Konten dari Pengguna

Pengaruh Psikologi Revolusioner, Kapitalisme yang Tak Terhindarkan

HILMA SAKINAH
Mahasiswi Psikologi Universitas Brawijaya
14 Februari 2024 11:04 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari HILMA SAKINAH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Conveyer Belt (Sumber: https://www.istockphoto.com/id/foto/paparan-panjang-paket-di-conveyor-belt-gm1351437617-427193765?phrase=conveyor+belt&searchscope=image%2Cfilm)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Conveyer Belt (Sumber: https://www.istockphoto.com/id/foto/paparan-panjang-paket-di-conveyor-belt-gm1351437617-427193765?phrase=conveyor+belt&searchscope=image%2Cfilm)
ADVERTISEMENT
Conveyor Belt atau ban berjalan yang digunakan untuk memindahkan barang-barang berat dalam jumlah banyak merupakan tanda terjadinya revolusi industri yang menghasilkan teknologi untuk membantu umat manusia yang belum ada sebelum revolusi industri.
ADVERTISEMENT
Revolusi industri sangat mempengaruhi sektor pertanian, karena metode produksi industri telah menjadi andalan pertanian selama 200 tahun terakhir. Misalnya, penggunaan mesin seperti traktor yang dahulu digerakkan oleh tenaga otot, kini setelah revolusi industri, ladang dan hewan menjadi jauh lebih produktif berkat pupuk buatan, pestisida industri, serta berbagai hormon dan obat-obatan. hadirnya mesin pendingin atau lemari es yang memungkinkan penyimpanan berbulan-bulan, pengangkutan cepat dengan kapal laut dan pesawat ke belahan dunia lain.
Di sisi lain, hewan ternak tidak lagi dipandang sebagai makhluk hidup yang dapat merasakan sakit dan kesusahan, bahkan diperlakukan sebagai mesin dan lebih parahnya kualitas keberadaan mereka ditentukan oleh keuntungan dan kerugian perusahaan bisnis yang menjadikan hewan ternak tersebut sebagai alat produksi.
ADVERTISEMENT
Misalnya, dalam industri telur, ayam sering dipelihara dalam kandang kecil, dan dalam industri ini tidak jarang empat ekor ayam ditempatkan dalam satu kandang, masing-masing berukuran hanya sekitar dua puluh lima kali dua puluh dua sentimeter. Jadi, ayam hanya mendapat makanan secukupnya saja, namun tidak bisa mengklaim wilayah, membangun sarang atau melakukan aktivitas alam lainnya.
Contoh lainnya terdapat pada hewan-hewan mamalia seperti induk babi yang dikurung di dalam kandang yang sangat kecil selama empat minggu setelah melahirkan dan keturunan mereka dibawa pergi untuk digemukkan. Kemudian, sapi perah yang hidup hampir sepanjang tahun yang ditentukan di dalam kandang kecil; berdiri, duduk dan tidur dengan urin dan kotorannya sendiri. Mereka menerima makanan, hormon, dan obat-obatan dari satu set mesin, dan diperah setiap beberapa jam oleh mesin lain. Memperlakukan makhluk hidup yang memiliki dunia emosional yang kompleks seolah-olah mereka adalah mesin kemungkinan besar tidak hanya menyebabkan ketidaknyamanan fisik, tetapi juga tekanan sosial dan frustasi secara psikologis.
ADVERTISEMENT
Kebanyakan orang yang memproduksi dan mengonsumsi telur, susu, dan daging jarang memikirkan nasib ayam, sapi, atau babi yang daging dan emisinya mereka makan. Psikologi evolusioner menyatakan bahwa kebutuhan emosional dan sosial hewan ternak berevolusi di alam liar, ketika kebutuhan tersebut penting untuk kelangsungan hidup dan reproduksi. Inilah pelajaran dasar psikologi evolusioner, di mana suatu kebutuhan yang terbentuk di alam liar terus dirasakan secara subyektif meskipun kebutuhan tersebut tidak lagi diperlukan untuk kelangsungan hidup dan reproduksi. Seorang Psikolog Amerika, Harry Harlow juga membuktikan teori bahwa hewan mempunyai kebutuhan dan keinginan psikologis yang melampaui kebutuhan materi mereka, dan jika hal ini tidak terpenuhi, mereka akan sangat menderita.
Setelah industrialisasi pertanian, jumlah petani mulai berkurang secara signifikan yang menyebabkan peningkatan jumlah pekerja dan buruh pabrik. Saat ini, hanya 2 persen penduduk Amerika yang bergantung pada pertanian, namun 2 persen tersebut menghasilkan pendapatan yang cukup tidak hanya untuk memberi makan seluruh penduduk Amerika, namun juga untuk mengekspor kelebihannya ke seluruh dunia. Tanpa industrialisasi pertanian, revolusi industri perkotaan tidak akan pernah terjadi serta tidak akan ada cukup tenaga kerja dan otak untuk menjalankan pabrik dan perkantoran.
ADVERTISEMENT
Manusia kini memproduksi lebih banyak baja, memproduksi lebih banyak pakaian, dan membangun lebih banyak gedung dibandingkan sebelumnya. Selain itu, ia mampu melakukan berbagai hal yang tidak terpikirkan sebelumnya, seperti ponsel, kamera, dan peralatan rumah tangga. Perkembangan industri yang membawa banyak manfaat baik bagi individu maupun bangsa karena mampu menghasilkan kebutuhan dalam skala besar, justru menimbulkan pertanyaan dan permasalahan baru, yaitu:
Setelah membahas tentang revolusi industri yang menghasilkan dan memproduksi banyak kemajuan pada peradaban manusia khususnya dalam bidang industri, namun bagi para industrialis dan investor tidak cukup hanya memproduksi saja, mereka memastikan masyarakat selalu membeli barang baru apa pun yang diproduksi industri agar tidak mengalami kebangkrutan, sehingga memunculkan istilah baru yaitu konsumerisme, di mana konsumerisme memandang konsumsi lebih banyak produk dan jasa sebagai hal yang positif dan menguntungkan. Saat ini, banyak sekali orang-orang yang impulsif membeli barang hanya karena label limited edition, tidak mau ketinggalan zaman, dan bahkan tidak mementingkan bagaimana jangka panjang barang tersebut. Di sisi lain, produsen dengan sengaja merancang barang-barang jangka pendek dan menciptakan model-model baru yang tidak perlu untuk menghasilkan produk-produk yang benar-benar memuaskan dan harus kita beli agar tetap bertahan. Mereka juga melakukan promosi besar-besaran, misalnya pada hari raya umat beragama, hari valentine, dan bahkan di Amerika Serikat acara nasional Memorial Day yang awalnya merupakan hari khidmat untuk memperingati tentara yang gugur, kini menjadi kesempatan untuk penjualan khusus.
ADVERTISEMENT
Dengan munculnya istilah konsumerisme saat ini menyebabkan terjadinya perubahan keadaan pada kelompok borjuis dan proletariat. Dahulu di Eropa abad pertengahan, kaum bangsawan menghabiskan uang mereka secara sembarangan untuk kemewahan yang berlebihan, sedangkan para petani hidup berhemat dan memikirkan setiap sen yang ada. Namun saat ini, Kelompok kaya sangat berhati-hati dalam mengelola aset dan investasinya, sementara kelompok miskin terlilit hutang untuk membeli barang-barang dengan impulsif. Sehingga, bisa disimpulkan bahwa kapitalis dan konsumerisme adalah dua sisi dari mata uang yang sama, perpaduan dua perintah. Perintah tertinggi bagi orang kaya adalah 'Berinvestasi!' Perintah tertinggi bagi kita semua adalah 'Beli!'. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh bantuan psikologi populer untuk meyakinkan orang-orang bahwa sikap memanjakan diri dengan bersikap konsumtif dan membeli semua barang-barang mewah itu baik untuk harga diri kita, sedangkan bersikap hemat dan tidak mau mengeluarkan uang lebih untuk membeli sesuatu secara terus menerus adalah penindasan terhadap diri sendiri. Pengaruh keyakinan dari psikologi populer tersebut berhasil membuat masyarakat membeli banyak sekali produk yang sebenarnya tidak diperlukan.
ADVERTISEMENT
Di negara-negara makmur saat ini, salah satu masalah kesehatan akibat dari konsumerisme adalah obesitas yang lebih banyak menyerang masyarakat menengah ke bawah karena mengonsumsi junk food seperti pizza dan hamburger, sedangkan masyarakat kaya yang memiliki uang lebih akan cenderung mengonsumsi real food seperti salad sayur, salmon mentah, dan smoothie buah. Dengan banyaknya kasus obesitas yang terjadi justru membuat para kapitalis dan produsen semakin diuntungkan, sebab obesitas adalah kemenangan ganda, di mana masyarakat makan terlalu banyak dan kemudian membeli produk diet akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dua kali lipat.
REFERENSI
Harari, Y. N., & Sapiens, A. (2014). A brief history of humankind. Publish in agreement with The Deborah Harris Agency and the Grayhawk Agency.
ADVERTISEMENT
Hilma Sakinah, mahasiswi jurusan Psikologi Universitas Brawijaya.