Konten dari Pengguna

Tiga Lembar Kartu Pos: Puisi Kaya akan Makna Karya Sapardi Djoko Damono

Hilya Hafiza S
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10 Juli 2024 18:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hilya Hafiza S tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sebuah buku dengan lembar halaman yang sedang dibuka. (Sumber: https://pixabay.com/id/photos/buku-halaman-bab-membuka-buka-buku-1283865/)
zoom-in-whitePerbesar
Sebuah buku dengan lembar halaman yang sedang dibuka. (Sumber: https://pixabay.com/id/photos/buku-halaman-bab-membuka-buka-buku-1283865/)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"Tiga Lembar Kartu Pos" adalah salah satu puisi karya penyair ternama Indonesia, Sapardi Djoko Damono. Puisi ini ditulis pada tahun 1975 dan termasuk kedalam manuskrip "Hujan Bulan Juni," manuskrip ini berisi puisi-puisi Sapardi dari tahun 1964 hingga 1994. Manuskrip "Hujan Bulan Juni" diterbitkan pada tahun 1994 oleh PT Grasindo.
ADVERTISEMENT
Ditulis dengan gaya bahasa yang sederhana namun kaya akan makna, puisi ini berhasil mengaduk emosi pembacanya. Meskipun pendek, puisi ini menggunakan imajinasi yang kuat. Contohnya pada kutipan, “Suratmu dulu itu entah di mana, tidak di antara bintang-bintang, tidak di celah awan, tidak di sela-sela sayap malaikat” mampu membangkitkan imajinasi tentang tempat-tempat yang jauh dan tak terlihat.
Puisi ini terdiri dari beberapa bait pendek yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu lembar kartu pos 1, lembar kartu pos 2, dan lembar kartu pos 3. Masing-masing bagian memiliki maknanya tersendiri.
Makna dari Lembar Kartu Pos Pertama
Lembar pertama menggambarkan manusia yang ragu dan membutuhkan kejelasan tentang Tuhan. Manusia percaya Tuhan bisa menjawab semua doa, namun merasa jawaban tersebut tidak jelas. Ini tergambar dalam kutipan, “tak pernah tegas mengakui bahwa harus menyelesaikan perkaramu dengan-Ku”. Juga pada kutipan, “tidak di antara bintang-bintang, tidak di celah awan, tidak di sela-sela sayap malaikat” menggambarkan bahwa Tuhan tidak dapat dilihat dan diketahui keberadaannya.
ADVERTISEMENT
Makna dari Lembar Kartu Pos Kedua
Lembar kedua menggambarkan manusia yang kehilangan arah dan bingung tentang keberadaan Tuhan. Hal ini terlihat dari kutipan,
Kutipan 1: “kau di mana kini? Sebenarnya saja: pernahkah kau tulis surat itu?”
Kutipan 2: “Bagaimanapun Aku ingin tahu di mana kau kini”.
Kedua kutipan di atas menunjukkan keraguan manusia terhadap doa-doanya yang tak kunjung dijawab. Pada akhirnya, manusia menyadari bahwa bukan Tuhan yang meninggalkannya, melainkan manusialah yang gagal menjaga hubungan baik dengan Tuhan melalui ibadah. Ini terlihat dalam kutipan, “Mungkin Aku keliru, mungkin selama ini kau tak pernah merasa memelihara hubungan dengan-Ku”.
Makna dari Lembar Kartu Pos Ketiga
Lembar ketiga menjelaskan sikap manusia yang mengabaikan perintah Tuhan dan hanya mendekat saat ada hajat atau keinginan. Di luar itu, manusia sering lupa pada Tuhan dan melakukan dosa, hal ini tergambar dalam dua kutipan berikut:
ADVERTISEMENT
Selain makna pada setiap lembarnya, puisi ini juga memiliki makna simbolik, seperti: