Konten dari Pengguna

Benarkah Siswa Tidak Bahagia? Mengungkap Ketidakbahagiaan di Balik Sekolah

Aswan
Pegiat Literasi, Freelancer Menulis, Mengajar, dan Meneliti Lulusan Magister Pendidikan Bahasa Indonesia dari Universitas Negeri Malang
11 November 2024 9:16 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aswan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Benarkah Siswa Tidak Bahagia?: Mengungkap Ketidakbahagiaan di balik Sekolah (Sumber Foto oleh Yaroslav Shuraev: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Benarkah Siswa Tidak Bahagia?: Mengungkap Ketidakbahagiaan di balik Sekolah (Sumber Foto oleh Yaroslav Shuraev: Pexels)
ADVERTISEMENT
Topik kebahagiaan siswa dalam pembelajaran dapat dikatakan masih jarang dibahas dalam konteks pendidikan, meskipun sebenarnya hal ini sangat relevan dan penting untuk diperhatikan. Selama ini, fokus utama dalam pendidikan seringkali terpusat pada pencapaian dan performa akademik, penguasaan materi, dan hasil ujian.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, kesejahteraan emosional dan kebahagiaan siswa acapkali terabaikan. Padahal, kebahagiaan dalam proses belajar dapat berpengaruh besar terhadap motivasi, prestasi, dan perkembangan psikologis siswa. Berikut beberapa hal yang membuat siswa tidak bahagia menurut studi kasus yang dilakukan peneliti dari Turki, Süleyman Göksoy, tahun 2017.
1. Ujian yang Menakutkan
Siswa yang tidak bahagia berkaitan dengan pengalaman akademik dan sosial mereka. Tekanan ujian dan hasil nilai yang tidak memuaskan, membuat banyak siswa merasa cemas dan tertekan. Mereka sering kali terfokus pada ujian dan nilai, yang menyebabkan stres, terutama ketika hasilnya tidak sesuai harapan meskipun sudah berusaha keras.
Ekspektasi tinggi dari guru juga turut berkontribusi pada ketidakbahagiaan siswa. Selain itu, pekerjaan rumah dan proyek dianggap sebagai beban tambahan yang membosankan dan terkadang tidak relevan. Perlakuan seperti ini semakin memperburuk suasana hati siswa.
ADVERTISEMENT
2. Salah Pilih Jurusan
Salah memilih jurusan dapat membuat seseorang tidak bahagia karena jurusan yang dipilih tidak sesuai dengan minat, bakat, atau tujuan hidupnya. Ketika seseorang terpaksa memilih jurusan yang tidak sesuai dengan keinginannya, mereka kerap merasa tertekan dan kurang termotivasi untuk belajar.
Hal ini dapat mengurangi kepuasan dan kebanggaan terhadap performa akademik mereka. Selain itu, jurusan yang tidak sesuai dapat menghambat pengembangan potensi dan keterampilan individu, yang umumnya membuatnya merasa tidak berkembang secara pribadi maupun profesional.
3. Ketidakpedulian Masyarakat Sekolah
Ketidakpedulian dalam lingkungan pendidikan dapat menciptakan perasaan tidak bahagia pada siswa. Misalnya, guru atau pihak sekolah lebih fokus pada siswa tertentu, seperti mereka yang memiliki pendapatan lebih tinggi, atau ketika guru tidak peduli dengan perkembangan emosional siswa, hal ini dapat menimbulkan perasaan terabaikan dan tidak dihargai.
ADVERTISEMENT
Perasaan ini diperburuk jika guru menunjukkan sikap enggan mengajar atau lebih memilih untuk memarahi siswa melainkan memberi dukungan yang mereka butuhkan. Selain itu, kekurangan kasih sayang dan perhatian, seperti yang dirasakan oleh siswa yang tinggal di asrama, dapat mengurangi rasa aman dan nyaman dalam lingkungan sekolah.
Semua ini menunjukkan pentingnya perhatian dan kepedulian yang merata terhadap setiap siswa agar mereka merasa dihargai dan didukung dalam proses belajar, yang pada gilirannya akan mendukung kebahagiaan dan kesejahteraan mereka.
4. Pembelajaran yang Membosankan
Ketidakbahagiaan siswa acapkali dipengaruhi oleh beragam aspek dalam proses pendidikan, termasuk mata pelajaran, silabus, dan kualitas pengajaran. Sepertinya, semua siswa pasti setuju jika mata pelajaran yang dianggap monoton atau kurang menarik dapat menimbulkan kebosanan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, sistem pendidikan yang berfokus pada hafalan tanpa memberikan pemahaman yang mendalam tentang materi juga mengurangi kepuasan belajar, yang mana banyak siswa merasa tidak mendapatkan pelajaran yang berarti, terutama ketika pengajaran lebih berorientasi pada kepuasan ego guru dibanding perkembangan siswa.
Hal ini menunjukkan pentingnya pendekatan yang lebih menyeluruh dan berbasis pemahaman dalam pendidikan untuk meningkatkan kebahagiaan dan keterlibatan siswa dalam proses belajar.
5. Menyalahkan dan Menghina
Perlakuan berupa penghinaan dan penyalahgunaan otoritas oleh pendidik atau pihak sekolah dapat menimbulkan dampak negatif yang signifikan terhadap kesejahteraan emosional siswa. Sikap kasar seperti memarahi, menghina, atau mempermalukan siswa karena penampilan, kesalahan kecil, atau perbedaan lainnya dapat merusak rasa percaya diri dan motivasi mereka.
ADVERTISEMENT
Siswa yang mengalami perlakuan semacam ini acapkali merasa tidak dihargai dan tertekan, yang dapat berdampak buruk terhadap performa belajar mereka. Dengan demikian, sangat penting untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang berbasis pada penghargaan, keadilan, dan empati, agar siswa merasa diterima dan didorong untuk berkembang secara optimal.
6. Tekanan, Kekerasan, dan Hukuman
Sebagian siswa melaporkan pengalaman negatif yang berkaitan dengan penerapan tekanan, kekerasan, dan hukuman oleh pendidik di lingkungan sekolah. Beberapa di antaranya mengungkapkan kebencian terhadap guru yang menerapkan kekerasan fisik dan psikologis, serta menunjukkan sikap tidak pengertian, arogan, dan tidak menghormati siswa.
Kekerasan seperti pemukulan dengan tongkat atau pemberian hukuman yang tidak adil atas kesalahan orang lain, menciptakan trauma emosional yang mendalam bagi siswa. Selain itu, perlakuan yang tidak adil, seperti dipermalukan di depan kelas atau dipukul karena ketidaksiapan teman sekelas, juga berdampak buruk terhadap kesejahteraan psikologis siswa.
ADVERTISEMENT
Hukuman yang dianggap tidak bermakna, seperti pemberian tugas yang tidak relevan atau sikap kasar dari guru, dapat menurunkan motivasi dan semangat belajar siswa. Secara keseluruhan, pengalaman-pengalaman tersebut mengarah pada perasaan tidak dihargai dan tidak dihormati, yang dapat merusak hubungan siswa dengan pendidikan dan mengurangi kepuasan mereka dalam proses belajar. Siswa yang menghadapi sikap dan perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai pribadi mereka cenderung merasa tidak bahagia.
Kebahagiaan siswa dalam pembelajaran merupakan aspek penting yang masih acapkali terabaikan dalam konteks pendidikan. Berbagai hal dapat memengaruhi ketidakbahagiaan siswa, seperti tekanan ujian, salah memilih jurusan, ketidakpedulian lingkungan sekolah, pembelajaran yang membosankan, serta perlakuan negatif berupa penghinaan, kekerasan, dan hukuman.
Ketidakbahagiaan ini berakar pada sistem pendidikan yang kurang memberikan perhatian pada kesejahteraan emosional siswa, pendekatan yang terlalu berorientasi pada hasil akademik, dan lingkungan belajar yang kurang mendukung. Untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih positif, penting bagi institusi pendidikan untuk menerapkan pendekatan yang adil, empati, dan berbasis kebutuhan siswa.
ADVERTISEMENT
Hal ini termasuk mengurangi tekanan ujian, memprioritaskan pembelajaran yang menarik, serta menciptakan lingkungan sekolah yang aman, inklusif, dan menghargai setiap individu. Dengan langkah-langkah tersebut, kebahagiaan siswa dapat meningkat, sehingga mendukung keberhasilan akademik sekaligus perkembangan psikologis mereka secara optimal.