Konten dari Pengguna

Unsur Instrinsik Cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga

Hilya Hafiza S
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10 Juni 2024 18:06 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hilya Hafiza S tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Foto Bunga. (Sumber: https://pixabay.com/photos/bunga-anggrek-indonesia-asian-209630/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Foto Bunga. (Sumber: https://pixabay.com/photos/bunga-anggrek-indonesia-asian-209630/)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menurut Abrams terdapat empat pendekatan yang dapat digunakan dalam menaganalisis karya sastra, yang salah satunya adalah pendekatan objektif. Pendekatan objektif adalah pendekatan yang dilakukan dengan menganalisis unsur dari karya sastra itu sendiri/unsur instrinsik dari karya sastra itu sendiri. Banyak pendapat yang menjelaskan dan membagi unsur instrinsik ini. Salah satunya adalah pendapat dari Robert Stanton. Robert Stanton membagi unsur instrinsik karya sastra kedalam tujuh bagian yakni, alur, latar, tokoh, tema, sudut pandang, simbolisme, dan gaya bahasa. Pendekatan dan pendapat inilah yang akan penulis gunakan dalam menganalisis cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga.
ADVERTISEMENT
Cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga merupakan karya dari sastrawan terkemuka Indonesia, Kuntowijoyo. Cerpen ini dimuat pertama kali dalam Majalah Sastra pada tahun 1969, lalu terbit dalam buku dengan judul sama pada tahun 1992.
Alur
Cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga menceritakan perjalanan tokoh utama, seorang anak laki-laki yang bernama Buyung, yang berjuang antara keinginannya untuk mencintai keindahan bunga-bunga dan larangan dari ayahnya untuk tidak mencintai bunga-bunga. Cerita dimulai dari keluarga Buyung yang pindah dari desa ke kota, yang dimana rumahnya di kota bersebelahan dengan rumah seorang lelaki tua yang tinggal sendirian. Didorong dengan rasa keingintahuan yang tinggi, Buyung berusaha mengintip isi rumah kakek tersebut tetapi ia terus gagal. Hingga pada suatu hari ketika ia sedang bermain layangan bersama teman-temannya muncul lah seorang lelaki tua yang ia yakini adalah lelaki tua yang tinggal dirumah tersebut. Ia terkejut hingga berteriak karena mengira kakek itu jahat, namun ternyata ia salah kakek itu malah memberikan ia sebatang bunga berwarna violet. Yang kemudian Buyung jadi sangat mencintai bunga itu, namun ditentang oleh ayahnya karena ayahnya beranggapan bahwa anak laki-laki tidak boleh menyukai bunga dan laki-laki harus menggunakan tangannya untuk bekerja bukan untuk merawat bunga. Yang dapat dilihat dari kutipan, “Laki-laki tidak perlu bunga, Buyung. Kalau perempuan, bolehlah. Tetapi, engkau laki-laki.” “Untuk apa tangan ini, heh?.” “Untuk kerja! Engkau laki-laki. Engkau seorang laki-laki. Engkau mesti kerja. Engkau bukan iblis atau malaikat, Buyung. Ayo timba air banyak-banyak. Cuci tanganmu untuk kotor kembali oleh kerja. Tahu!.” Tentangan keras dari ayahnya ini membuat Buyung menjadi sedih dan merasa semakin jauh dan asing dengan ayahnya sendiri. Dari kejadian itu pula Buyung menjadi sangat dekat dengan kakek pemilik bunga itu, dia sering bermain ke rumah kakek hanya untuk melihat bunga-bunga dihalaman rumah kakek yang membuat dia merasa mendapat ketenangan. Pada akhir cerpen ini menceritakan bahwa sang tokoh utama mulai menyadari arti dari larangan ayahnya, yang dapat terlihat dari kutipan “untuk apa tangan ini Buyung?” tanya ayah mengulang. Kemudian, aku menemukan jawaban. “kerja!” kataku.
ADVERTISEMENT
Latar
Cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga berlatar di suatu perkotaan yang dapat dilihat pada kutipan, “Ayah baru saja dipindahkan ke kota ini setelah bertahun-tahun mengajukan permohonan.” Pada cerpen ini juga disajikan latar waktu yang cukup jelas, baik itu ketika pagi, siang, sore, maupun pada malam hari.
"Laki-laki tidak perlu bunga. Buyung Kalau perempuan, bolehlah. Tetapi, engkau laki-laki."
"Untuk apa tangan ini, heh?" Dia mengangkat kedua tanganku dengan kedua tangannya. Aku tidak tahu, jadi diam saja. "Untuk kerja! Engkau laki-laki. Engkau seorang laki-laki. Engkau mesti kerja. Engkau bukan iblis atau malaikat, Buyung. Ayo, timba air banyak- banyak. Cuci tanganmu untuk kotor kembali oleh kerja. Tahu!"
Dari dua kutipan di atas dapat dilihat bahwa cerpen ini mengangkat isu tentang laki-laki dan maskulinitas, yang beranggapan bahwa laki-laki itu harus jadi pekerja keras dan tidak boleh menyukai bunga karena dianggap mirip seperti perempuan.
ADVERTISEMENT
Tokoh
Dalam cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga, penulis menceritakan watak para tokoh secara jelas dan mudah dipahami. Berikut tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga:
1. Buyung
Buyung merupakan tokoh utama dalam cerpen ini. Dia diceritakan dengan sifat penasaran dan sulit ditebak. Ia tinggal bersama dengan ayah dan ibunya disebuah rumah yang bersebelahan denga rumah seorang kakek yang memiliki kebun bunga yang luas dan indah. Kemudiaan dia jatuh cinta dengan bunga-bunga tersebut dan sering pergi kerumah kakek untuk membawa bunga dan mempelajari tentang bunga-bunga dari kakek. Yang dapat dilihat dari kutipan “Aku tidak tahu karena apa, telah mencintai bunga di tanganku ini.” Namun hal tersebut ditentang keras oleh ayahnya, yang membuat buyung merasa sedih dan merasa asing dengan ayahnya sendiri.
ADVERTISEMENT
2. Kakek
Tokoh kakek digambarkan sebagai seorang yang bijak, tenang dan penyayang. Yang dapat terlihat dari kutipan pada cerpen, “Katakanlah, cucu. Apakah yang lebih penting dari ketenangan jiwa?”. Dan juga pada kutipan “Kalau jiwamu tenang, perbuatanmu sopan. Kalau jiwamu gelisah, perbuatanmu kasar.” Kakek mencium ubun-ubunku.
3. Ayah
Tokoh ayah digambarkan sebagai seorang laki-laki pekerja keras yang menentang anak laki-laki nya untuk mencintai bunga-bunga. Karena ia beranggapan bahwa anak laki-laki tidak seharusnya menyukai dan merawat bunga. Yang dapat terlihat dalam kutipan “Laki-laki tidak perlu bunga, Buyung. Kalau perempuan, bolehlah. Tetapi, engkau laki-laki." Dan juga pada kutipan “Ayah belum pernah menjenguk kamarku. Itu menyenangkan, ayah terlalu sibuk untuk mencampuri urusanku.”
4. Ibu
ADVERTISEMENT
Dalam cerpen ini tokoh ibu digambarkan dengan sifat lembut, sabar, serta mendukung pilihan anaknya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan “Tentu saja kau boleh memelihara bunga. Bagus sekali bungamu itu. Itu berwarna violet. Bunga ini anggrek namanya. Aku suka bunga. Kuambil vas, engkau boleh mengisinya dengan air. Dan, bunga ini ditaruh di dalamnya. Kamar ini akan berubah jadi kamar yang indah! Setuju?.”
Tema
Cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga mengangkat tema tentang keindahan dan kebahagiaan hidup. Dimana keindahan dan kebahagiaan dapat ditemukan dalam hal-hal kecil, seperti pada bunga misalnya. Tetatapi dalam mendapatkan keindahan dan kebahagiaan itu terdapat halangan atau hambatan yang bisa disebabkan oleh norma-norma sosial dan kebiasaan. Cerpen ini juga mengangkat tema tentang laki-laki dan maskulinitas, serta peranan keluargan dalam kehidupan.
ADVERTISEMENT
Sudut Pandang
Pada cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga, sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama. Karena pada cerpen ini menggunakan kata ganti orang pertama yaitu “aku”. Dimana tokoh aku pada cerpen ini menjadi tokoh utama dalam cerita dan cerpen ini ditulis dari sudut pandanganya.
Kutipan 1: "Sore itu aku pulang dengan bunga-bunga di tangan. Aku kembali lewat pagar tembok."
Kutipan 2: "Aku berdiri saja. Ingin aku menyembunyikan setelitinya bunga-bunga di tanganku. Ayah telanjur melihat. Aku diam. Ayah tidak suka dibantah.”
Kutipan 3: "Suatu hari aku ke sana. Hari itu siang. Aku duduk di ruang depan seperti biasa.”
Simbolisme
1. Bunga
Pada cerpen ini, bunga melambangkan keindahan dan ketenangan jiwa. Yang di mana keindahan dunia tidak terletak pada hal-hal yang berada di luar diri kita melainkan dari ketenangan jiwa dan batin kita.
ADVERTISEMENT
Kutipan: “Kita adalah dua tangkai anggrek. Bunga indah bagi diri sendiri dan yang memandangnya. Ia setia dengan memberikan keindahan. Ia lahir untuk membuat dunia indah. Tataplah sekuntum bunga, dan dunia akan terkembang dalam keindahan di depan hidungmu. Tersenyumlah seperti bunga.”
2. Pekerjaan Ayah Buyung
Pekerjaan ayah Buyung yang membuatnya menjadi sangat sibuk dapat menyimbolkan kehidupan yang penuh dengan tekanan. Pekerjaan ayah Buyung ini menunjukkan bagaimana kesibukan dapat membuat seseorang tidak mengenal tetangganya dan tidak memiliki waktu untuk menikmati keindahan hidup.
Kutipan:
1. “Kesibukan Ayah membuatnya tidak mengenal tetangga, hanya Ibu yang sudah mulai banyak kawan, seperti biasanya ibuku di mana pun kami ditempatkan. Ayahku mengangguk saja kepada orang sekitar bila kebetulan berpapasan, lalu buru- buru masuk rumah.”
ADVERTISEMENT
2. “Ayah belum pernah menjenguk kamarku. Itu menyenangkan, Ayah terlalu sibuk untuk mencampuri urusanku.”
Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan penulis dalam cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga adalah gaya bahasa yang sederhana namun kaya akan makna yang dapat menghanyutkan para pembacanya. Cerpen ini juga menggunakan metafora dan simbolisme untuk menggambarkan makna yang terkandung dalam cerita. Selain itu, cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga karya Kuntowijoyo ini mengangkat permasalahan sehari-hari yang jalan ceritanya dibuat ringan namun tetap memiliki makna yang dalam.