Beruang Madu di Kalbar yang Diamputasi Kini Siap Kembali ke Habitat

Konten Media Partner
20 Januari 2020 12:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Beruang madu bernama Nanjung sesaat hendak dilepasliarkan. Foto: Dok IAR Indonesia 
zoom-in-whitePerbesar
Beruang madu bernama Nanjung sesaat hendak dilepasliarkan. Foto: Dok IAR Indonesia 
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hi!Pontianak - Lengan kanan seekor beruang madu yang diberi nama Nanjung, terpaksa diamputasi karena terluka akibat terkena jerat warga. Proses amputasi tersebut dilakukan pada Rabu, 20 November 2019.
ADVERTISEMENT
Namun, setelah melalui masa perawatan dan penyesuaian, Nanjung akhirnya bisa dilepas ke habitat aslinya,Jumat (17/1). Nanjung sebelumnya dievakuasi oleh tim Wildlife Rescue Unit BKSDA Kalbar SKW I Ketapang.
Tim BKSDA Kalimantan Barat bersama IAR Indonesia yang bekerja sama dengan PT Hutan Ketapang Industri (HKI) melepaskan Nanjung ke Kawasan Hutan milik PT HKI di Kendawangan, Ketapang, Kalimantan Barat.
Semuanya berawal ketika seorang warga Desa Sungai Nanjung, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Ketapang, sengaja memasang tali jerat untuk menangkap beruang yang memasuki kebun miliknya. Pemasang jerat mengaku memasang jerat karena ada beberapa beruang yang sering memasuki kebunnya dan memakan madu yang ada di pondoknya.
Tim gabungan melakukan pelepasliaran beruang madu Nanjung di kawasan Kendawangan, Kabupaten Ketapang. Foto: IAR Indonesia
Jerat yang dipakai adalah tali nilon sepanjang 2,5 meter, yang dipasang di belakang pondoknya. Jerat ini dipasang pada sore dan keesokan paginya, Rabu, 20 November 2019 seekor beruang tampak terkena jerat.
ADVERTISEMENT
Warga lain yang mengetahui adanya jerat yang mengenai beruang ini, kemudian melapor kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I Ketapang. Menindaklanjuti laporan ini, tim Wildlife Rescue Unit BKSDA Kalbar SKW I Ketapang bersama tim IAR Indonesia meluncur ke lokasi.
Ketika tim datang, beruang jantan yang kemudian diberi nama Nanjung ini, tampak stres dan agresif. Ia berusaha melepaskan dirinya lepas jadi jerat. Usaha yang terlihat sia-sia karena makin keras beruang menarik tangannya, makin erat pula jerat itu mengikat tangannya.
Tim memutuskan menggunakan sumpit untuk membius beruang berbobot 40 kg ini. Setelah berhasil dibius, tim memotong jerat yang sudah menyiksanya sehari semalam, dan dokter hewan IAR Indonesia membersihkan luka-lukanya.
ADVERTISEMENT
Ketika itu, Nanjung dibawa ke pusat rehabilitasi IAR Indonesia yang mempunyai fasilitas perawatan satwa untuk menjalani perawatan dan pemeriksaan lebih lanjut. Empat hari setelah berada di kandang karantina IAR Indonesia, tim medis menemukan pembengkakan pada tangan kanan Nanjung yang terkena Jerat.
Beruang madu Nanjung terpaksa harus diamputasi di bagian lengan kanannya karena mengalami luka serius, akibat terkena jerat yang dipasang warga. Foto: IAR Indonesia
Hari berikutnya, kondisi Nanjung memburuk. Tulang jari tangannya mencuat, karena lapisan kulit dan daging yang membungkusnya sudah rusak dan sebagian membusuk. Setelah melalui pemeriksaan lebih jauh dengan mengunakan sinar X dan melakukan diskusi yang melibatkan BKSDA Kalbar, tim medis memutuskan untuk mengamputasi tangan beruang ini pada 20 November 2019. Amputasi dilakukan sebatas lengan untuk mencegah infeksi dan pembusukan menyebar lebih jauh.
Hasil pemeriksaan ulang pada tanggal 1 Desember menunjukkan lukanya sudah pulih dan saat ini Nanjung sudah siap dikembalikan ke habitatnya. Setelah menjalani perawatan selama lebih dari 1 bulan, akhirnya Nanjung bisa pulang ke habitat aslinya.
ADVERTISEMENT
Direktur IAR Indonesia, Karmele L.Sanchez mengatakan, meskipun kehilangan lengannya, beruang ini akan mampu bertahan hidup di alam.
"Kami yakin beruang ini akan mampu bertahan hidup karena kemampuan adaptasinya yang tinggi. Selain itu kecerdasan yang dimiliki beruang ini akan menambah kesempatannya untuk bertahan hidup di alam," ujarnya, Senin (20/1).
Ia melanjutkan, masalah sebenarnya tidak akan selesai dengan melepaskan Nanjung ke habitat yang lebih aman. Kasus beruang terkena jerat di kebun warga, kata Karmele, besar kemungkinan akan terulang lagi.
"Penyakit sebenarnya adalah, rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan satwa liar dilindungi, serta konversi dan alih fungsi hutan menjadi kebun dan permukiman. Hutan yang kian menyempit menjadikan ruang gerak beruang ini makin terhimpit. Tidak apa pilihan lain baginya untuk bertahan hidup, selain mencari makan di rumah warga," jelasnya lagi.
ADVERTISEMENT
Status konservasi beruang saat ini adalah terancam, terlebih oleh perusakan habitat, kebakaran hutan, serta perburuan untuk peliharaan atau untuk diambil bagian tubuhnya.
Sementara itu, Kepala BKSDA Kalbar, Sadtata Noor Adirahmanta mengungkapkan, sudah saatnya manusia harus berubah. Sudah waktunya manusia mulai sadar bahwa mereka sedang membunuh dirinya pelan-pelan.
"Semua bencana alam, konflik satwa dan lain-lain hanyalah pesan. Pesan yang disampaikan oleh alam, bahwa kehidupan sedang bermasalah dan tidak baik-baik saja. Perusakan habitat satwa, yakni hutan, pada akhirnya akan menyengsarakan manusia juga. Ingat lah bahwa konflik-konflik satwa dan manusia hanyalah pesan bahwa kita bersama sama sedang menuju pada kepunahan," tukasnya.