Cerita Korban Penyekapan di PT BSL Sekadau: Kami Diperlakukan Seperti Binatang

Konten Media Partner
21 November 2023 9:43 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kasat Reskrim Polres Sekadau, Iptu Rahmad Kartono, berbincang dengan korban penyekapan. Foto: Dok. Satreskrim Polres Sekadau
zoom-in-whitePerbesar
Kasat Reskrim Polres Sekadau, Iptu Rahmad Kartono, berbincang dengan korban penyekapan. Foto: Dok. Satreskrim Polres Sekadau
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hi!Sekadau - Supriyono dan keempat temannya yaitu Andik, Yuda, Indra, dan Husen, tak pernah menyangka akan mendapatkan perlakuan tidak baik saat bekerja di PT Bintang Sawit Lestari (BSL), Desa Tapang Perodah, Kecamatan Sekadau Hulu, Kabupaten Sekadau, Kalbar.
ADVERTISEMENT
Mereka yang bekerja sebagai pemanen sawit itu sempat melarikan diri dari perusahaan karena gaji dan fasilitas yang dijanjikan tidak sesuai. Saat pelarian itu, mereka pun seolah seperti binatang yang sedang diburu.
"Kami awalnya ada tujuh orang kabur dari PT BSL sekitar jam 9 lewat. Jadi, di tengah perjalanan (kabur), ketangkap tiga orang. Mereka dipukul kemudian dinaikkan ke mobil Hilux dan dikembalikan ke PT BSL oleh satpam," ujar Supriyono kepada awak media di Polres Sekadau, Senin malam, 20 November 2023.
Setelahnya, dua orang lainnya menyerahkan diri. Di situ, kata Supriyono, ia bersama temannya mendapat perlakukan tidak baik, yakni tangan diborgol dan ditendang serta dibawa lagi ke PT BSL. Sementara, dua temannya yang lain berhasil melarikan diri.
ADVERTISEMENT
"Kami diperlakukan seperti binatang. Tangan diborgol, ditinju, dipukuli, ditendang, dianiaya. Kami disiram kopi panas pagi itu di pendopo," ungkapnya.
"Kalau diberi makan tidak ada. Tidur saja tidak ada, mulai jam 11 malam sampai besok jam 6 sore, kami ndak ada tidur sama sekali karena tangan diborgol. Mau kencing, buang air susah, ndak dikasih (izin)," timpal Supriyono.
Saat di pendopo, Supriyono dan keempat temannya diperlakukan tidak baik oleh asisten, askep, dan mandor. Mereka lalu dibawa ke lapangan disuruh jongkok dengan tangan diborgol dan berkeliling mess.
Supriyono bersama teman-temannya saat diwawancarai awak media di Polres Sekadau. Foto: Dina Mariana/Hi!Pontianak
"Kami dipermalukan untuk menjadi contoh dan efek jera agar karyawan takut, tidak kabur," ucapnya.
Supriyono pun menepis isu yang menyebut mereka kabur karena meninggalkan tanggung jawab. Mereka kabur karena gaji dan fasilitas yang dijanjikan tidak sesuai.
ADVERTISEMENT
"Pihak perusahaan janjikan ada fasilitas TPA, musala, air 24 jam, gaji pokok ada, beras, semua fasilitas ada. Tapi kenyataannya hari pertama saja kami disuruh bon di warung PT," bebernya.
"Kami 5 hari kerja, kalau dihitung-hitung HK-nya Rp 106 ribu. Jadi utang kami kalau empat hari ndak mungkin sampai Rp 400 lebih. Kami makan hanya indomie, telur, seadanya. Kalau dihitung-hitung paling berapalah. Kami juga ingin mengirim uang ke keluarga di rumah," sambungnya.
Tak hanya itu, Supriyono mengaku mereka juga tidak mendapatkan BPJS Ketenagakerjaan. Supriyono bercerita, dirinya pernah terkena duri saat memanen. Saat itu, ia harus menumpang orang dan melapor ke kantor baru setelahnya dibawa ke Puskesmas Desa. Sementara di perusahaan tidak ada menyediakan obat.
ADVERTISEMENT
Saat ini, Supriyono dan teman-temannya berada di Polres Sekadau. Supriyono yang datang jauh-jauh dari Jatim itu mengaku masih ingin mencari kerja di Kalimantan.
"Saya ingin tetap di Kalimantan untuk mencari kerja yang lebih baik dari sebelumnya. Menjadi pembelajaran bagi saya mendapatkan perusahaan seperti ini," tukasnya.