Konten Media Partner

Kisah Guru Garis Depan di Bengkayang, Lewati Jalan Lumpur untuk Mengajar

31 Juli 2024 18:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ulmy Rakhmadani saat harus melewati jembatan berlumpur menggunakan bentornya. Foto: Dok, Muhammad Zain/Hi!Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Ulmy Rakhmadani saat harus melewati jembatan berlumpur menggunakan bentornya. Foto: Dok, Muhammad Zain/Hi!Pontianak
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Ulmy Rakhmadani (35) adalah seorang guru yang bertugas di pelosok Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat.
ADVERTISEMENT
Perempuan asal Kota Padang, Sumatera Barat, itu merupakan lulusan program Guru Garis Depan (GGD) Kemendikbud RI yang ditugaskan di SDN 16 Pagoh, Desa Lombakarya, Kecamatan Ledo, sejak 2017 silam.
Ulmy tinggal di Dusun Setiajaya Desa Bengkilu, Kecamatan Tujuhbelas. Setiap harinya Ulmy harus menempuh jarak sejauh 8 kilometer dengan kondisi jalan yang ekstrem untuk menuju ke sekolah.
Ulmy harus melewati jalan berlumpur dan menyeberangi sungai berbatu demi mengajar 7 orang muridnya di Kelas V SDN 16 Pagoh.
Ulmy bukan tak mau tinggal di dusun dekat sekolah tempatnya mengajar, namun karena tidak tersedianya listrik negara dan saat itu pun belum terjamah sinyal selular. Ulmy yang kala itu datang ke Kalbar masih lajang, ditempatkan sementara di rumah seorang warga di Desa Bengkilu oleh Camat setempat agar mudah mengakses listrik dan sinyal internet.
ADVERTISEMENT
7 tahun telah berlalu, Ulmy yang kini sudah berkeluarga tetap memilih tinggal di Bengkilu, meski jarak ke sekolah cukup jauh. Sang suami, Gatot Susanto Nugroho (36 tahun), tak tega melihat istrinya berjalan kaki maupun mengendarai sepeda motor sendirian, berinisiatif memodifikasi sepeda motornya menjadi becak motor alias bentor.
“Kalau jalan kaki terasa capek sekali, itu mau 2 jam perjalanan. Tapi naik motor pun saya sering terpeleset, terkadang jatuh saat melewati jalan berlumpur,” kenang Ulmy.
Sejak bentor ada, inilah sarana yang menjadi pengantar jemput Ulmy sekaligus membawa kedua anaknya yang masih berusia 4 dan 2 tahun.
“Ndak mungkin kami tinggal anak-anak di rumah sendirian, jadi kami harus bawa tiap hari ke sekolah,” ujar Ulmy.
ADVERTISEMENT
Kondisi jalan yang harus dilalui Ulmy ternyata tak menyurutkan semangatnya untuk mengajar. Hal tersebut justru semakin memotivasinya untuk mendidik anak-anak yang sangat membutuhkan pendidikan itu.
“Lebih ke rasa tanggungjawab yang mengalahkan rasa takut saya. Apalagi melihat antusias anak-anak yang menanti kedatangan kami di sekolah, yang membuat saya termotivasi untuk tetap datang ke sekolah,” pungkasnya.