Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Sekitar tahun 1934, Kota Pontianak terbagi dalam tiga perkampungan besar, yakni Kampung Marianne, Tengah dan Darat Sekip.
ADVERTISEMENT
Menurut catatan dokumenter Syarifuddin Usman, Sejarawan Pontianak mengatakan, Kampung Marianne (Kelurahan Mariana sekarang) sebelah barat dibatasi Soengai Djawi Weg (ruas Jalan Sungai Jawi, sekarang Jalan Hasanuddin), di utara Sungai Kapuas Ketjil, sebelah timur masing-masing Waserang Weg (Jalan Wak Serang, sekarang Jalan Rajawali), Tengah Weg (Jalan Tengah kini Jalan Cenderawasih), Sipan Weg (terusan Jalan Rajawali, sekarang Jalan Kutilang), dan Parit Secretaris. Kemudian, di sebelah selatan dengan Gevangenis Weg (Jalan Penjara).
“Kampung ini gabungan dari Kampung Marianne, kampung sekitar perkantoran pemerintahan, sekitar tembok baru dan kampung Sungai Jawi,” jelasnya kepada Hi!Pontianak, Jumat (13/3).
Kawasan ini sebagian besar didiami penduduk masyarakat Melayu dan Bugis. Mereka adalah petani dan pekebun kelapa serta karet. “Bugis terutama di Sungai Jawi,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Kampung ini terdiri perumahan pejabat dalam kawasan kantor keresidenan, antara lain rumah residen dan komandan militer, sekarang Wisma Tanjung Ria, terdapat pula rumah kontrolir dan kepala pelabuhan di hospital weg (Jalan Rumah Sakit, sekarang Jalan Sudirman).
Luar kompleks masih jajaran Jalan Rumah Sakit, di Landraad Weg (jalan Pengadilan, kini Jalan Jenderal Urip) ada kantor inspektorat kepolisian dan rumah kepala Inspektorat Polisi. Juga ada rumah asisten residen di sudut antara van Boekholtz Weg (jalan Sidas), Muntinghe Weg (jalan Tamar). Nama Boekholtz dan Muntinghe diabadikan dari dua nama utusan kolonial ke Pontianak sekitar 1818 pasca Inggris menduduki.
Kampung Darat Sekip sebelah barat dibatasi Jalan Rumah Sakit, sedikit de Steurs Weg, Kerkhof Weg (jalan kuburan, kini Jalan AR Hakim, kerkhof dibangun 1890), Poenggoer Weg (jalan Punggur, jalan RA Kartini sekarang), Manggis Weg (jalan Manggis), Palem Weg dan Soengai Bangkong Weg, jalan Sungai Bangkong, sekarang Jalan Johar).
ADVERTISEMENT
Di utara dengan Sungai Kapuas Kecil dan Jalan Parit Besar, sebelah timur Darat Weg (Jalan Darat atau jalan Teuku Umar) dan sebelah selatan Jalan Penjara.
“Kampung ini gabungan dari Kampung Cina, Kampung Bali, Kebon Cina, Kampung Darat dan lapangan tembak (Schijfschietterrein). Penamaan Darat Sekip karena posisi semula antara Kampung Darat dan Sekip,” kata dia.
Pemukim kawasan Kampung Darat ini beragam etnik, diantaranya adalah Kampung Cina dan Kampung Bali, sebagian besar pedagang Cina. Sebagian besar Kampung Darat orang Jawa adalah petani.
Menurut Syarifuddin, dalam kawasan tiga perkampungan ini, hingga tahun 1900-an pertengahan terdapat enam sekolah, milik pemerintah maupun partikulir.
Di jalan Biara (Jalan Ir H Juanda) ada Seminari milik Zending di kompleks Katedral, lalu Holland Chinesche Meisjes School di Jalan Kuburan belakang Katedral, Sekolah Rakyat (Indlandsche School) di Muntinghe Weg dan Holland Indlandsche School (HIS) di Muntinghe (Jalan Tamar).
ADVERTISEMENT
“Hollands Chinesche School di Balie Weg (jalan Bali di Kampung Bali, kini jalan Sisingamangaraja), ada juga Chinesche School di Societet Weg (jalan Societet kini jalan Bardan, Societet adalah klub elit Eropa dan elit lainnya di Pontianak), dan sekolah anak Eropa (Europeesche School) di Residen Weg, di kawasan kantor residen,” pungkasnya.