Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Tips Pengasuhan agar Anak Mahir Membuat Keputusan
22 November 2024 15:26 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Hilman Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Salah satu tugas pengasuhan anak yang diemban oleh orang tua adalah memberikan pertimbangan kepada anak ketika anak akan membuat keputusan. Banyak bias yang mempengaruhi orang tua saat memberi pertimbangan. Misalnya, karena keterbatasan informasi yang dimiliki orang tua untuk mengembangkan potensi anaknya, maka orang tua memberikan pertimbangan yang kurang lengkap. Contoh lain, karena pengalaman masa lalu orang tua yang tidak sama dengan kondisi anaknya sekarang, orang tua cenderung mengambil pengalaman masa lalu sebagai pertimbangan meskipun tidak relevan dengan kondisi anak.
ADVERTISEMENT
Tiga Faktor dalam Memberikan Pertimbangan Bagus untuk Membuat Keputusan
Daniel Kahneman, Oliver Sibony, dan Cass Sunstein dalam buku mereka berjudul Noise: Cacat dalam Pertimbangan Manusia menyatakan “di mana ada petimbangan di situ ada kegaduhan”. Pernyataan ini adalah pengingat bahwa pertimbangan harus dibuat secara hati-hati. Setidaknya ada 3 faktor yang mempengaruhi orang tua dalam memberikan pertimbangan kepada anak ketika akan membuat keputusan, yaitu apa yang orang tua ketahui, sebaik apa orang tua berpikir, dan bagaimana orang tua berpikir.
Faktor pertama berhubungan dengan kecerdasan umum. Kecerdasan umum di sini merujuk pada intelegensia yang biasanya diwakili oleh kemampuan verbal, numerik, logika/penalaran, spasial/gambar, dan pengenalan pola. Hipotesis yang diajukan ketiga penulis adalah “semakin tinggi tingkat kecerdasan umum yang dimiliki seseorang semakin besar peluang untuk memberikan pertimbangan yang bagus”. Konsekuensi dari hipotesis ini bagi orang tua adalah: untuk menjadi orang tua yang mampu memberikan pertimbangan yang bagus, maka orang tua harus meningkatkan kemampuan kecerdasan umumnya.
ADVERTISEMENT
Faktor kedua dan ketiga berhubungan dengan gaya kognitif yang digunakan. Daniel Kahneman mengusulkan 2 sistem berpikir , yaitu sistem berpikir cepat yang mengandalkan intuisi dan sistem berpikir lambat yang mengandalkan penalaran. Seseorang yang sangat baik dalam menggunakan sistem berpikir lambat yang reflektif memiliki kecenderungan lebih baik dalam memberi pertimbangan karena menggunakan lebih banyak penalaran dibanding insting intuitif. Oleh karena itu, agar menjadi pemberi pertimbangan yang baik, orang tua harus lebih sering menggunakan sistem berpikir reflektif yang lambat.
Selain 2 sistem berpikir, yang juga menjadi bagian dari gaya kognitif adalah pikiran yang terbuka dan tertutup. Orang dengan pikiran tertutup hanya melihat satu sudut pandang, sedangkan orang dengan pikiran terbuka melihat beberapa sudut pandang sekaligus. Ada satu jenis pikiran terbuka yang sangat disarankan, yaitu pikiran terbuka aktif, dimana orang tidak hanya bisa melihat sudut pandang yang berbeda melainkan aktif mencari sudut pandang yang berbeda. Maka, untuk menjadi pemberi pertimbangan yang baik bagi anaknya, orang tua harus menjadi orang dengan pikiran terbuka aktif, yang aktif mencari sudut pandang berlawanan dari apa yang diyakini anaknya.
ADVERTISEMENT
Pedoman dalam Memberikan Pertimbangan untuk Membuat Keputusan
Selain 3 faktor yang harus dimiliki oleh orang tua untuk menjadi pemberi pertimbangan yang baik, diperlukan adanya pedoman pemberi pertimbangan. Kahneman, Sibony dan Sunstein mengumpulkan banyak bukti hasil penelitian dari dunia medis yang menunjukkan bahwa “pedoman pertimbangan berhasil mengurangi kegaduhan (noise) karena mengurai sebuah keputusan kompleks menjadi sejumlah pertimbangan yang lebih gampang di dimensi yang sudah ditentukan”.
Merangkum dari buku Richard Thaler dan Cass Sunstein berjudul Dorongan: Memperbaiki Keputusan tentang Kesehatan, Kekayaan, dan Kebahagiaan ; serta artikel yang ditulis Daniel Kahneman dan Amos Tversky berjudul Pilihan, Nilai, dan Bingkai yang dicantumkan sebagai lampiran di buku Thinking, Fast and Slow; setidaknya ada 5 langkah yang bisa dilakukan orang tua sebagai pedoman untuk memberi pertimbangan kepada anak.
ADVERTISEMENT
1. Membuat pemetaan pilihan dan konsekuensinya
Langkah pertama yang harus diambil orang tua adalah bersama-sama dengan anak membuat pemetaan dalam bentuk daftar pilihan beserta kemungkinan konsekuensinya. Langkah ini penting dilakukan di awal untuk menyadarkan anak bahwa sebenarnya banyak pilihan yang tersedia untuk memaksimalkan potensinya.
2. Menyodorkan pilihan normal (default)
Setelah membuat peta pilihan dan konsekuensinya, orang tua menyodorkan satu pilihan default. Seperti halnya pengaturan default dalam perangkat teknologi, pilihan default adalah pilihan yang otomatis terjadi ketika anak tidak memilih apa-apa.
3. Menyepakati titik awal (jangkar) dan titik akhir (target) untuk setiap pilihan
Ketika anak memutuskan untuk mengambil sebuah pilihan, maka tugas orang tua selanjutnya adalah menyepakati bersama anak titik awal dan titik akhir dari pilihan tersebut. Hal ini bertujuan agar orang tua dan anak sama-sama bisa memantau perkembangan pilihan yang diambil.
4. Menaruh insentif untuk setiap pilihan selain pilihan normal
Tugas berikutnya untuk orang tua adalah menawarkan insentif yang akan diperoleh anak ketika pilihan yang diambil berhasil mencapai target. Pemberian reward dalam proses ini dapat dibenarkan dengan alasan orang tua dan anak sudah saling sepakat mengenai pilihan yang diambil. Praktik yang sering terjadi selama ini, yang membuat hadiah dianggap sebagai motivasi eksternal buruk, adalah penentuan target seringkali diberikan pihak luar. Sementara dalam proses ini, baik pilihan maupun target semua diambil oleh anak sendiri.
ADVERTISEMENT
5. Menyusun pembingkaian peluang hasil dalam bingkai untung dan rugi
Pembingkaian (framing) adalah proses perumusan kalimat menggunakan pilihan kata yang berbeda untuk informasi yang sama. Dalam hal ini, bingkai yang digunakan adalah bingkai untung dan rugi. Pembingkaian untung dan rugi diambil dari gagasan Daniel Kahneman dan Amos Tversky yang menemukan bahwa “rasa sakit akibat kerugian $5 dua kali lipat lebih besar daripada rasa senang akibat keuntungan dengan nilai yang sama”. Upaya orang tua merumuskan hasil pilihan anak menggunakan bingkai untung dan rugi akan memperbesar peluang anak berkomitmen pada pilihannya.
Sebuah pesan dari Richard Thaler dan Cass Sunstein layak untuk menjadi penutup dari tulisan ini. Dalam buku mereka, keduanya berpesan: “Pemilih adalah manusia, jadi perancang harus membuatnya semudah mungkin”. Orang tua sebagai pemberi pertimbangan tak lain adalah perancang pilihan bagi anak yang akan menjadi pemilih. Maka, jadilah perancang pilihan yang terampil agar anak menjadi pemilih yang mahir.
ADVERTISEMENT