Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Menggapai Kembali Cahaya Hati
9 Juni 2024 14:00 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Hilalia Kani Juliana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap anak pasti menginginkan keluarga yang harmonis dan utuh. Ketika orang tua berpisah, bagi anak-anak, dunia seakan runtuh. Semua yang tadinya cerah berubah menjadi kelam, dan keceriaan yang biasanya terpancar dari wajah mereka mendadak menghilang.
ADVERTISEMENT
Aku adalah satu dari anak-anak itu. Saat aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar, aku harus menerima kenyataan bahwa orang tuaku bercerai. Dulu, aku adalah anak yang ceria, aktif, dan pintar. Setiap hari adalah petualangan baru yang penuh keceriaan. Aku suka bermain di taman bersama teman-teman, mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, dan selalu bersemangat menyambut hari-hari baru. Namun, semua itu berubah dalam sekejap ketika ayah dan ibu memutuskan untuk berpisah.
Hari itu, suasana di rumah terasa berbeda. Ayah dan ibu duduk di ruang tamu, wajah mereka tampak tegang dan serius. Aku duduk di hadapan mereka, merasa ada sesuatu yang salah. Ibu memegang tanganku erat, sementara ayah berusaha menatap mataku, meskipun tatapannya penuh kesedihan. Mereka mulai menjelaskan bahwa mereka sudah tidak bisa bersama lagi, dan keputusan untuk berpisah adalah yang terbaik bagi semua pihak. Aku tidak mengerti. Bagaimana bisa perpisahan menjadi yang terbaik? Apa yang akan terjadi padaku?
ADVERTISEMENT
Sejak hari itu, hidupku berubah drastis. Dari seorang anak yang ceria dan penuh semangat, aku menjadi anak yang murung dan selalu sedih. Aku tidak lagi tertarik pada kegiatan yang dulu kusukai. Taman tempat aku biasa bermain kini terasa sunyi, dan tawa riang teman-temanku seperti menjadi cemoohan bagi kesedihanku. Di sekolah, aku menjadi lebih pendiam dan menarik diri dari pergaulan. Aku merasa dunia ini tidak adil. Mengapa harus aku yang mengalami ini? Mengapa keluargaku harus hancur?
Ibu dan aku pindah ke sebuah rumah kecil dan sederhana setelah perceraian itu. Kami meninggalkan rumah besar yang penuh kenangan, dan kini tinggal di tempat yang jauh lebih kecil dan sederhana. Ibu berusaha sekuat tenaga untuk membuatku merasa nyaman, tapi aku tahu bahwa hidup kami tidak akan pernah sama lagi. Di rumah itu, aku sering mendengar ibu menangis di malam hari. Ia berusaha menyembunyikan kesedihannya dariku, tapi aku tahu betapa berat beban yang ia pikul. Aku merasa bersalah karena tidak bisa membantunya, dan itu membuatku semakin terpuruk.
ADVERTISEMENT
Waktu berlalu, dan meskipun kesedihan masih menyelimuti hati, aku mulai belajar menerima kenyataan. Ibu adalah orang yang sangat kuat. Ia bekerja keras setiap hari untuk memastikan bahwa aku tidak kekurangan apapun. Ia selalu mendukungku dalam segala hal, dan meskipun hidup kami sederhana, ia berusaha memberikan yang terbaik untukku. Perlahan-lahan, aku mulai melihat sisi lain dari kehidupan ini. Aku mulai menyadari bahwa perpisahan orang tua bukanlah akhir dari segalanya. Hidup harus terus berjalan, dan aku harus belajar untuk bangkit dari keterpurukan.
Ibu selalu mengajarkanku untuk tidak menyerah. Ia sering berkata bahwa meskipun hidup tidak selalu sesuai dengan harapan, kita harus tetap berjuang dan mencari kebahagiaan dalam hal-hal kecil. Aku mulai mencoba membuka diri lagi. Aku kembali bergaul dengan teman-temanku, meskipun awalnya sulit. Aku kembali bersemangat mengikuti kegiatan di sekolah, dan sedikit demi sedikit, keceriaan yang hilang mulai kembali.
ADVERTISEMENT
Kini, di usiaku yang 14 tahun, aku bisa menerima kenyataan bahwa orang tuaku sudah tidak bersama lagi. Aku tahu bahwa mereka berpisah bukan karena mereka tidak mencintaiku, tetapi karena mereka tidak bisa hidup bersama. Aku masih merindukan ayah, dan kami masih sering bertemu. Meskipun tidak tinggal bersama, aku tahu bahwa ia selalu ada untukku. Ayah selalu berusaha meluangkan waktu untuk bertemu dan berbicara denganku, dan itu membuatku merasa bahwa ia tetap peduli dan menyayangiku.
Ibu adalah pahlawanku. Ia adalah orang yang paling berjasa dalam hidupku. Meskipun kami hidup dalam keterbatasan, kasih sayangnya tidak pernah berkurang. Ia selalu ada di sampingku, memberikan semangat dan dukungan tanpa henti. Aku tahu bahwa tidak semua orang seberuntung aku yang memiliki ibu sekuat dan setegar dirinya.
ADVERTISEMENT
Melalui semua pengalaman ini, aku belajar bahwa hidup tidak selalu mudah dan tidak selalu sesuai dengan apa yang kita inginkan. Namun, dengan dukungan orang-orang terkasih dan dengan tekad yang kuat, kita bisa melalui segala rintangan. Aku belajar bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari hal-hal besar, tetapi bisa ditemukan dalam momen-momen kecil bersama orang yang kita cintai.
Sekarang, aku tidak lagi merasa dunia ini tidak adil. Aku menyadari bahwa setiap orang memiliki perjuangannya masing-masing, dan perpisahan orang tua adalah bagian dari perjalananku. Aku belajar untuk menerima kenyataan dan menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana. Aku belajar untuk menghargai setiap momen bersama ibu dan ayah, meskipun mereka tidak lagi bersama.
Hidupku mungkin tidak sempurna, tetapi aku bersyukur atas segala yang aku miliki. Aku bersyukur memiliki ibu yang luar biasa, ayah yang tetap peduli, dan teman-teman yang selalu mendukungku. Aku bersyukur karena, melalui semua kesulitan ini, aku menjadi lebih kuat dan lebih dewasa. Aku tahu bahwa perjalanan ini masih panjang, tetapi aku siap menghadapinya dengan hati yang lebih kuat dan semangat yang lebih besar.
ADVERTISEMENT
Dalam setiap langkahku, aku selalu ingat kata-kata ibu: "Hidup mungkin tidak selalu sesuai harapan, tetapi kita harus terus berjuang dan mencari kebahagiaan dalam setiap momen." Dengan semangat itu, aku akan terus melangkah, mengejar impian dan menciptakan kebahagiaan dalam hidupku.