Kapal Bidar Pelangi Jubair Bangun Nostalgia Masa Lalu di Sungai Kapuas Sintang

Konten Media Partner
20 Februari 2020 15:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kapal wisata Bidar Pelangi Jubair berlayar menyusuri Sungai Kapuas usai launching di Taman Bungur Kapal tersebut dibangun atas kerjasama antara MABM Sintang dengan Pemkab Sintang. Foto: Yusrizal/Hi!Pontianak
Hi!Pontianak - Kawasan Saka Tiga, Sintang, Kalimantan Barat, merupakan pertemuan arus Sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Tempo dulu, sekitar 55 tahun lalu, kawasan ini pernah menjadi daerah yang penuh dengan hiruk pikuk lalu lalang kapal motor.
ADVERTISEMENT
Kapal berbagai jenis itu datang dari arah Melawi, Kapuas Hulu, Ketungau, dan Pontianak. Namun kini, seiiring perkembangan zaman, semua itu sudah sangat jarang terlihat. Warga berpindah ke moda transportasi darat dalam sarana pengangkutan barang dan penumpang.
Oleh karena itu, untuk membangun lagi kepedulian akan sungai sebagai urat nadi kehidupan seperti tempo dulu, Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Sintang, meluncurkan kapal wisata Bidar Pelangi Jubair. Menurut Ade Kartawijaya, Ketua MABM Sintang, pembuatan kapal tersebut bekerjasama dengan Pemkab Sintang.
Kapal ini diluncurkan, Kamis (20/2) di Taman Bungur. Peluncuran Kapal Wisata Bidar Pelangi Jubair dilakukan oleh Ketua MABM Kalbar Chairil Efendi. Hadir pula Bupati Sintang Jarot Winarno, jajaran forkopimda, serta undangan lainnya.
ADVERTISEMENT
Bupati Sintang Jarot Winarno dan Ketua MABM Kalbar Chairil Effendi turun dari kapal wisata Bidar Pelangi Jubair. Kapal tersebut sandar di Taman Bungur sebelum launching. Foto: Yusrizal/Hi!Pontianak
Saat ini, kata Ade Karta, keberadaan sungai mulai ditinggalkan oleh sebagian besar masyarakat. Padahal sejarah mencatat, dari ekosistem sungailah hidup dan kehidupan Puak Melayu dimulai dan berproses. Artinya sungai sudah menjadi pabrik besar yang memproduksi unsur peradaban Melayu sejak dulu, bahkan hingga kini.
"Adapun ide pengadaan kapal wisata, adalah hendak membangun kesadaran pada kita semua, agar terus peduli pada sungai sebagai urat nadi kehidupan. Selain itu juga untuk wisata hiburan edukatif untuk memperkuat persaudaraan antar etnis di Kabupaten Sintang," jelasnya.
Kapal wisata Bidar Pelangi Jubair dibangun selama lima bulan. Pembuatannya diawali dengan membeli motor bandong milik swasta. Kemudian dibangun ulang sesuai desain yang ada. Panjangnya 20 meter, dengan lebar 6,5 meter. Dari permukaan air tingginya 7 meter. "Kapal ini mampu menopang berat 7 ton atau penumpang sebanyak 120 orang," beber Ade Karta.
ADVERTISEMENT
Kapal wisata Bidar Pelangi Jubair dibangun lima bulan. Panjangnya 20 meter dengan lebar 6,5 meter. Foto: Yusrizal/Hi!Pontianak
Rencananya, jika ada warga atau wisatawan yang ingin menikmati Sungai Kapuas dari atas kapal ini, akan dikenakan tarif sebesar Rp 5.000 hingga Rp 10 ribu.
Ade juga menjelaskan makna dari nama kapal Bidar Pelangi Jubair. Bidar artinya kapal besar. Pelangi adalah lambang kemajemukan Sintang. Sedangkan Jubair adalah tokoh sentral dalam sejarah Kota Sintang.
"Kapal wisata ini sebagai replika perahu jelajah pasukan rakyat Sintang menghalau penjajahan asing di Kota Sintang, pada tahun 1822-1942," bebernya.
Ketua DPP MABM Kalbar, Chairil Effendi, berharap pembangunan kapal wisata oleh MABM Sintang bisa menjadi contoh bagi kabupaten/kota lain, agar bisa menelurkan bidar-bidar serupa. Agar, masyarakat Melayu yang akarnya selaku bergumul dengan air, dapat menjaga kebersihan sungai. "Saya juga berterima kasih pada Bupati Sintang yang sudah membantu terwujudnya kapal wisata Bidar Pelangi Jubair," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Kapal wisata ini nantinya akan melayani warga yang ingin menikmati suasana Sungai Kapuas di Sintang. Foto: Yusrizal/Hi!Pontianak
Ia berharap kapal bidar yang dibangun dapat digunakan sebagai sarana untuk mempererat silaturahmi semua kelompok masyarakat yang ada di Kabupaten Sintang. "Jadi kapal bidar ini hendaknya bukan semata-mata untuk kepentingan masyarakat Melayu saja, tetapi menjadi wadah bagi semua kelompok masyarakat. Sehingga persoalan sosial yang muncul di masyarakat bisa dimusyarahkan secara baik," ucapnya.
Bupati Sintang, Jarot Winarno, mengatakan, Sampan Bidar Pelangi Jubair, yang merupakan kerjasama MABM Sintang dan pemkab, penamaanya syarat akan makna. Pelangi menggambarkan Sintang majemuk dan kaya akan budaya. Baik itu budaya Melayu, Dayak dan Tionghoa serta masyarakat lainnya lainnya. "Semuanya adalah putra Sintang yang sama-sama berkontribusi membangun Sintang ini. Kita tidak bisa sendirian, dengan Sintang yang damailah kita bisa cepat maju kedepannya," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Jubair, sambung Jarot, mengingatkan kita akan nama pendiri Kota Sintang. "Dalam launching ini, antusias.e masyarakat dari berbagai kompenen sangat luar biasa. Itu memberi pesan pada kita bahwa kita tidak pernah melupakan sejarah. Kita ini majemuk. Dan kita bisa membuktikan bisa hidup bersama-sama memajukan Kabupaten Sintang ini," pungkasnya.