Konten dari Pengguna

Peran Media Sosial dalam Membentuk Masyarakat

Hilmy Imaduddin Robbani
Mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya
7 Juni 2023 16:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hilmy Imaduddin Robbani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Media Sosial dalam Kehidupan Sehari-hari. Foto: ShutterStock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Media Sosial dalam Kehidupan Sehari-hari. Foto: ShutterStock
ADVERTISEMENT
Pernahkah Anda berhenti sejenak dan bertanya-tanya, sejauh mana pengaruh media sosial dalam membentuk masyarakat kita hari ini? Betapa dalamnya cakrawala digital yang telah merasuki hampir setiap aspek kehidupan kita, seringkali tanpa kita sadari.
ADVERTISEMENT
Dalam survei yang dilakukan oleh We Are Social dan Hootsuite pada tahun 2022, diketahui bahwa 73% populasi Indonesia adalah pengguna aktif media sosial. Menakjubkan, bukan? Data ini memperlihatkan betapa dalamnya keterlibatan masyarakat kita dalam dunia digital. "Kita hidup di era di mana teknologi digital bukanlah sekedar alat, tapi telah menjadi bagian dari kehidupan kita," ujar Bill Gates, pendiri Microsoft.
Sebuah realitas yang tidak bisa dihindari adalah bahwa media sosial memiliki peran besar dalam membentuk pandangan dan sikap kita. Tidak sedikit dari kita yang menghabiskan waktu berjam-jam di media sosial, meresap berbagai informasi, mulai dari berita politik, tren fashion, hingga resep masakan. Dalam proses ini, media sosial telah menjadi "pembentuk opini" bagi banyak orang.
ADVERTISEMENT
Namun, mari kita lihat sisi lain koin ini. Dalam konteks negatif, media sosial juga bisa menjadi ladang untuk penyebaran berita palsu atau 'hoaks', serta sarana untuk bullying dan ujaran kebencian. Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) pasal 28 ayat (2) sendiri menegaskan bahwa setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu dapat dipidana.
Untuk memberi gambaran lebih jelas, anda bisa membuka ponsel anda dan membuka sembarang unggahan yang memiliki banyak respon dari netizen. Kemungkinan besar anda akan mendapati orang yang mengalami bullying akibat perbedaan pendapat dengan sebagian besar netizen yang lain. Kejadian ini tidak hanya mempengaruhi psikologis korban, tetapi juga memicu perdebatan luas tentang etika dan tanggung jawab penggunaan media sosial.
ADVERTISEMENT
Jadi, bagaimana seharusnya kita menghadapi fenomena ini? Pertama, kita harus menyadari bahwa media sosial adalah alat yang dapat digunakan untuk tujuan baik dan buruk, tergantung pada cara kita menggunakannya. Kedua, pendidikan digital harus menjadi prioritas, mengajarkan kepada masyarakat tentang cara bertindak yang tepat dan bertanggung jawab dalam berinteraksi di media sosial. Ketiga, peraturan dan hukum yang mengatur penggunaan media sosial harus ditegakkan dengan lebih tegas.
Dalam kata-kata bijak Nelson Mandela, "Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang bisa digunakan untuk mengubah dunia." Ini juga berlaku dalam konteks media sosial. Pendidikan digital harus menjadi landasan bagi masyarakat kita untuk menggunakan media sosial dengan bijak dan bertanggung jawab.
Tidak ada yang bisa membantah bahwa media sosial telah mengubah cara kita berinteraksi dan berkomunikasi. Namun, seperti dua sisi mata uang, media sosial memiliki manfaat dan dampak negatif yang signifikan. Oleh karena itu, tugas kita sebagai bagian dari masyarakat adalah memastikan bahwa kita menggunakan media sosial dengan cara yang paling positif dan produktif.
ADVERTISEMENT
Peraturan yang ada seperti Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) harus ditegakkan dengan lebih baik untuk melindungi masyarakat dari dampak negatif media sosial. Bagaimanapun, penegakan hukum saja tidak cukup. Semua individu harus bertanggung jawab atas apa yang mereka bagikan dan bagaimana mereka berinteraksi di media sosial.
Seringkali, kita lupa bahwa dibalik layar komputer atau smartphone, ada manusia lain dengan perasaan dan hak yang sama. Bagaimanapun juga, media sosial hanyalah alat, dan bagaimana kita menggunakannya akan menentukan dampaknya terhadap masyarakat.
Seperti yang pernah dikatakan oleh Clay Shirky, seorang penulis dan guru besar di New York University, "Media sosial tidak hanya mengubah apa yang kita lakukan, tetapi juga siapa kita." Oleh karena itu, marilah kita menjadi bagian dari perubahan positif dalam penggunaan media sosial, untuk membentuk masyarakat yang lebih baik dan lebih inklusif.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, media sosial adalah cerminan dari masyarakat kita. Cerminan yang dapat memperlihatkan yang terbaik dan terburuk dari kita. Mari kita gunakan media sosial sebagai alat untuk memperkuat yang terbaik dan memperbaiki yang terburuk dalam masyarakat kita. Karena pada akhirnya, kita memiliki kekuatan untuk membentuk masyarakat yang kita inginkan melalui cara kita berinteraksi di media sosial.