Gubernur Kalbar Akan Copot 2 Kepsek yang Minta Uang Seragam di Masa Pandemi

Konten Media Partner
16 Juli 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji. Foto: Teri/Hi!Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji. Foto: Teri/Hi!Pontianak
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji, mengungkapkan, ada dua kepala SMK yang akan dicopot dari jabatannya. Pencopotan itu berawal dari laporan warga, terkait adanya penarikan uang seragam sekolah yang diwajibkan kepada siswa, dan dinilai tidak rasional.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Gubernur Kalbar tersebut mengungkapkan, di masa pandemi saat ini, siswa tidak wajib membeli seragam baru. Hal tersebut dilakukan untuk meringankan beban orang tua siswa.
Midji mengatakan, dalam kondisi pandemi COVID-19 saat ini, seharusnya kepala sekolah harus bijak. “Dalam waktu dekat ini, ada dua SMK di Kota (Pontianak) ini, kepala sekolah mau saya ganti. Liat saja minggu depan, sudah saya ganti, karena (adanya) komponen-komponen yang diwajibkan ke siswa tidak rasional. Pakaian misalnya, ada yang di ujung Kalbar sana bayar Rp 320 ribu. Ada yang dekat-dekat (di Pontianak) Rp 420 ribu,” tegasnya, Kamis (16/7).
Sutarmidji juga mengingatkan kepada para kepala sekolah, baik SMA maupun SMK negeri di Kalbar, agar tidak memungut biaya masuk sekolah dengan alasan apapun, di tengah adanya pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan, khususnya pada sekolah daerah yang sudah dinyatakan daerah zona hijau, akan dibuka perlahan, namun tetap melihat perkembangan ke depan.
Sekolah, kata dia, juga harus siap dalam penyediaan sarana serta prasarana sekolah, yang disesuaikan dengan protokol kesehatan COVID-19.
"Sekolah juga harus perhatikan tempat cuci tangan sudah ada belum, dan itu harus disiapkan. Ini guru malah nguruskan pakaian budak (anak) sekolah,” jelasnya.
Ia juga mengatakan bahwa ada sekolah yang menarik biaya sumbangan hingga Rp 300 ribu persiswa. Selain itu, ada juga yang mewajibkan program menabung dan asuransi.
“Sumbangan beli laptop itu yang pakai siapa? Sampai Rp 300 ribu pula. Ada lagi (program) menabung, katanya mengajarkan ke anak SMA untuk menabung, dan itu tidak masuk akal. Kemudian ada lagi suruh ikut asuransi. Masalahnya, sekarang kondisi COVID-19, orang tua siswa ada yang di-PHK,” paparnya.
ADVERTISEMENT