Film ‘Anomali’ Raih Penghargaan Penyutradaraan Terbaik FFKB 2019

Konten Media Partner
1 Desember 2019 18:35 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Film 'Anomali' yang meraih penghargaan sebagai Penyutradaraaan Terbaik. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Film 'Anomali' yang meraih penghargaan sebagai Penyutradaraaan Terbaik. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - ‘Anomali’, salah satu film yang masuk dalam nominasi Festival Film Kalimantan Barat (FFKB) 2019. Film ini meraih penghargaan untuk kategori Penyutradaraan Terbaik.
ADVERTISEMENT
Sutradara Film ‘Anomali’, Prasetya Aditama mengaku bersyukur dengan penghargaan tersebut. Film yang diproduksi Kultspace Collectives, Sanggau, itu pun baru pertama kali mengikuti festival film.
“Terus terang bercampur aduk perasaan saya, karena saya hanya bisa hadir sendirian tanpa kawan-kawan aktor dan kru yang juga sama-sama berperan sejajar dalam penciptaan ‘Anomali’,” kata Didit sapaan akrab Prasetya Aditama kepada Hi!Pontianak, Minggu sore (1/12).
Pria berusia 35 tahun itu mengungkapkan, ‘Anomali’ merupakan film pertamanya dalam menyutradarai sebuah film. Didit lebih sering menyutradarai pementasan teater kolektif seni di Sanggau, Kalbar.
Foto bersama setelah screening dan penjurian bersama dewan juri FFKB 2019. Foto: Dok. Istimewa
“Dalam perspektif saya, sebuah film yang baik seyogyanya harus mampu menggelitik, membuat berpikir dan menyentak perasaan penikmat atau penontonnya,” ucap Didit.
Didit mengungkapkan, ‘Anomali’ merupakan film yang terinspirasi dari fakta yang mengejutkan. Dimana, tindak kejahatan seksual dalam rumah tangga di Kalbar, belakangan ini meningkat.
ADVERTISEMENT
“Dalam fiksi ‘Anomali’, saya dan kawan-kawan mencoba menggambarkan dan merespon tentang aksi dan reaksi yang mungkin tercipta dari tindak kejahatan seksual dalam rumah tangga,” ungkapnya.
“Banyak bagian dari tubuh ‘Anomali’ yang sengaja tidak kami tampilkan dan potong disaat screening berlangsung karena faktor visualnya yang terlalu sadis menurut kami. Dan benar, screening ternyata dihadiri oleh banyak sekali anak di bawah umur,” sambung Didit.
Penyerahan penghargaan untuk kategori Penyutradaraan Terbaik FFKB 2019. Foto: Dok. Istimewa
Menurut Didit, ada banyak kendala yang dialami saat proses syuting film ‘Anomali’. Pertama, kata dia, yaitu kendala peralatan syuting yang pada akhirnya hanya mampu mengambil scene dengan menggunakan telepon genggam saja. Kedua, dari pemilihan lokasi syuting yang tiba-tiba tidak layak dipakai, karena banyak sekali orang-orang yang beraktivitas di sekitar sungai.
ADVERTISEMENT
“Kalau dari kru dan aktor, hampir tidak ada kesulitan karena memang kami sudah lama bekerja sama dalam proses berkesenian,” beber Didit.
Didit mengaku ingin mencoba mengirimkan ‘Anomali’ ke ajang Jogja Academy Festival 2020. Ia pun berharap, film tersebut mampu memikat hati penonton di luar Kalimantan Barat.
“Harapan saya agar kawan-kawan sineas lain di Kalbar juga tidak segan-segan berpartisipasi dalam festival film dimana saja. Sehingga, pergerakan kesenian di Kalbar dikenal luas di Indonesia,” harap Didit.
Foto bersama para pemenang FFKB 2019. Foto: Dok. Istimewa