Konten Media Partner

Asyiknya Berwisata Sambil Belajar Konservasi Penyu di Pantai Tanjung Api Sambas

19 Oktober 2024 13:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengunjung berwisata di Pantai Tanjung Api Sambas. Foto: M. Zain/Hi!Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjung berwisata di Pantai Tanjung Api Sambas. Foto: M. Zain/Hi!Pontianak
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hi!Pontianak - Kabupaten Sambas memiliki tempat wisata pantai yang berbeda dari biasanya. Tepatnya di tempat wisata Pantai Tanjung Api di Desa Sebubus, Kecamatan Paloh.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya pemandangannya yang indah, di pantai yang dekat dengan perbatasan Indonesia-Malaysia itu terdapat tempat konservasi penyu.
Ketua Pokmaswas Kambau Borneo, Muraizi, mengatakan upaya konservasi penyu sudah dilakukan hampir selama 13 tahun. "Kami memulainya sejak tahun 2011. Dan kami membuat kelompok ini atas inisiasi kami selaku masyarakat bahwa kami harus melestarikan penyu yang merupakan salah satu satwa dilindungi," ungkapnya, Sabtu, 19 Oktober 2024.
Muraizi mengatakan, ada 4 jenis penyu yang dapat ditemukan di pantai Tanjung Api. Mulai dari yang paling mendominasi yaitu penyu hijau atau disebut dengan penyu Kambau, kemudian penyu sisik, penyu Lekang dan penyu Belimbing atau penyu raksasa.
"Untuk penyu raksasa didalam kurun waktu 5 tahun sekali, itu selama kami melakukan kegiatan ada 2 kali mendarat. Terakhir itu sekitar 2021 atau 2022 pada bulan September di sektor Belacan," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Selain mendapatkan ilmu terkait upaya konservasi penyu, pengunjung yang datang di pantai Tanjung Api juga bisa melepaskan langsung anak penyu atau tukik ke laut lepas. Bahkan jika beruntung, bisa melihat langsung proses penyu bertelur pada saat malam hari.
"Kalau melihat penyu pada malam hari akan kita pandu. Kemudian cara memindahkan telurnya juga kita ajarkan hingga menanamnya juga kita ajarkan," kata Muraizi.
"Bahkan bisa langsung melepas tukik yang kalau kita lepas hari ini, nanti sekitar 25 sampai 30 tahun akan kembali lagi ke habitatnya selagi habitatnya tidak terganggu," tambah Muraizi.
Agar tidak ketinggalan momen-momen tersebut, Muraizi menyarankan agar pengunjung yang akan datang untuk berkoordinasi atau bertanya terlebih dahulu.
"Karena kita harus tau musimnya, ketika momennya tidak sesuai maka susah untuk bertemu penyu. Waktu berkunjung itu harusnya diatas bulan Mei dan puncaknya itu bulan Agustus dan September. Sedangkan di bulan Oktober ini ada tetapi tidak banyak lagi," pungkasnya.
ADVERTISEMENT