Dewan Sintang Harap Larangan Ekspor CPO Dicabut

Konten Media Partner
19 Mei 2022 11:29 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Buah sawit warga yang dikumpulkan pasca-panen. Foto: Yusrizal/Hi!Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Buah sawit warga yang dikumpulkan pasca-panen. Foto: Yusrizal/Hi!Pontianak
ADVERTISEMENT
Hi!Sintang - Anggota Komisi D DPRD Sintang, Nekodimus berharap larangan ekspor CPO atau crude palm oil dicabut oleh pemerintah pusat. Mengingat kebijakan tersebut membuat petani sawit semakin menderita karena tidak bisa lagi menjual tandan buah segar (TBS) kelapa sawit ke pabrik.
ADVERTISEMENT
“Keinginan kita jelas, larangan ekspor CPO dicabut. Supaya buah sawit petani bisa dijual. Sekarang kerugian petani betul-betul luar biasa,” kata Nekodimus, Kamis, 19 Mei 2022.
Pemerintah pusat melarang ekspor CPO dan produk turunannya sejak 28 April 2022 lalu. Pemerintah beralasan, larangan ekspor CPO diberlakukan untuk menstabilkan harga minyak goreng yang meroket di dalam negeri.
Namun faktanya, hingga saat saat kebijakan itu tak sepenuhnya menurunkan harga minyak goreng di pasaran. Ditambah lagi, paska larangan ekspor CPO diberlakukan, petani sawit mandiri kesulitan menjual TBS ke pabrik. Mereka tidak bisa mendapat penghasilan. Buah sawit juga terpaksa tidak dipanen dan membusuk di pohon karena tidak ada yang membeli.
“Misalnya, petani di daerah Ketungau Hilir yang bermitra dengan perusahaan kemudian daerah Sepauk-Tempunak, semua tidak bisa hidup sekarang karena buah tidak ada yang beli. Betul-betul menderita sekarang. Bukan buah sawitnya murah, tapi tidak ada yang beli,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, ia meminta perusahaan tetap membeli TBS petani sawit mandiri. “Kalaupun tutup, ya tutup semua. Sekarang mereka kan masih menerima buah kebun inti. Tapi, kita maunya bukan hanya buah inti. Tetapi buah petani mitra di sekitar perusahaan juga dibeli,” harapnya.
Menurut politisi Partai Hanura ini, hingga saat ini belum ada solusi dari pemerintah menyikapi tidak dibelinya CPO petani sawit mandiri.
“Saya juga sudah tanya ke pabrik kelapa sawit, mereka bilang juga tidak ada solusi dari pemerintah. Mengenai alasan tidak lagi membeli TBS petani, perusahaan bilang CPO-nya menumpuk, penuh, tidak ada tempat penampungan lagi,” pungkasnya.