Dirilis Desember, Film Puaka Angkat Kearifan Lokal Masyarakat Sekadau

Konten Media Partner
24 November 2019 17:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Film Puaka tayangkan perdana pada 13-14 Desember 2019. Foto: Dok. Offatehlom
zoom-in-whitePerbesar
Film Puaka tayangkan perdana pada 13-14 Desember 2019. Foto: Dok. Offatehlom
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - “Pulang gik kitak, dah magrib tuk. Kolak pajuh Puaka.”
ADVERTISEMENT
Kalimat tersebut biasanya diungkapkan oleh orang tua kepada anaknya yang mandi di sungai untuk pulang. Dalam bahasa Indonesia, kalimat tersebut berarti "Pulang lah kalian, sekarang sudah magrib. Nanti dimakan Puaka."
Oleh masyarakat, Puaka dipercaya sebagai makhluk mitologi, biasa disebut hantu air. Hal inilah menjadi ide lahirnya film Puaka karya sineas Sekadau, Kalbar, yang akan dirilis Desember mendatang.
Sutradara film Puaka, Ikhsan Mustaqim mengatakan, film tersebut mengangkat tentang kearifan lokal anak-anak di pesisir Sungai Sekadau. Dimana saat ini, sudah jarang ditemui anak-anak mandi di sungai.
Puaka adalah film produksi Offatehlom. Sebelumnya, Offatehlom sudah merilis film pendek, seperti Juang dan Buah Masa Depan yang mendapat sambutan positif dari masyarakat.
Proses shooting di depan Masjid Jami' At Taqwa, Sekadau. Foto: Dok. Offatehlom
“Puaka film ke-3 dari Offatehlom. Idenya berawal dari obrolan kecil dengan Bang Amrin (Penggiat Seni di Kalimantan Barat). Nah, sempat ketemu dengan anak-anak yang mandi di sungai, di daerah Sungai Bara’,” ungkap pria yang akrab disapa Ichan Coepleok kepada Hi!Pontianak, Minggu (24/11).
ADVERTISEMENT
"Pas magrib ibunya marah-marah ke anaknya bilang, pulang gik kitak, dah magrib tuk. Kolak pajuh Puaka," sambung Ichan menirukan ucapan ibu kepada anaknya yang mandi di sungai.
Ichan mengatakan, proses pembuatan film yang melibatkan sekitar 15 orang kru sekaligus pemain itu memerlukan waktu 3 hari. Meski tak mengungkapkan secara rinci budget yang dihabiskan, Ichan mengatakan, dana yang dikeluarkan cukup besar karena beberapa alat harus disewa.
“Kendala pada saat shooting ya waktu. Karena kawan-kawan aktor mempunyai kesibukan masing-masing, tapi kami tetap prioritaskan ke shooting,” ujarnya.
Proses shooting film Puaka yang akan dirilis Desemeber mendatang. Foto: Dok. Offatehlom
Sebagai penulis skenario, Ichan mengaku, film Puaka dibuat untuk menggali serta mengangkat alam di sekitar, tradisi dan kearifan lokal masyarakat yang berorientasi ke sungai. “Film Puaka adalah bagian pertama dari Trilogi Kamang. Nanti akan ada episode selanjutnya,” ucap Ichan.
ADVERTISEMENT
Penggiat Seni di Kalimantan Barat, Amrin Zuraidi Rawansyah menceritakan, sejak kecil ketika mandi di Sungai Kapuas banyak sampah plastik yang hanyut. Padahal, seperti diketahui sampah plastik sulit terurai.
Puaka oleh orang tua kita dibahasakan sebagai makhluk mitologi. Kalau kita yang menafsirkan ulang, Puaka adalah ulah manusia. Sampah-sampah yang dibuang sembarangan mengganggu ekosistem, itu Puaka,” jelas Amrin.
Amrin mengatakan, film Puaka mengombinasi tradisionalisme dan modernisme. Ia menjelaskan, Puaka bukan menawarkan kesimpulan akhir, melainkan menjadi pemantik untuk dialog berkelanjutan.
Shooting film tersebut dilakukan di wilayah Sekadau, seperti daerah Sungai Bara' dan di Jalan Maulana Ibrahim. Pada kesempatan itu, Amrin berterima kasih kepada masyarakat sekitar yang telah mendukung proses pembuatan film tersebut.
ADVERTISEMENT
“Kami mengundang para orang tua untuk menampingi anak-anaknya menonton film Puaka, agar simbol-simbol yang ada dalam karya Puaka itu dapat diterjemahkan. Sehingga, tidak salah tafsir oleh generasi muda. Dari sisi ide cerita, kami ingin menyampaikan bahwa manusia akan memetik sesuatu dari niat, ucapan dan perbuatannya,” tutur Writer Script film Sukep The Movie itu.
Film Puaka akan tayang di Gor SMK Amaliyah Sekadau, pada 13-14 Desember 2019. Kamu yang penasaran dengan jalan cerita film Puaka bisa menonton film ini. Kamu bisa mendapatkan tiket dengan harga Rp 15 ribu per tiket.