhasil mendirikan pemerintahan Britania di Kepulauan Indonesia, tapi kota Singapura yang ia dirikan menjadi emporium utama di Asia bagian selatan.