Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Membangun Personal Branding Melalui Digital Storytelling Di Media Sosial
25 Oktober 2024 15:57 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari HIMAKOM UKI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Nathasya Edeline Hasian Tobing
Membangun personal branding di media sosial merupakan salah satu strategi yang kian populer di era digital saat ini. Personal branding, pada dasarnya adalah citra diri atau reputasi yang kita bangun dan komunikasikan kepada publik, supaya mendapatkan perhatian di tengah perkembangan pesat media sosial. Di masa lalu, personal branding lebih dikaitkan dengan figur publik atau profesional tertentu, seperti selebritas, politisi, atau pebisnis. Namun, saat ini, siapa pun dengan akses internet dan akun media sosial dapat menciptakan citra diri yang mereka inginkan di dunia maya. Media sosial menjadi alat yang sangat efektif untuk membangun personal branding melalui jangkauan global dan fleksibilitasnya. Dengan digital storytelling, yaitu teknik menceritakan kisah diri sendiri atau pengalaman melalui konten digital, individu dapat dengan mudah menarik perhatian dan membangun hubungan dengan audiens mereka. Fenomena ini menjadi relevan dengan tren media sosial yang kini sangat menekankan pada narasi autentik dan konten yang relatable.
Dalam beberapa tahun terakhir, platform media sosial seperti Instagram, TikTok, YouTube, dan LinkedIn telah menjadi medan bagi banyak individu untuk mengekspresikan diri dan membangun personal branding yang unik. Platform ini memungkinkan siapa pun untuk berbagi cerita mereka dalam berbagai format, mulai dari foto, video, hingga teks. Narasi pribadi yang otentik menjadi elemen kunci dalam menarik perhatian audiens dan menciptakan hubungan emosional dengan mereka. Misalnya, Instagram Stories atau TikTok memungkinkan pengguna untuk berbagi cuplikan dari kehidupan sehari-hari mereka, mengungkapkan proses kreatif di balik pekerjaan mereka, atau memberikan pandangan yang jujur tentang tantangan yang mereka hadapi. Semua ini merupakan bentuk digital storytelling yang membantu membangun personal branding yang kuat dan nyata.
ADVERTISEMENT
Salah satu tren utama yang mendukung digital storytelling sebagai alat personal branding adalah meningkatnya apresiasi terhadap konten autentik. Di masa lalu, media sosial dipenuhi dengan citra yang terkesan sempurna dan ideal, tetapi tren ini mulai bergeser seiring dengan meningkatnya minat audiens terhadap konten yang lebih “real”. Orang tidak lagi tertarik pada profil yang hanya menampilkan kesempurnaan, tetapi mereka mencari narasi yang lebih jujur, yang dapat mereka hubungkan secara personal. Konten yang bersifat real-time, tidak terlalu dipoles, dan menunjukkan sisi manusiawi seseorang sering kali mendapat respons lebih baik di media sosial. Algoritma media sosial, terutama Instagram dan TikTok, kini juga lebih mengutamakan engagement, yang berarti semakin banyak interaksi (seperti komentar, likes, dan shares) yang diperoleh dari konten yang bersifat naratif, semakin besar peluang konten tersebut untuk muncul di feed orang lain. Fenomena ini menunjukkan bahwa storytelling yang kuat dapat mendorong keterlibatan audiens lebih jauh, membuat personal branding seseorang lebih efektif dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Selain itu, tren konten video pendek juga mendominasi lanskap media sosial saat ini, terutama dengan munculnya TikTok dan Instagram Reels. Format video pendek memungkinkan seseorang untuk menyampaikan cerita atau pesan secara singkat namun padat, membuat audiens tertarik dalam waktu yang relatif singkat. Format ini sangat sesuai dengan karakteristik konsumsi media sosial yang semakin cepat dan instan. Video yang menceritakan kisah pribadi atau memperlihatkan perjalanan seseorang dalam mencapai sesuatu biasanya lebih efektif dalam membangun koneksi dengan audiens. Hal ini juga diperkuat oleh sebuah penelitian yang dilakukan oleh McLuhan Institute yang menunjukkan bahwa narasi visual yang emosional memiliki dampak lebih besar dalam menciptakan keterlibatan dibandingkan dengan teks biasa. Dengan demikian, menggunakan video pendek sebagai bagian dari digital storytelling adalah langkah strategis dalam membangun personal branding yang kuat.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, ada juga beberapa tantangan yang dihadapi dalam membangun personal branding melalui digital storytelling di media sosial. Salah satunya adalah menjaga konsistensi. Konsistensi adalah kunci dalam membangun reputasi jangka panjang, terutama di dunia digital yang cepat berubah. Jika seseorang tidak konsisten dalam menyampaikan pesan atau citra yang diinginkan, audiens dapat dengan mudah bingung atau kehilangan minat. Konsistensi dalam konten storytelling harus mencerminkan nilai-nilai inti, gaya, dan tujuan seseorang dalam jangka panjang. Misalnya, jika seorang individu ingin dikenal sebagai seorang profesional yang berorientasi pada lingkungan, maka narasi yang dibangun harus konsisten dengan aktivitas atau pandangan yang terkait dengan isu-isu lingkungan.
Opini pribadi saya mengenai pentingnya digital storytelling dalam membangun personal branding adalah bahwa pendekatan ini memungkinkan orang untuk menyampaikan lebih dari sekadar fakta tentang diri mereka. Melalui narasi yang dipersonalisasi, seseorang dapat berbagi nilai-nilai, pengalaman, dan visi hidup mereka dengan cara yang lebih mengena di hati audiens. Seperti yang disebutkan dalam penelitian dari McLuhan Institute, narasi yang emosional dan visual memiliki kekuatan lebih dalam menarik perhatian dan menciptakan hubungan yang lebih mendalam dengan audiens. Dengan digital storytelling, seseorang dapat menunjukkan identitas mereka dengan cara yang lebih menarik dan relatable, menjadikan personal branding bukan sekadar soal pencitraan, tetapi soal membangun kepercayaan dan koneksi yang kuat.
ADVERTISEMENT
Membangun personal branding melalui digital storytelling di media sosial adalah strategi yang sangat efektif di era digital. Dengan tren media sosial yang semakin mengutamakan konten naratif dan autentik, storytelling memberikan peluang besar bagi individu untuk menunjukkan siapa mereka sebenarnya, sekaligus menciptakan hubungan emosional dengan audiens. Tren konten video pendek, narasi real-time, dan algoritma yang mengutamakan engagement mendukung penggunaan storytelling sebagai alat branding yang kuat.
Referensi:
McLuhan Institute. (2022). The impact of digital storytelling on audience engagement. Journal of Communication Studies, 45(3), 123-140.