Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Indonesia Darurat Kesehatan Mental
15 April 2024 10:30 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Hilman Dwi Himawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kasus satu keluarga bunuh diri pada beberapa pekan silam menghebohkan tanah air. Bagaimana tidak keluarga yang seharusnya menjadi tempat berlindung justru menjadi tempat yang tidak memberikan rasa aman.
ADVERTISEMENT
Kasus bunuh diri di Indonesia terbilang memprihatinkan. Data Pusat Informasi Kriminal Nasional Kepolisian RI menyebutkan bahwa sejak 1 Januari sampai 15 Desember 2023, angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1.226 jiwa.
Kasus ini tentu tak boleh dibiarkan begitu saja. Adanya kasus bunuh diri yang terus berulang menunjukkan bahwa upaya mewujudkan kesehatan mental Indonesia masih belum optimal. Dengan kata lain, Indonesia masih mengalami darurat kesehatan mental.
Masalah Kesehatan Mental yang Kompleks
Daruratnya kesehatan mental Indonesia tidak cukup jika hanya dilihat dari kasus bunuh diri saja. Setidaknya ada tiga hal yang bisa dijadikan sebagai tolok ukur.
Masalah kesehatan mental adalah tolok ukur pertama. Sehat mental atau tidaknya suatu negara terlihat dari kondisi kesehatan mental penduduknya. Semakin sehat penduduk maka kesehatan mental negara tersebut juga akan berbanding lurus.
ADVERTISEMENT
Data Indonesia National Adolescent Mental Health Survey menunjukkan bahwa 1 dari 3 remaja di Indonesia mengalami masalah kesehatan mental. Tak berbeda jauh, Survei Populix menyebutkan bahwa 1 dari 2 penduduk Indonesia mengalami masalah kesehatan mental.
Tolok ukur berikutnya adalah tingkat literasi kesehatan mental. Tingkat literasi kesehatan mental Indonesia masih dinilai rendah. Padahal literasi kesehatan mental penting untuk mewujudkan kesehatan mental.
Rendahnya tingkat literasi kesehatan mental ini bisa dilihat dari rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan mental itu sendiri. Masih banyak mispersepsi kesehatan mental yang berkembang di masyarakat. Salah satunya adalah adanya anggapan bahwa gangguan mental disebabkan kepribadian yang lemah. Nyatanya gangguan mental karena gangguan di otaknya bukan di kepribadian orangnya.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, literasi kesehatan mental yang rendah juga terlihat dari rendahnya kesadaran masyarakat. Selama ini masyarakat lebih memeriksa kondisi kesehatan fisiknya daripada kesehatan mentalnya. Alih-alih memeriksa, sebagian masyarakat justru lebih memilih untuk menyembunyikan masalah kesehatan mentalnya.
Tolok ukur terakhir adalah akses layanan kesehatan mental. Berbicara mengenai hal ini, akses layanan kesehatan mental Indonesia masih sangat timpang. Ketimpangan tersebut bisa dilihat dari jumlah psikolog yang terhitung hanya kurang lebih 11.500 psikolog dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 270 juta penduduk.
Perlu Perhatian yang Serius
Kesehatan mental Indonesia perlu mendapatkan perhatian yang serius, terutama dari pihak pemerintah. Seharusnya pemerintah belajar dari negara dengan kesehatan mental yang baik. Salah satunya adalah Jerman.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari Laman William Russell, Jerman menempati peringkat kedua sebagai negara dengan kesehatan mental terbaik. Pemerintah Jerman menghabiskan 11,3 persen anggaran untuk pemeliharaan kesehatan mental warganya. Skor kesehatan mental Jerman akhirnya menjadi 6,6 mengungguli negara-negara lainnya.
Demi mewujudkan kesehatan mental yang baik, pemerintah perlu meningkatkan keterjangkauan akses pengobatan bagi masalah kesehatan mental. Dengan begitu, semua orang bisa mengakses layanan kesehatan mental tanpa kecuali.
Berikutnya, pemerintah perlu meningkatkan literasi kesehatan mental masyarakat. Hal ini bisa dilakukan melalui kampanye di media, pemberian materi kesehatan dalam mata pelajaran atau mata kuliah di dunia pendidikan, dan melakukan sosialisasi di tingkat terbawa melalui Posyandu atau lembaga-lembaga masyarakat lainnya.
Terakhir, pemerintah perlu meningkatkan jumlah profesional kesehatan mental. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan kesejahteraan yang baik kepada para profesional kesehatan mental. Jika kesejahteraan kariernya baik tentu akan semakin banyak masyarakat yang terdorong untuk menekuni karier sebagai profesional kesehatan mental.
Sudah saatnya pemerintah lebih serius mengatasi permasalahan kesehatan mental di Indonesia. Hal ini tidak lain agar kesehatan mental di Indonesia semakin lebih baik.
ADVERTISEMENT