Corona di Kalbar: Pemkab Didesak Kirim Sampel Swab Sesuai Jumlah Standar WHO

Konten Media Partner
28 September 2020 14:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi corona. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi corona. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Corona di Kalbar: Pemkab Didesak Kirim Sampel Swab Sesuai Jumlah Standar WHO
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, Harisson, menyindir Kabupaten Kayong Utara yang hanya mengirimkan 29 sampel swab pada 4 minggu di bulan September 2020. Padahal ini salah satu upaya untuk mencegah penyebaran corona di Kalbar.
“Kepala Dinas Kesehatan yang tidak mau melaksanakan testing 200 perminggu, atau sesuai proporsi jumlah penduduk sesuai standar WHO lebih baik mundur saja, dari pada membahayakan keselamatan warga di daerahnya,” kata Harisson, Senin (28/9).
Dalam Peraturan Gubernur, kata Harisson, untuk mencegah terjadinya penularan virus corona, Kota/Kabupaten di Kalbar diharapkan dapat mengirimkan sampel swab dengan standar 1 sampel per 1.000 penduduk perminggu.
“Standar WHO dan Kemkes untuk pelaksanaan testing, 1 sampel swab per 1.000 penduduk per pekan. Ini masuk dalam Peraturan Gubernur 110 tahun 2020,” tegas Harisson.
ADVERTISEMENT
Harisson mengatakan, testing merupakan bagian dari upaya untuk mendeteksi secara dini penduduk di suatu daerah yang tertular COVID-19.
“Jadi kalau terdeteksi, langsung diisolasi, supaya dia tidak menularkan ke orang lain. Penduduk yang tertular, langsung diobati oleh Pemda setempat atau Dinkes setempat bila ada gejala. Atau masuk rumah sakit bila gejala sedang dan berat,” paparnya.
Testing ini dilakukan sebagai upaya mengendalikan penularan COVID-19. Menurut Harisson, Kota dan Kabupaten yang tak mengikuti prosedur standar WHO, dianggap membahayakan keselamatan masyarakat di daerahnya karena tidak berupaya mendeteksi virus corona tersebut.

Virus Corona

Harisson melanjutkan, salah satu risiko jika wilayah tersebut tidak melaksanakan testing, kita tidak akan tahu di mana penduduk yang sudah tertular.
ADVERTISEMENT
“Kalau penduduk yang sudah tertular ini pergi berobat ke rumah sakit, atau Puskesmas atau ke Fasyankes, maka dia akan menularkan kepada tenaga kesehatan, dan selanjutnya akan menularkan ke pasien-pasien berikutnya,” ungkapnya.
“Belum lagi kalau dia tetap melaksanakan aktivitas di luar rumah, maka orang-orang yang berada di sekitarnya akan tertular juga,” lanjutnya.
Sehingga testing merupakan bagian dari mengamankan masyarakat dari risiko penularan virus corona, atau menyelamatkan petugas kesehatan itu sendiri dari risiko penularan oleh pasien-pasiennya.