Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Man Jadda Wajada sebagai Semangat dalam Perjuangan: Novel Negeri 5 Menara
28 Oktober 2022 10:18 WIB
Tulisan dari Hilwa Tsamarah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apa kalian pernah mempunyai suatu mimpi? Mimpi merupakan suatu harapan atau tujuan untuk masa depan bagi seseorang. Harapan tersebut dapat berupa suatu benda, cita-cita, atau keinginan. Novel berjudul Negeri 5 menara yang ditulis oleh Ahmad Fuadi ini, bercerita tentang kehidupan seorang anak laki-laki bernama Alif Fikri dan teman-temannya dalam perjalanan meraih mimpi. Banyak suka dan duka yang mereka rasakan bersama. Namun berkat keyakinan dan usaha serta doa yang mereka lakukan, Akhirnya mereka dapat meraih mimpi tersebut. Novel ini juga mengajarkan mengenai arti kerja keras dan makna sebuah kehidupan.
ADVERTISEMENT
Judul Buku : Negeri 5 Menara
Penulis : Ahmad Fuadi
Penerbit : Gramedia (Jakarta)
Halaman : 416
Genre : Fiksi, Edukasi, Religi, Roman
Tahun Terbit : 2009
ISBN : ISBN 978-979-22-4861-6
Novel ini menceritakan tentang kisah seorang anak laki-laki bernama Alif yang berasal dari daerah Bukittinggi, Sumatera Barat. Ketika Alif duduk di bangku MTs, Alif mempunyai teman dekat bernama Randai sekaligus saingan belajar di sekolah. Keduanya bercita-cita untuk melanjutkan sekolahnya di SMA Bukittinggi. Maka dari itu, mereka bersaing untuk mendapatkan nilai tertinggi dan juga mendapat tiket masuk ke sekolah idaman mereka tersebut.
Setelah kelulusan, Alif dinasehati oleh Amaknya (Amak yaitu panggilan ibu dengan bahasa Minang) untuk melanjutkan ke sekolah agama dan tidak diperbolehkan melanjutkan ke sekolah umum seperti SMA idamannya itu. Alif merasa sedih sehingga dia mengurung diri di kamar karena keinginannya untuk sekolah di SMA tidak dapat terpenuhi. Saat itulah datang surat dari pamannya yang bernama Pak Etek Gindo yang tinggal di Mesir dan menawarkan sekolah agama yang berada di pulau Jawa. Alif yang sedang bingung dan sedih akhirnya mengambil keputusan nekat untuk mengikuti saran dari pamannya bersekolah di pondok Madani yaitu sebuah pondok pesantren yang mengajarkan ilmu agama serta ilmu umum.
ADVERTISEMENT
Alif akhirnya berangkat ke pondok Madani diantar ayahnya dengan menggunakan bus antar pulau. Dia berhasil mendaftar di saat-saat terakhir, setelah mengikuti ujian bersama ribuan santri yang mendaftar. Alif dinyatakan lulus dan resmi menjadi santri di pondok Madani yang penuh dengan kegiatan dan peraturan yang harus ditaati. Peraturan tersebut diantaranya yaitu disiplin waktu terhadap semua kegiatan, menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris selama seminggu secara bergantian dan taat terhadap semua aturan yang dibuat.
Suatu ketika Alif melanggar aturan secara tidak sengaja bersama kawan-kawan barunya yaitu terlambat berangkat ke masjid selama lima menit. Akhirnya dia dan kawan-kawannya dihukum oleh bagian pengurus keamanan di halaman masjid. Hukuman pertama ini membuat Alif, Baso, Raja, Dulmajid, Atang dan Said menjadi lebih dekat. Mereka menjadi sering berkumpul bersama mendiskusikan segala hal di bawah menara masjid, termasuk salah satunya menyusun mimpi-mimpi mereka di masa depan. Salah satu mimpi mereka adalah dapat mengunjungi Traval Gare Square di Eropa, tempat yang disinggung para Ustaz mereka saat bercerita tentang tokoh-tokoh inspiratif Islam.
ADVERTISEMENT
Kehidupan di pondok pesantren pun berjalan lancar dan menyenangkan serta menciptakan banyak kenangan yang berkesan. Di pondok Madani ini, Alif belajar banyak hal baru seperti belajar agama, bersosialisasi, menulis, menggunakan bahasa asing, berbicara di depan umum dengan latihan pidato yang intensif, menjadi pemimpin, dan lain sebagainya. Proses belajar mengajar di pondok Madani lebih menyenangkan dengan lingkungan yang kondusif dan tenaga pengajar yang handal serta memotivasi para santri. Banyak pengalaman berharga yang Alif peroleh di sini.
Meskipun kehidupan di pondok Madani sangat mengesankan bagi Alif, tetapi cita-cita yang diimpikannya untuk dapat berkuliah di ITB setelah SMA tidak pernah padam. Kawan lamanya Randai, yang selalu rajin mengiriminya surat dan mengabarkan betapa senangnya dia menjalani mimpi yang mereka miliki bersama untuk masuk SMA dan ITB. Hal itu sempat membuatnya hampir goyah untuk segera meninggalkan pondok Madani dan segera mengejar mimpi lamanya. Ditambah lagi salah satu kawan dekatnya Baso, terpaksa meninggalkan pondok Madani membuat Alif semakin mantap untuk mengikuti jejaknya. Beruntung ayah Alif berhasil menguatkannya dan membuat Alif bertahan hingga selesai masa pengajaran.
ADVERTISEMENT
Alif akhirnya menyelesaikan masa studinya di pondok Madani hingga dinyatakan lulus bersama kawan-kawannya. Selang beberapa tahun kemudian, Alif bertemu lagi dengan kawan-kawan lamanya di pondok Madani yang sering disebut Shohibul Menara di tempat yang pernah mereka impikan bersama yaitu ranah Eropa. Mereka telah berhasil menjalani kehidupan masing-masing yang pernah mereka impikan di pondok Madani, pondok yang mengajarkan banyak nilai Kehidupan, nilai Pendidikan dan nilai Agama.
Kelebihan
Menginspirasi para pembaca khususnya para pemuda masa kini untuk lebih giat dalam belajar, memaknai arti sabar dalam kehidupan, semangat meraih cita-cita dan berbakti kepada orang tua. Selain belajar tentang agama, novel ini juga mengajarkan pengetahuan umum seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, dan seni.
Kelemahan
ADVERTISEMENT
Segi cover yang kurang menarik perhatian dan terkesan lama. Banyak istilah-istilah yang tidak dimengerti oleh pembaca dan tidak ada footnote untuk penjelasannya. Beberapa penggunaan bahasa Asing yang tidak dapat dimengerti
Pedoman cerita
• Man Jadda Wajada : barang siapa yangg bersungguh-sunguh akan berhasil.
• Man Shabara Zhafira: beruntung orang yang sabar.
• Man Thalabal 'Ula Sahiral Layli : Siapa yang ingin mendapatkan kemuliaan, maka bekerjalah sampai jauh malam.