Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Derita TKW: Nyaris Buta Dipukul Majikan, Disetrika, 9 Tahun Tak Digaji
3 September 2019 9:56 WIB
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Tergiur dengan pendapatan yang lebih baik di Negeri Jiran, Sumiati (36 tahun), warga Desa Sungai Kelambu, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, berangkat ke Malaysia pada 2010. Ia dibawa oleh seorang penyalur tenaga kerja.
ADVERTISEMENT
Ketika itu, ia dijanjikan mendapatkan upah sebesar 600 Ringgit Malaysia per bulan. Namun apa daya, sembilan tahun bekerja di negeri orang, Sumiati tidak mendapatkan haknya. Ia pulang dengan tangan hampa, bahkan tubuhnya penuh bekas luka, dan terancam buta permanen.
"Dijanjikan gaji 600 Ringgit per bulan, tapi tidak digaji," kata Sumiati, Senin (2/9).
Sumiati kini tinggal di rumah saudara angkatnya di Desa Sungai Kelambu Kecamatan Tebas. Bagian belakang tubuhnya penuh bekas luka, terparah tampak seperti bekas luka bakar. "Pernah disetrika,” katanya lirih.
Terkait matanya yang sudah tidak berfungsi normal sejak tiga bulan terakhir, sumiati menceritakan, saat itu ia bekerja di rumah makan milik majikannya di wilayah Sibu, Kampung Datu, Sarawak, Malaysia. Tanpa sengaja ia memecahkan piring. Lantaran kesal, majikannya memukul kepalanya.
ADVERTISEMENT
"Kepala saya dipukul," ujar Sumiati.
Sejak saat itu ia kesulitan melihat. Akibat tidak bisa melihat, Sumiati kemudian dipulangkan.
Majikannya mengantarkan Sumiati ke perbatasan Entikong di Kalimantan Barat, dan menaikkannya ke bus. “Sudah dua bulan dibalikkan. Diantar ke Entikong, kemudian dinaikkan ke bus,” kata Sumiati.
Bus rute Entikong-Sambas kemudian menurunkan Sumiati di Desa Mensere, Kecamatan Tebas. Tukang ojek pangkalan yang mengenalinya kemudian menghantarkan Sumiati pulang ke rumah.
Hanya sebuah tas besar berisikan pakaian yang sebagian sudah tidak layak pakai menemani perjalanan pulang Sumiati.
Hampir dua bulan di rumah, kisah Sumiati nyaris tidak terangkat ke permukaan karena keterbatasan keluarga. Kisahnya mulai terungkap ketika pihak keluarga mencoba membawa Sumiati mengecek kesehatan matanya ke RSUD Pemangkat.
ADVERTISEMENT
“Kata dokter, matanya harus secepatnya di operasi,” kata Najimah, kerabat Sumiati.
Kemudian keluarganya yang bekerja sebagai buruh tani ini mencoba membuat kartu BPJS Kesehatan untuk Sumiati melalui Dinas Sosial Sambas.
“Karena belum selesai-selesai, akhirnya kami melapor ke Pak Deni (anggota DPRD Sambas) yang kebetulan juga warga Sungai Kelambu,” kata ketua RT 13 RW 6 , Misdan.
Direktur Lembaga Bantuan Hukum Perempuan dan Keluarga (PeKa), Rosita Nengsih, yang menjenguk Sumiati, menuturkan dirinya akan mengawal kasus yang dialami oleh Sumiati.
“Setidaknya dimulai dari pembawanya bekerja, bagaimana pertanggungjawabannya saat Sumiati di sana,” kata Rosita.
Rosita mengatakan, dirinya akan mencoba mengakses sejumlah pihak terkait untuk mengusahakan agar hak-hak Sumiati, berupa gaji, dapat dibayarkan oleh majikannya.
ADVERTISEMENT
“Sangat disayangkan sekali perlakuan yang didapat Sumiati. Dengan kondisi tubuh yang banyak bekas luka, dan mata nyaris buta, ia tidak mendapatkan hak-haknya,” katanya.
Sementara itu Bupati Sambas, Atbah Romin Suhaili, saat ditemui ketika melepas pawai taaruf di kecamatan Tebas, menegaskan pihaknya akan membantu Sumiati. “Saya belum menerima laporan spesifik, saya akan menugaskan Dinas Sosial untuk turun,” kata Atbah.
Bagaimanapun juga, kata Atbah, Sumiati adalah warga yang harus dilindungi dan mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Keprihatinan juga disampaikan oleh Direktur RSUD Pemangkat, Dr Achmad Hardin SpPd. Selain pengurusan berkas BPJS Kesehatan Sumiati oleh pihak desa dan keluarga, ia memastikan Sumiati akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dari pihaknya.
“Nanti jika sudah dibawa ke rumah sakit, silakan pihak keluarga menghubungi kami, nanti akan kita urus,” kata Achmad, Selasa (3/9). (hp1)
ADVERTISEMENT