Konten Media Partner

Harga Komoditas Unggulan Berpotensi Meningkat, Ekonomi Kalbar Diprediksi Membaik

4 Februari 2023 16:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kelapa sawit. Foto: Yogie Hizkia/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kelapa sawit. Foto: Yogie Hizkia/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Barat, NA Anggini Sari, memprediksi tahun ini perekonomian di Kalbar akan membaik, setelah pada triwulan III tahun lalu tumbuh 6,48 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
Anggini mengatakan, optimisme ini dilandasi terus membaiknya harga komoditas unggulan Kalbar di tingkat nasional. Hal tersebut juga didukung membaiknya produktivitas di hulu, di mana program replanting yang terus diupayakan.
“Kita bersyukur angka ini melampaui rerata pertumbuhan ekonomi nasional. Pemupukan yang baik pada tahun 2021 dan semester 1 2022 juga berpotensi meningkatkan produksi Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit,” jelasnya, Sabtu, 4 Februari 2023.
Dari sisi ekspor, pembukaan bertahap pintu ekspor CPO dan turunannya via Pelabuhan Internasional Kijing juga berpotensi meningkatkan PDB Kalbar. Belum lagi implementasi kebijakan biosolar B35 dan B45 yang turut meningkatkan permintaan produk sawit provinsi ini.
“Apalagi peluang harga CPO tetap tinggi sejalan produksi subtitusi minyak nabati internasional yang mengalami kendala,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Barat, NA Anggini Sari. Foto: Dok. Istimewa
Di sisi lain, sektor bisnis non-sumber daya alam juga kian luas pascapandemi ini. Dia memandang perlu pemanfaatan lebih bandar udara dan pintu-pintu perbatasan Kalbar-Sarawak untuk mendongkrak pariwisata dan perdagangan.
“Mobilitas masyarakat sudah persisten. Akan terjadi peningkatan kegiatan MICE pada sektor akomodasi, makanan, dan minuman dengan maraknya penyelenggaraan kegiatan massal,” terangnya.
Kendati demikian, ekonomi Kalbar bukannya tanpa tantangan di tahun ini. Terutama dengan adanya curah hujan tinggi berkelanjutan dan cuaca ekstrem. Sementara itu, harga pupuk di level tinggi dan tantangan distribusi pupuk bersubsidi pada tahun 2022. Risiko minim pemupukan terhadap produktivitas ke depan, khususnya petani swadaya.
Belum lagi kendala realisasi investasi proyek smelter alumina dan harga CPO yang tertahan dan berisiko melemah di tengah risiko perlambatan ekonomi global. Adapula perubahan pola konsumsi barang prioritas masyarakat di tengah tekanan inflasi.
ADVERTISEMENT
“Hal ini membuat penurunan ekspektasi masyarakat dan pelaku usaha terhadap perbaikan perekonomian,” tukasnya.