5 Bangunan Bergaya Arsitektur Kolonial di Kota Pontianak

Konten Media Partner
24 Juli 2019 10:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
SDN 14 Pontianak yang bangunannya bergaya arsitektur kolonial Belanda. Foto: Lidya
zoom-in-whitePerbesar
SDN 14 Pontianak yang bangunannya bergaya arsitektur kolonial Belanda. Foto: Lidya
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Selain terkenal sebagai kota yang dilalui garis Khatulistiwa dan memiliki sungai terpanjang di Indonesia yakni Sungai Kapuas, Kota Pontianak juga menyimpan tempat wisata yang indah, misalnya bangunan-bangunan bersejarah.
ADVERTISEMENT
Jika umumnya bangunan bersejarah akan dijadikan objek wisata sehingga dibebaskan dari aktivitas harian masyarakat agar mudah menjaga dan merawatnya, lain hal dengan yang terjadi di Pontianak. Ada beberapa bangunan bersejarah pada masa kolonial yang masih kokoh berdiri dan digunakan sebagai tempat beraktivitas masyarakat.
Menurut buku Menegakkan Kedaulatan dan Ketahanan Ekonomi yang ditulis Syafarudin Usman, ada 5 bangunan bergaya arsitektur kolonial:
SDN 14 Pontianak yang bangunannya bergaya arsitektur kolonial Belanda dan masih difungsikan hingga sekarang. Foto: Lidya
Masyarakat Pontianak pasti tak asing dengan sekolah yang berada di Jalan Tamar, Kelurahan Mariana, Kecamatan Pontianak Kota ini. Bangunan sekolah ini sudah berfungsi sejak masa kolonial Belanda pada tahun 1928.
Bangunan ini dulunya adalah Hollandsch Inlandsche School (HIS), sebutan SD pada masa Belanda. Pemerintah Hindia Belanda mendirikan HIS dengan tujuan untuk mengadakan pendidikan volkschool.
ADVERTISEMENT
Awalnya, sekolah tersebut hanya diperuntukkan bagi anak-anak Belanda saja. Namun pada 1928, Pemerintah Hindia Belanda memperbolehkan orang pribumi untuk bersekolah di HIS, walaupun masih sebatas memperbolehkan anak-anak petinggi dan pejabat saja.
Meskipun zaman kolonial telah lama berlalu, bangunan SD Negeri 14 Pontianak Kota ini masih terlihat sama dengan masa lalu. Kini status bangunan ini dijadikan cagar budaya. Bangunan ini terbuat dari kayu belian atau kayu ulin, dan berbentuk persegi panjang, dengan bercirikan arsitektur kombinasi kolonial dan tradisional Melayu.
Bangunan Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Pontianak. Foto: @catur_prasetyo_s
Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Pontianak yang terletak di Jalan Zainuddin, Kecamatan Pontianak Kota ini, dulunya merupakan kompleks kantor residen bangunan abad 20 Masehi. Bangunan ini juga pernah dijadikan Kantor Wali Kota Pontianak.
ADVERTISEMENT
Hingga kini, arsitektur bangunan gedung kantor Bappeda Kota Pontianak ini masih dipertahankan seperti zaman dahulu, yakni lantai kayu, jendela kayu, dan atap sirap. Kantor ini juga memiliki dua ruang aula yang sering dipakai untuk kegiatan seminar, rapat, ataupun focus group discussion (FGD).
Kantor Pos Pontianak yang bangunannya bergaya arsitektur kolonial Belanda dan masih difungsikan hingga sekarang. Foto: Lidya
Bangunan Kantor Pos pertama di Kota Pontianak ini merupakan peninggalan kolonial Belanda pada tahun 1937 dan masih difungsikan hingga sekarang. Arsitektur bangunan ini masih kental dengan corak desain milik Belanda. Hal tersebut terlihat dari susunan jendela besar yang berfungsi sebagai ventilasi udara. 
Terletak di Jalan Rahadi Usman, Kecamatan Pontianak Kota, tepat di depan Alun-Alun Kapuas. Berada satu kompleks dengan bangunan-bangunan penting di Kota Pontianak, seperti eks Kantor Bank Indonesia, Kantor Wali Kota Pontianak, dan Makodam XII Tanjungpura yang kini berubah menjadi Mapomdam.
ADVERTISEMENT
Keraton Kadriyah yang merupakan Istana Kesultanan Melayu Pontianak. Foto: @wahyu.al.farisi
Keraton Kadriyah merupakan Istana Kesultanan Melayu Pontianak yang didirikan pada tahun 1771 oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie. Terletak di daerah muara Sungai Kapuas, termasuk kawasan yang diserahkan Sultan Banten kepada VOC Belanda pada masa kolonial.
Pada masa pemerintahan kolonial tepatnya saat kepemimpinan Syarif Muhammad Alkadri, sempat dilakukan renovasi terhadap bangunan bersejarah ini. Bangunan dirancang oleh arsitek G.J Bel dan C.P Wolff Scoemaker yang merupakan arsitek Belanda.
Secara garis besar, bangunan Istana Kesultanan memang tidak banyak berubah. Namun, atap paling atas terdapat perubahan yang sangat signifikan. Hingga kini, Istana Kesultanan digunakan sebagai objek wisata masyarakat Pontianak dan wisatawan luar.
Gedung Kwatir Daerah Gerakan Pramuka Kalbar yang jadi bangunan cagar budaya di Pontianak. Foto: Lidya
Bangunan yang berada di Jalan Zainudin ini dulunya merupakan kompleks perumahan para pejabat pemerintahan Hindia Belanda di Kalimantan Barat. Bangunan ini juga pernah dijadikan sebagai tempat pertemuan para pejuang dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Setelah masa kemerdekaan, bangunan yang berbentuk memanjang ke belakang dengan delapan ruangan ini, pernah difungsikan sebagai kantor Komando Daerah Angkatan Kepolisian (Komdak), lalu sebagai kantor BKKBN. Kemudian pada tahun 1980 akhir, bangunan ini difungsikan sebagai kantor Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Kalimantan Barat.
Bangunan yang tidak pernah direnovasi sama sekali ini, termasuk 14 bangunan yang telah ditetapkan statusnya sebagai cagar budaya. Keberadaan bangunan ini menjadi sangat penting dalam perjalanan sejarah Kota Pontianak. (hp6)