Kratom, Primadona Baru Kalbar yang Masih Abu-abu

Hi Pontianak Admin
Media digital dari Kota Pontianak yang menghadirkan informasi terkini dan hal-hal yang kamu butuhkan.
Konten dari Pengguna
11 Februari 2019 21:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hi Pontianak Admin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi - Kratom.
Hi!Pontianak. Daun Kratom saat ini menjadi primadona petani Kalimantan Barat. Setelah harga kelapa sawit yang lemah, dan karet yang lesu. Kratom menjadi pilihan kegiatan ekonomi warga Kalimantan Barat.
ADVERTISEMENT
Kratom mempunyai nama latin Mitragyna speciosa. Mitragyna speciosa (dari keluarga Rubiaceae) merupakan pohon besar yang biasa hidup di daerah tropis dan sub-tropis di Asia Tenggara, termasuk Kalimantan Barat.
Kratom, atau yang biasa juga disebut daun purik atau ketum, telah lama digunakan sebagai obat herbal penghilang rasa sakit. Ia bisa dimakan mentah, diseduh seperti teh, atau diubah menjadi kapsul, tablet, bubuk, dan cairan.
Permintaannya tak hanya dari dalam negeri. Berton-ton daun kratom asal Kalbar dikirim ke sejumlah negara, Amerika Serikat, dan beberapa negara di Eropa.
daun kratom segar.
Efek yang diakibatkan oleh kratom, mirip seperti kokain atau opium, walau tingkatnya lebih kecil. Di Indonesia, kratom telah dimasukkan ke daftar New Psychoactive Substances (NPS) oleh Laboratorium Badan Narkotika Nasional (BNN). Hanya saja, kratom belum dicantumkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 tahun 2014.
ADVERTISEMENT
Dan meskipun telah dimasukkan ke dalam NPS, peredaran kratom belum diatur oleh undang-undang, sehingga legalitasnya pun masih dipertanyakan. Bahkan hingga saat ini, masih banyak pro kontra mengenai kratom, baik di Indonesia maupun di luar negeri.
Kratom bubuk yang telah dikemas.
Menurut Kapolda Kalbar, Irjen Pol. Didi Haryono, saat ditemui Hi!Pontianak di Mapolda Kalbar, Pontianak, Senin (11/2/2019), untuk saat ini belum ada larangan terkait penggunaan maupun peredaran kratom.
"Kratom bahkan sudah di ekspor ke berbagai negara, hanya peredarannya masih kita awasi dan kita batasi. Kita lihat aspek mudharatnya, dan segi dampaknya bagi penggunanya, dan itu masih kita teliti,” tegas Kapolda.
Daun Kratom banyak tumbuh di wilayah tropis.
Polda Kalbar, bekerja sama dengan BPPOM, Karantina, dan pihak terkait, masih melakukan penelitian mendalam, terkait manfaat dan efek samping daun kratom bagi kesehatan.
ADVERTISEMENT
Menurut Gusti (43), petani Kratom di kawasan Desa Kapur, Kubu Raya, permintaan tertinggi datang dari Amerika Serikat. "Terkadang untuk memenuhi kuota permintaan, kita bekerjasama dengan petani kratom lain, untuk mengumpulkan hasil panen sebelum di ekspor," katanya.
Kratom, setelah bersih, digiling menjadi bubuk, dihargai Rp 80 ribu perkilogramnya
Saat ini kratom menjadi penopang ekonomi dan sampingan para petani karet dan kelapa sawit yang sedang lesu. (hp4)