Bagaimana Pengelolaan dan Pemanfaatan Limbah Batu Bara? Begini Kata Peneliti

Konten Media Partner
10 April 2021 12:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PWI menggelar webinar pemanfaatan FABA. Foto: Dok. PWI Kalbar
zoom-in-whitePerbesar
PWI menggelar webinar pemanfaatan FABA. Foto: Dok. PWI Kalbar
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Limbah yang ditimbulkan dari abu batu bara PLTU di Kalbar patut dipertanyakan. Bagaimana pengelolaan dan bahkan pemanfaatannya? Sebab, sejauh ini masyarakat belum banyak mengetahui model pengelolaan limbah yang tergolong jenis baru di Kalimantan Barat.
ADVERTISEMENT
"Kita ketahui, saat ini PLTU di Kalbar tumbuh pesat, ada penggunaan bahan bakar batu bara di sana, dan sisanya merupakan limbah debu. Ini akan menjadi persoalan lingkungan, apabila tidak dikelola dengan baik," kata Ketua PWI Kalbar, Gusti Yusri usai menghadiri webinar pemanfaatan FABA (Fly Ash Buttom Ash), Jumat, 9 April 2021.
Webinar yang diselenggarakan PWI itu menghadirkan para peneliti, praktisi dan berbagai komponen diikuti wartawan dari seluruh Indonesia.
Gusti mengingatkan, masalah lingkungan merupakan isu sentral Indonesia. Untuk itu masyarakat wajib mengatahui, pemanfaatan limbah dimaksud. Apalagi isu FABA ini sudah menjadi bahasan khusus para ahli dan pegiat lingkungan.
Menurutnya memang sudah ada penelitian tentang manfaat limbah FABA ini, tetapi sosialisasi harus tetap dilakukan. Sehingga, tidak menjadi isu yang merugikan daerah.
ADVERTISEMENT
Gusti mengatakan, limbah FABA ini sesungguhnya sangat bermanfaat bagi kehidupan terutama sektor manufaktur untuk kebutuhan infrastruktur. "Penelitiannya sudah sangat banyak, regulasi pemerintah juga sudah ada, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021. Karena itu tinggal implementasinya saja," ujar Gusti.
Ketua Umum PWI Pusat, Atal S Depari mengungkapkan, banyak masyarakat yang awam terhadap FABA dan pemanfaatannya. Namun, setelah didalami ini menjadi isu yang sangat menarik. “Ini issue sexy, apalagi tren pemanfaatan batubara semakin meningkat sejalan dengan pembangunan PLTU di mana-mana," ucapnya.
Peneliti dari Institut Teknologi Surabaya, Ing Januarti Jaya Ekaputri mengungkapkan, selama ini limbah batu bara masuk dalam katagori limbah berbahaya. Sementara di Jepang, China, Eropa dan kebanyakan negara di dunia limbah batu justru sangat bermanfaat sebagi bahan pengganti semen untuk keperluan infrastruktur, baik jalan maupun bangunan. Banyak sekali pemanfaatan FABA.
ADVERTISEMENT
"Di Jepang pemanfaatan FABA (limbah batu bara-red) sudah sangat lama dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan infrastruktur, sementara di Indonesia ini dianggap limbah berbahaya. Sebaliknya, mi instan kita yang sangat digemari itu, di Jepang masih diragukan," paparnya.
The Queen of Limbah, demikian dia dijuluki karena ketekunannya dalam meneliti limbah mengatakan, dibanyak negara pemanfaatan FABA sangat memasyarakat dan sudah berlangsung sangat lama. Sementara di Indonesia memperlakukannya sebagai Bahan Beracun Berbahaya (B-3).
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Lontar Unit 4 di Balaraja, Tangerang. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Kendati terlambat, Indonesia bersyukur karena pemerintah telah mengeluarkan limbah debu dari pembakaran batu bara ini dikeluarkan dari katagori limbah B-3. "PP ini sudah tepat dikeluarkan, karena FABA ini sangat bermanfaat baik sebagai bahan baku konstruksi maupun sebagai subtitusi," jelas Januarti yang pada 2017 mendapat anugerah sebagai peneliti terbaik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dia juga mengungkapkan, penelitian terhadap tikus yang sengaja diberi makanan bercampur FABA, ternyata hasilnya tikus tidak mati dan tubunya justru bertambah beras secara signifikan. "Karena itu PP 22/21 sangat tepat," tegasnya.

Manfaat FABA bagi Kehidupan

Sementara itu, Sri Andini praktisi mengungkapkan, pemanfaatan FABA menjadi sangat strategis dan pemanfaatan FABA untuk kepentingan konstruksi sangat bermanfaat. "Katakanlah untuk bahan bata, sebagai campuran semen, aspal untuk infrastruktur," ucapnya.
Sri Andini mengatakan, jauh sebelum diterbitkannya PP itu dikeluarkan, dirinya sudah berinisiatif melakukan penelitian tentang pemanfaatan FABA bagi kehidupan. Hasilnya, kata dia, sangat luar biasa. Dia mencontohkan, menanam tumbuhan di lahan FABA sangat subur.
"Bahkan saya pernah membuat kolam ikan dari FABA. Hasilnya ikan sehat dan gemuk-gemuk," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Ia berharap, tidak ada lagi aturan-aturan yang menyulitkan pemanfaatan FABA di Indonesia, termasuk peraturan daerah. "Ini PP 22/2021 sudah sangat baik, karena FABA ini manfaatnya sangat banyak dan ternyata ramah lingkungan," pungkasnya.