Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Erick Thohir Lihat dari Dekat Atraksi Tatung di Perayaan Cap Go Meh Singkawang
5 Februari 2023 11:35 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Hi!Singkawang - Puncak perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang dihadiri Menteri BUMN Erick Thohir dan Kepala Kantor Staf Presiden, Moeldoko, Minggu, 5 Februari 2023.
ADVERTISEMENT
Erick bahkan merekam atraksi para tatung dengan smartphone miliknya. Ia tampak terkesima melihat atraksi unjuk kebal para tatung atau tabib ini.
Atraksi tatung pada perayaan Cap Go Meh selalu mengundang perhatian banyak orang. Puluhan ribu wisatawan domestik maupun mancanegara, berdatangan ke Singkawang, untuk menyaksikan langsung kemeriahan atraksi tatung pada puncak perayaan Cap Go Meh tahun ini.
Perayaan Cap Go Meh di Singkawang, Kalimantan Barat, di nilai sebagai salah satu perayaan kebudayaan yang sangat berbeda dari daerah lainnya. Atraksi para tatung inilah yang menjadi daya tarik untuk disaksikan. Mereka yang membuat para wisatawan berdatangan ke Singkawang.
Tingkat okupansi hotel-hotel di Singkawang juga hampir mencapai 100 persen, walau harga kamar yang ditawarkan berkali-kali lipat lebih mahal dari harga normal.
Terdapat banyak versi yang menceritakan asal usul Tatung. Tetapi yang paling mendekati adalah Tatung berasal dari dialek Khek etnis Tionghoa, yang terdiri dari dua suku kata, yakni Ta yang berarti pukul, dan Tung yang berarti sakit.
ADVERTISEMENT
Ini merujuk lada metode penyembuhan yang dilakukan para tabib, atau yang biasa disebut loya(dukun). Saat penyembuhan penyakit, mereka memukul-mukul bagian yang sakit dari pasiennya.
Setelah pasien tersebut sembuh, para loya ini pun mendapat pengakuan dari warga yang tinggal di daerah itu.
Versi lain juga menyebutkan, ritual Cap Go Meh yang dilakukan oleh para Tatung di Singkawang, berasal dari Kawasan Monterado. Di Kawasan itu, sejak abad ke-17, para pekerja dari negeri Tiongkok, menetap untuk menambang emas.
Meskipun tidak lebih banyak dari komunitas penambang emas yang berada di Kawasan kongsi dagang Lau Te Fak, yang kini berada di Kabupaten Landak, namun jumlah komunitas Tionghoa di Monterado diperkirakan mencapai ribuan orang.
Pada masa itu, wabah penyakit menyerang warga di kawasan itu. Para tabib kemudian melakukan pengobatan dengan metode tatung. Dan para warga yang terjangkit pun akhirnya sembuh.
Kemudian dilakukan lah acara arak-arakan para tatung dengan iringan suara tabu-tabuan yang nyaring. Masyarakat Tionghoa percaya, suara yang nyaring dapat mengusir roh jahat, yang menjadi penyebab merebaknya wabah penyakit tersebut.
ADVERTISEMENT
Para arak-arakan itulah, para tatung yang telah dirasuki roh, menunjukkan aksi kebal mereka. Kebanyakan yang merasuki para tatung adalah roh panglima perang. Oleh karena itu mereka kerap tampil dengan baju kebesaran, layaknya jubah para panglima perang di negeri Tiongkok pada masa lalu.
Aksi kebal yang dilakukan para tatung yakni dengan menusukkan jarum ke pipi, adapun yang menyayat lidah dengan pedang, ada juga yang duduk di atas tombak dan berdiri di atas sebilah parang atau susunan paku. Atraksi ini menjadi simbol kekuatan para Tatung.
Atraksi ini terus berkembang, dan tersiar hingga ke mancanegara, terutama negara China, yang datang ke Singkawang untuk menyaksikan atraksi para Tatung. Mereka menyebut Tatung di negara asal mereka sudah tidak ada.
Melihat potensi ini, Pemerintah Kota Singkawang mengagasnya, menjadi festival Cap Go Meh. Sejak Presiden Gus Dur mengizinkan warga Tionghoa menjalankan ritual keagamaan secara terbuka, dan Singkawang beralih status menjadi pemerintahan kota, ritual Cap Go Meh, kemudian menjadi agenda pariwisata. Dan juga ditetapkan menjadi agenda pariwisata nasional.
ADVERTISEMENT