Konten dari Pengguna

Konsep Diri: Suatu Labirin di Dalam Diri yang Perlu untuk Dijelajahi

Hilya Hafiza S
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15 Desember 2024 15:54 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hilya Hafiza S tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dokumentasi Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi Pribadi.
Ilmu psikologi merupakan suatu bidang ilmu yang mempelajari perilaku, proses mental, dan interaksi manusia. Psikologi juga mencakup pemahaman tentang bagaimana manusia berpikir, merasa, belajar, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Dalam ilmu psikologi terdapat banyak sub bidang, salah satunya adalah sub bidang psikologi perkembangan. Dalam sub budang ini terdapa sebuah teori yang dikembangkan oleh Elizabeth Bergner Hurlock yang disebut dengan teori konsep diri, teori konsep diri menjelaskan cara kita mengenal dan memandang diri kita sendiri. Faktor lingkungan, seperti keluarga dan teman, punya pengaruh besar dalam pembentukan konsep diri seseorang. Mengacu pada teori Hurlock, konsep diri merupakan gambaran tentang bagaimana cara seseorang memandang dirinya. Tidak sekadar melihat diri dari penampilan fisik saja, melainkan juga melihat diri sendiri dari aspek psikologis, emosional, aspirasi, dan sosial. Menurut Hurlock terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri, seperti bentuk tubuh, kondisi tubuh, pakaian, nama panggilan, intelegensi, aspirasi, emosi, pola kebudayaan, sekolah, status sosial, dan keluarga. Faktor-faktor ini menghasilkan dua jenis konsep diri, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Konsep diri positif ditandai dengan penerimaan diri, keseimbangan emosional, rasa percaya diri, optimisme, serta hubungan sosial yang sehat. Sebaliknya, konsep diri negatif ditandai dengan pandangan pesimis terhadap diri sendiri, yang sering kali ditandai oleh rasa tidak aman, kehilangan harga diri, pesimisme, kurangnya kepercayaan diri, dan kecenderungan untuk mengisolasi diri dari hubungan sosial. Terdapat beberapa tips untuk membentuk konsep diri yang positif, 1. Terima diri sendiri apa adanya, setiap dari kita pasti punya kelebihan dan kekurangan. Belajar untuk menerima kekurangan merupakan langkah pertama untuk menerima dan mencintai diri sendiri; 2. Jangan takut untuk mencoba hal baru, keluarlah dari zona nyaman dan temukan potensi tersembunyi dari diri kita yang mungkin belum kita ketahui; 3. Percayalah pada diri sendiri bahwa kita punya kemampuan untuk mencapai apa pun yang kita inginkan.
ADVERTISEMENT
Dalam perkembangan seorang anak menuju dewasa pastinya melewati fase remaja, fase remaja ini merupakan fase di mana seorang anak akan menghadapi suatu kejadian atau suatu perasaan kompleks di dalam dirinya untuk menemukan jati diri. Alasan inilah yang menjadi dasar dari penulisan artikel ini. Melalui wawancara langsung, penulis akan mencoba mengulas konsep diri positif dan konsep diri negatif seorang siswa kelas 12 SMA Muhammadiyah 8 Ciputat yang berusia 17 tahun dengan inisial HF. Dari hasil wawancara mendalam dapat ditemukan bahwa HF merasa nyaman dengan dirinya sendiri dan telah mencoba menerima kekurangan yang dimilikinya. Namun, ia masih menghadapi tantangan berupa kurangnya rasa percaya diri ketika berada di lingkungan sosial baru serta konflik internal antara keinginan pribadi dan larangan kedua orang tuanya. Berikut penjelasan yang lebih panjang mengenai konsep diri yang dimiliki oleh seorang siswa SMA Muhammadiyah 8 Ciputat yang berinisial HF.
ADVERTISEMENT
Penerimaan Diri dan Hubungan Sosial
HF memiliki konsep diri positif yang patut diapresiasi, dia adalah orang yang optimis dan selalu berusaha melihat sisi baik dari setiap situasi. HF juga memiliki tingkat penerimaan diri yang baik dan merasa nyaman menjadi dirinya sendiri. Meski demikian, ia kesulitan menyebutkan kelebihan dan kekurangannya secara mendetail. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya apresiasi dari lingkungan ketika ia berhasil meraih suatu pencapaian. HF mengatakan bahwa dia jarang menerima pujian, penghargaan, atau hadiah atas usaha yang telah dilakukannya. Situasi ini mungkin dapat menjadi awal dari munculnya sifat kepercayaan diri yang rendah dan ketidak yakinan atas kelebihan yang dimiliki. Meski jarang mendapat apresiasi, HF merasa hubungan sosialnya dengan keluarga maupun teman-temannya berlangsung baik. Ini menunjukkan bahwa ia memiliki konsep diri yang positif dalam aspek sosial, karena penerimaan dari orang-orang di sekitarnya menjadi dasar yang kuat dalam membangun kepercayaan diri sosial yang baik. HF juga berhasil membangun hubungan sosial yang sehat, dia mampu menciptakan hubungan positif antara dirinya dengan lingkungan keluarga dan lingkungan sosialnya. Namun, dia mengalami kesulitan ketika harus memulai interaksi di lingkungan sosial baru, yang menandakan masih terdapat ketidaknyamanan dalam pengembangan konsep diri sosial yang dimilikinya.
ADVERTISEMENT
Pengelolaan Emosi dan Penyelesaian Masalah
Salah satu kekuatan yang dimiliki oleh HF terletak pada kemampuannya mengelola emosi. Ketika dihadapkan pada masalah, ia cenderung bersikap optimis dan fokus pada pencarian solusi. Mungkin terkesan simple, namun menurut saya ini sangat penting dan mungkin tidak semua orang memiliki solusi penyelesaian masalah seperti HF. HF mengatakan bahwa ketika dia sedang dihadapkan oleh suatu masalah, dia akan berusaha untuk tidak terlalu lama memikirkan masalah dan akan lebih fokus pada pencarian solusi dari masalah yang sedang dia hadapi, meski terkadang dia mengaku malas untuk mencari solusi dan dia memilih untuk menyerah saja pada situasi. Meski masih terdapat hal yang harus dia perbaiki dari sifat malas mencari solusi dan pasrah kepada situasi, secara garis besar HF sudah memiliki kemampuan pengelolaan emosi yang cukup baik.
ADVERTISEMENT
Tantangan Kepercayaan Diri dan Kebebasan Pribadi
Salah satu tantangan utama yang dihadapi HF adalah rasa kurang percaya diri terutama dalam memulai interaksi dengan orang baru, HF cenderung merasa tidak nyaman dalam situasi sosial yang belum dikenalnya. Selain itu, HF juga merasa terjebak di antara keinginan pribadinya dan aturan ketat dari kedua orang tuanya. Dia ingin lebih bebas mengeksplorasi diri dan lingkungannya, tapi terhalang oleh pengawasan ketat orang tuanya. Orang tua HF melarangnya melakukan kegiatan sosial tertentu, seperti menginap di rumah teman atau berkumpul dengan teman-temannya pada malam hari. Meski HF telah meyakinkan mereka bahwa dia memahami batasan apa saja yang boleh dia lakukan dan yang tidak boleh dilakukan, HF tetap mendapatkan larangan dari kedua orang tuanya. Hal ini tentunya menimbulkan rasa kecewa, namun HF mengaku bahwa dia tidak terlalu mempedulikan hal tersebut. Tetapi dari segi psikologi, konflik seperti ini tentu saja memengaruhi cara pandang seseorang terhadap diri sendiri, karena hal ini dapat menjadi awal dari munculnya perasaan kurang dipercaya, yang mungkin akan berdampak pada munculnya perasaan ragu akan diri sendiri dan mungkin juga akan mempengaruhi tingkat kepercayaan terhadap diri sendiri. Selain itu, pengalaman merasa kurang dipercaya ini juga akan menimbulkan keraguan akan kemampuan diri sendiri dan membatasi ruang eksplorasi pribadi di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Perjalanan dalam pembentukan konsep diri merupakan perjalanan kompleks yang tidak selalu mudah, pembentukan konsep diri ini melibatkan interaksi antara individu dan lingkungannya. Pembentukan konsep diri juga bukanlah suatu hal yang mudah dan instan, dibutuhkan waktu dan usaha dalam pembentukan konsep diri ini. Setiap manusia memiliki cara atau hal unik dalam membangun konsep dirinya. Dukungan dari lingkungan, baik keluarga maupun sosial menjadi kunci penting dalam proses pengembangan dan pencarian konsep diri. Dari hasil wawancara dengan HF dapat terlihat pentingnya dukungan lingkungan dalam membentuk konsep diri yang sehat pada remaja. Bagaimana keluarga dan teman-teman berperan dalam membangun kepercayaan diri dan harga diri, serta bagaimana lingkungan sosial dapat membantu remaja menemukan jati dirinya. Meskipun HF menunjukkan penerimaan diri yang baik, ia juga menghadapi sejumlah tantangan, seperti kurangnya kepercayaan diri dalam situasi sosial baru dan konflik antara keinginan pribadi dengan pengawasan ketat kedua orang tuanya menjadi rintangan yang harus dia hadapi.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan dari hasil wawancara, terlihat bahwa HF memiliki kombinasi antara konsep diri positif dan konsep diri negatif. Berikut konsep diri positif dan negatif yang dimiliki oleh HF yang dapat penulis temukan:
Konsep diri Positif:
- Kemampuan menerima diri;
- Optimisme dalam menghadapi masalah atau tantangan;
- Kontrol emosi yang cukup baik;
Konsep diri Negatif:
- Kurangnya kepercayaan diri dalam situasi sosial baru;
- Kurangnya pengenalan mendalam terhadap potensi diri yang dimiliki;
- Kecenderungan pasrah dan malas mencaris solusi dari suatu permasalahan yang sedang dihadapi.