Konten Media Partner

DLH Sintang Ungkap 3 Penyebab Munculnya Masalah Pengelolaan Sampah

23 Juli 2024 15:52 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tumpukan sampah yang dibuang ke Kantor Bupati Sintang sebagai bentuk protes penanganan sampah yang tidak maksimal. Foto: Yusrizal/Hi!Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Tumpukan sampah yang dibuang ke Kantor Bupati Sintang sebagai bentuk protes penanganan sampah yang tidak maksimal. Foto: Yusrizal/Hi!Pontianak
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hi!Sintang - Kepala Bidang Kebersihan dan Pengelolaan Sampah pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sintang, Kornelius Parang Kunci, mengungkapkan ada 3 penyebab munculnya permasalahan pengelolaan sampah di Kecamatan Sintang.
ADVERTISEMENT
Penyebab pertama adalah kepatuhan masyarakat terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Sintang Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
“Masyarakat abai terhadap aturan yang ada dan jam membuang sampah yang benar. Membuang sampah sesuka hati,” kata Kornelius Parang Kunci.
Kedua adalah kondisi Tempat Pembuang Akhir (TPA) milik Pemkab Sintang yang sudah melebihi kapasitas. Ketinggian tumpukan sampah di sana sudah lebih dari ketinggian bangunan tingkat 2.
“Excavator yang kami miliki bekerja tiga kali dalam menaikkan sampah, dari bawah, naikkan ke level dua, baru sampai bagian puncaknya. Sampah di Jalan Hutan Wisata itu bukan wewenang kami dan bukan wilayah kami, itu milik BKSDA. Kami juga harus izin BKSDA saat akan mengangkut sampah di sana,” jelas Kornelius Parang Kunci.
ADVERTISEMENT
Ketiga adalah kemampuan sarana dan prasarana. DLH Sintang hanya punya excavator dengan kekuatan 130 PS. Dengan jam kerja mencapai 12 jam sehari hanya bisa gunakan sampai jam 10 malam.
“Dan excavator ini, hanya bisa bekerja selama 2 jam nonstop, lalu harus dimatikan 1 jam. Tenaganya akan berkurang ketika mesinnya sudah panas. Kalau sudah dingin, mulai bekerja lagi,” terang Kornelius Parang Kunci.
“Kami juga mengalami kendala kekurangan biaya operasional kegiatan pengangkutan dan pengelolaan sampah,” pungkasnya.