Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Tujuan Pernikahan Lebih dari Sekadar Uang
25 Agustus 2018 13:19 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
Tulisan dari Hijab Lifestyle tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tulisan ini merupakan pendapat saya atas artikel Pernikahan Bukan Solusi Keuangan .
ADVERTISEMENT
Jika pandangannya seperti ini, “Bagi sebagian masyarakat, ini menjadi solusi. Kehidupan sulit? Menikahlah, maka segala sesuatunya akan dipermudah. Mengurangi beban ekonomi keluarga? Nikahkan anak perempuan, sehingga ia akan menjadi tanggungan suaminya.” Maka jelas saya setuju dengan Pernikahan Bukan Solusi Keuangan , karena dari statement tersebut tujuan pernikahan adalah 'uang'.
Tetapi jika kita kembali ke dasar agama, apa sebenarnya tujuan dari pernikahan itu?
Foto : Pixabay
1. Tujuan Menikah adalah Ibadah
Konsep dalam Islam adalah apapun yang kita lakukan tujuannya adalah untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah SWT dan berbuat baik kepada sesama manusia. Terkait dalam pernikahan, rumah tangga adalah lahan yang subur untuk beribadah kepada Allah SWT karena ketika sudah menikah, Allah meridhoi hubungan yang dijalin oleh wanita dan laki-laki. Sementara jika tidak, syahwat biologis mendorong manusia untuk berbuat zina. Allah sangat melarang manusia untuk berbuat zina bahkan mendekatinya saja tidak boleh.
ADVERTISEMENT
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (Al-Isra’ Ayat 32)
Karena itu, orang yang memenuhi kebutuhan biologisnya dengan menikah, berarti dia menyempurnakan setengah agamanya. “Siapa yang menikah berarti telah menyempurnakan setengah agamanya. Karena itu bertaqwalah kepada Allah untuk setengah yang kedua.”
Makna hadist ini bahwa nikah akan melindungi orang dari zina. Sementara menjaga kehormatan dari zina termasuk salah satu yang mendapat jaminan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan surga. Beliau mengatakan, "Siapa yang dilindungi Allah dari dua bahaya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga, yaitu dilindungi dari dampak buruk mulutnya dan kemaluannnya." (Tafsir al-Qurthubi, 9/327).
ADVERTISEMENT
2. Memperoleh Keturunan yang Baik
Hal ini terdapat dalam surat An-Nahl:72
وَٱللَّهُ جَعَلَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًۭا وَجَعَلَ لَكُم مِّنْ أَزْوَٰجِكُم بَنِينَ وَحَفَدَةًۭ وَرَزَقَكُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ ۚ أَفَبِٱلْبَٰطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَتِ ٱللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ
‘Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian sendiri, kemudian dari istri-istri kalian itu Dia ciptakan bagi kalian anak cucu keturunan, dan kepada kalian Dia berikan rezeki yang baik-baik.” [QS. An Nahl (16):72].
Jika pernikahan didasari dengan niat atau tujuan untuk memperoleh keridaan dan beribadah kepada Allah SWT, dan kedua dari pasangan yang akan menikah sama-sama berusaha, maka Allah akan mencukupkan rezekinya. Ini jelas akan menjadi solusi keuangan untuk orang yang akan menikah. Karena inilah janji Allah untuk orang yang menikah.
ADVERTISEMENT
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلَاثَةٌ كُلُّهُمْ حَقٌّ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ عَوْنُهُ الْمُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالنَّاكِحُ الَّذِي يُرِيدُ الْعَفَافَ وَالْمُكَاتَبُ الَّذِي يُرِيدُ الْأَدَاءَ
“Ada tiga orang yang akan mendapatkan pertolongan Allah: (1) orang yang berjihad di jalan Allah, (2) orang yang menikah demi menjaga kesucian dirinya, (3) budak mukatab yang ingin membebaskan dirinya.” (HR. An-Nasa’i, no. 3218; Tirmidzi, no. 1655; Ibnu Majah, no. 2518. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
وَأَنْكِحُوا الأيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (٣٢
“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Qs. an-Nur [24]: 32)
ADVERTISEMENT
Saya setuju juga bahwa wanita pun harus memiliki penghasilan. Karena semakin banyaknya kebutuhan sekarang ini ditambah harga yang terus naik dari hari ke hari. Setidak-tidaknya bisa memenuhi untuk kebutuhan dirinya sendiri demi meringankan tugas suami. Karena pernikahan adalah kerja sama antara dua orang untuk menjalani suatu hubungan yang baik.
Tetapi balik lagi, mari kita lihat apa peran wanita dalam Islam:
1. Wanita sebagai seorang istri, ketika suaminya dalam keadaan gundah, istrilah yang menenangkannya. Jika suami mengalami keterpurukan, istrilah yang menyemangati suaminya.
2. Wanita sebagai seorang ibu, keluarga adalah pendidikan pertama yang dijalani oleh seorang anak. Jelas ibu memegang peran penting dalam mendidik seorang anak agar dia menjadi anak yang saleh serta sukses di masa depan, berguna untuk orang banyak dan agamanya.
ADVERTISEMENT
3. Wanita dalam bermasyarakat dan bernegara. Jika seorang wanita adalah seorang ahli dalam bidang tertentu maka ia bisa mempunyai andil dalam urusan tersebut. Namun dengan batasan-batasan yang telah disyariatkan dan tentunya setelah kewajibannya sebagai ibu rumah tangga telah terpenuhi.
Foto : Pixabay
Seorang wanita memiliki peran yang krusial yaitu mendidik bibit-bibit unggul untuk generasi selanjutnya. Ini adalah tugas yang mulia, untuk itulah mengapa seorang ibu harus pintar dalam mengasuh anak. Pendidikan untuk seorang wanita tiada batas dan tiada akhir demi generasi berikutnya yang cerdas dan tidak lepas dari hubungan dengan sang pencipta.
Ini bukan berarti wanita tidak boleh bekerja, digarisbawahi asal kewajiban utama sudah terlaksanakan. Ingatlah porsi dan peran anda pada dasarnya.
ADVERTISEMENT
Contohnya saja salah seorang Psikolog Parenting, Elly Risman, mengatakan bahwa anak sekarang sudah mulai tertarik pada lawan jenis saat usia TK. Masalahnya kata pacaran sudah masuk ke telinga anak karena orang dewasa kerap membicarakan hal ini secara terus menerus, ditambah lagi paparan media sosial di zaman sekarang ini membuat seorang anak baligh lebih cepat.
Bayangkan jika seorang Ibu tidak mendampingi mereka dalam hal ini. Karena kita tidak bisa menyalahkan seorang anak ketika dia jatuh cinta, memang fitrahnya manusia adalah merasakan yang namanya cinta. Tinggal bagaimana peran orang tua untuk mengayomi seorang anak supaya menjaga cinta tersebut agar tidak keluar dari syariat.
Jangan sampai seorang ibu sibuk dengan urusannya sendiri sampai-sampai lupa akan kewajibannya membimbing seorang anak agar menjadi anak yang sukses dan saleh.
ADVERTISEMENT
Terakhir saya sangat setuju dengan hal ini:
By Nadia Endika Putri