Kisah Franly si 'Penjaga Hutan' Kampung Merabu, Kalimantan Timur

Konten Media Partner
24 April 2019 7:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Franly Apriliano Oleh, saat berbagi kisah inspiratif menjaga hutan demi Desa Wisata, di Hotel Ibis Pontianak. Foto: Teri Bulat
zoom-in-whitePerbesar
Franly Apriliano Oleh, saat berbagi kisah inspiratif menjaga hutan demi Desa Wisata, di Hotel Ibis Pontianak. Foto: Teri Bulat
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hi!Pontianak - Pemuda inspiratif asal Manado, Franly Apriliano Oley, sukses mengembangkan Kampung Merabu di pedalaman Berau, Kalimantan Timur, hingga menjadi desa wisata yang cukup berkembang.
ADVERTISEMENT
Franly merupakan salah satu penerima apresiasi Satu Indonesia Awards 2018 dari Astra Internasional dengan julukan 'Si Penjaga Hutan'. Dia mengisahkan pengalaman pertamanya saat menginjakkan kaki di Desa Merabu pada 2009 sebagai seorang tukang bangunan. Franly pun pernah ikut membangun sebuah sekolah di sana.
Tak hanya itu, dia juga pernah menjadi guru honorer di Sekolah Dasar 10 Berau dengan gaji sebesar Rp 300 ribu per bulan.
Saat mengisi acara di kegiatan Satu Indonesia Awards di Hotel Ibis Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa (23/4), Franly mengatakan pernah terpilih menjadi Kepala Desa di Kampung Merabu pada 2010. Padahal usianya saat itu baru menginjak 22 tahun.
Umur yang terbilang sangat muda untuk memimpin sebuah desa tak membuat Franly minder. Dia bersemangat untuk merintis pembangunan kesejahteraan di Kampung Merabu dengan memanfaatkan ekosistem dan kekayaan alam yang sudah dimiliki kampung tersebut.
ADVERTISEMENT
Merabu sendiri merupakan kampung di pedalaman Berau, Kalimantan Timur. Untuk menjangkaunya, diperlukan waktu tempuh sekitar 5-6 jam dari pusat kota Berau. Bahkan di sana tak ada aspal yang memanjakan roda-roda kendaraan di kampung halaman masyarakat Dayak Lebo ini. Tetapi itulah yang membuatnya tetap lestari.
Franly gigih memperjuangkan hak pengelolaan hutan lindung ke tangan warga Merabu melalui skema hutan desa, serta meyakinkan warganya untuk mengelola segenap potensi hutan desa seluas 7.245 hektare itu agar menjadi desa wisata.
Atas kegigihannya tersebut, Kampung Merabu kini tidak lagi identik dengan ketertinggalan, kebodohan, dan kemiskinan. Berkat desa wisata yang dikembangkan itulah, warga Merabu menjadi sejahtera, pembangunan terus dilakukan, dan hutan tetap terjaga seperti adanya.
ADVERTISEMENT
Namun bukan berarti ia tak ada masalah saat membangun kampung tersebut. Franly mengaku banyak sekali masalah yang dia hadapi, namun terus mencari jalan keluar demi segala permasalahan tersebut terselesaikan.
"Akhirnya saya dapat mengatasi masalah tersebut, dengan jalan keluar seperti dengan membicarakan potensi-potensi yang harus dikembangkan dari desa tersebut. Semuanya berawal dari mimpi, dan sampai sekarang terwujud asalkan ada niat dan tekad yang kuat," ungkap Franly. (hp8)