Konten Media Partner

Film 'Semesta' Ajak Generasi Muda Peduli Kelesetarian Hutan Kalimantan Barat

28 Februari 2020 11:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Nonton bareng film Semesta di XXI Ayani Pontianak. Foto: Teri/Hi!Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Nonton bareng film Semesta di XXI Ayani Pontianak. Foto: Teri/Hi!Pontianak
Hi!Pontianak - Mengangkat isu perubahan iklim di Indonesia, film semi dokumenter "Semesta" diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda, untuk dapat menjaga kelestarian bumi.
ADVERTISEMENT
Film "Semesta" merupakan salah satu produk kegiatan Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kehutanan bekerjasama dengan Uni Eropa. Disutradarai oleh Chairun Nissa, Film "Semesta" dikerjakan oleh Tanakhir Films dengan produser aktor kenamaan Nicholas Saputra dan Mandy Marahimin.
Film ini menunjukkan bagaimana manusia dapat mencegah terjadinya perubahan iklim melalui perspektif berbagai kepercayaan, dan agama di Indonesia yang kemudian diterjemahkan dalam gaya dan sikap hidup sehari-hari.
Film "Semesta" bercerita tentang tujuh “climate warriors” yang dengan caranya sendiri bertindak untuk memerangi dampak negatif dari perubahan iklim. Ketujuh tindakan inspiratif yang mereka lakukan adalah berdasarkan nilai-nilai budaya, agama dan kepercayaan mereka masing-masing.
Film tersebut dimulai dari Bali, Kalimantan Barat, Flores, Papua Barat, Aceh, Yogyakarta, dan berakhir di Jakarta. Semuanya menjadi tujuh suara dan tujuh nilai hidup yang mewakili kekayaan nilai dan budaya Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sungai Utik, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat merupakan salah satu tempat dan kebudayaan suku Dayak yang dipilih dalam film tersebut. Koordinator Pengendalian Perubahan Iklim, Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Kalbar, Irawan Manik, mengakatan dari film ini ia berharap agar Kalbar dapat menjadi pioner mewakili Kalimantan untuk melestarikan alam.
Koordinator Pengendalian Perubahan Iklim, Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Kalbar, Irawan Manik. Foto: Teri/Hi!Pontianak
"Harapannya bukan hanya di Sungai Utik saja, kami melihat tempat lain di Kalbar banyak kearifan lokal yang bisa diangkat, atau bahkan mungkin yang sudah luntur kami bangun kembali. Dan akhirnya kita berpikir bahwa Kalbar bisa menjadi pionir mewakili Kalimantan untuk melestarikan alam kita dan kesejahteraan kita busa terjaga dengan mengendalikan sumber daya alam itu," ungkapnya, usai melakukan pemutaran film Semesta, di Cinema 21 Pontianak, Kamis malam (27/2).
ADVERTISEMENT
Salah satu pemeran film Semesta adalah Bapak Inam dari Dusun Sungai Utik, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, desa tempat tinggal orang Dayak Iban, yang memilik lebih dari 9.000 hektare hutan. Hutan mereka dibagi menjadi zona penggunaan dan perlindungan. Hutan lestari berfungsi sebagai "supermarket" bagi masyarakat adat di sana, menyediakan segala yang mereka butuhkan untuk mempertahankan kehidupan.
Bapak Inam, mengajarkan kita bagaimana melindungi dan melestarikan hutan. Cara masyarakat adat untuk mengelola hutan telah terbukti menjadi cara terbaik dalam mempertahankan hutan.
Film ini berhasil masuk nominasi dalam kategori film Dokumenter Panjang Terbaik di Festival Film Indonesia 2018, dan terseleksi untuk diputar di Suncine International Environmental Film Festival yang berlangsung di Barcelona, Spanyol.
ADVERTISEMENT
Film ini diharapkan dapat mengingatkan dan memberikan inspirasi kepada masyarakat akan nilai-nilai luhur agama, adat istiadat, dan budaya lokal dalam upaya memanfaatkan sumber daya alam yang arif bagi kelangsungan masyarakat serta mengurangi emisi gas rumah kaca untuk pengendalian perubahan iklim.