Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Kabar duka datang dari dunia sastra Indonesia. Sastrawan Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada Minggu (19/7) pukul 09.17 WIB. Dikutip dari kumparanNews, Sapardi menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan.
ADVERTISEMENT
Sapardi Djoko Damono merupakan seorang penyair, dosen, pengamat sastra, kritikus sastra dan pakar sastra. Ia lahir di Surakarta pada 20 Maret 1940, putra pertama pasangan Sadyoko dan Saparian. Tidak hanya dikenal melalui puisi-puisinya, ia juga telah menerbitkan sejumlah buku puisi, esai, fiksi, bahkan menerjemahkan karya sastra sejak 1969.
Berikut ini 5 buku terbaik karya Sapardi Djoko Damono menurut versi Gramedia.com :
1. Hujan Bulan Juni
Hujan Bulan Juni merupakan salah satu novel trilogi dari Sapardi yang paling banyak diburu. Manis-getir kisah Sarwono dan Pingkan dituangkan begitu penuh makna oleh Sapardi. Hujan Bulan Juni tidak hanya disajikan dalam bentuk kata, namun juga dilirik untuk diadaptasi ke layar lebar, yang dengan apik diperankan oleh Adipati Dolken dan Velove Vexia.
ADVERTISEMENT
Sebelum beralih menjadi novel, Hujan Bulan Juni terlebih dahulu terbit berupa kumpulan puisi, yang kemudian juga disisipkan ke dalam novel bersama dengan Sarwono untuk Pingkan, kekasihnya. Kumpulan puisi Hujan Bulan Juni telah dialihbahasakan ke dalam empat bahasa yaitu Inggris, Jepang, Arab, dan Mandarin.
2. Yang Fana Adalah Waktu
Bicara soal trilogi Hujan Bulan Juni, kisah Sarwono dan Pingkan usai dalam Yang Fana Adalah Waktu, setelah sebelumnya dijembatani oleh Pingkan Melipat Jarak.
Begitu apiknya trilogi ini dikisahkan oleh Sapardi hingga mendapatkan penghargaan dalam Anugerah Buku ASEAN 2018 di Malaysia. Karya ini dinilai sebagai karya sastra dengan mutu tinggi oleh para panel penilai profesional.
3. Duka-Mu Abadi
Bertepatan dengan usianya yang menginjak 77, Sapardi tidak melewatkan kesempatan untuk merayakannya dengan menerbitkan tujuh buku sekaligus, yaitu satu novel dan enam kumpulan puisi; Pingkan Melipat Jarak (novel kedua dari Trilogi Hujan Bulan Juni), Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro?, Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita, Kolam, Namaku Sita, Duka-Mu Abadi, dan Ayat-ayat Api.
ADVERTISEMENT
Keenam buku kumpulan puisi ini mulanya sudah pernah terbit, dan kini mereka lahir kembali. Duka-Mu Abadi, yang berisi 43 puisi Sapardi pada tahun 1967-1968 menjadi salah satu yang paling diminati. Buku ini pun hadir dengan compact disc yang berisikan musikalisasi puisi yang dibawakan oleh Sapardi.
4. Bilang Begini, Maksudnya Begitu
Lewat buku ini Sapardi sukses mencitrakan diri bahwa ia bukan sekadar pujangga yang pandai bermain kata, namun juga persona yang ingin mengajak mereka di luar sana yang belum dekat dengan sastra.
Hal inilah yang yang membuat Sapardi ingin menghadirkan buku untuk membuat pembacanya lebih dapat mengapresiasi puisi, selurus makna yang disampaikan penyair. Buku ini merupa ajakan yang menyertakan contoh juga penjelasan, untuk mengerti ‘gaya’ yang seringkali digunakan oleh para penyair dalam ber-rima.
ADVERTISEMENT
5. Manuskrip Sajak Sapardi
Pada 2017 lalu, Manuskrip Sajak Sapardi juga mewarnai kebutuhan literasi Indonesia. Buku ini disebut-sebut sebagai harta karun yang berharga. Di dalamnya terdapat corat-coret sajak Sapardi semasa muda hingga dewasa. Buku ini dirancang serupa album kolase gambar yang dibagi dalam periode tahunan, sejak 1958 sampai 1968, juga 1970-an.
Dalam Manuskrip Sajak Sapardi ini pembaca dapat melihat sajak-sajak indah Sapardi yang spontan, mengalir apa adanya, sebelum lahir dalam bentuk buku. Sapardi berharap, artefak ini untuk bisa menjadi bahan studi dalam pembelajaran sastra.