Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.5
24 Ramadhan 1446 HSenin, 24 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner
Kisah Para 'Tentara Langit' di Kalbar, Panjat Tower demi Seluler
28 Oktober 2019 12:33 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB

ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - "No internet, no life". Kalimat ini seakan menggambarkan kondisi di era digital, di mana sebagian orang tak bisa terlepas dari jaringan internet. Bahkan, ada yang aktivitasnya sangat bergantung pada jaringan internet.
ADVERTISEMENT
Namun, tahukah kamu di balik jaringan internet di ponsel kamu, ada para pekerja di ketinggian yang terus berupaya mengontrol jaringan internet tersebut? Mereka adalah pahlawan di atas tower atau yang akrab disebut dengan 'Tentara Langit'.
Para pekerja di ketinggian itu merupakan orang-orang yang berjasa, bertugas dalam mengontrol infrastruktur telekomunikasi atau jaringan internet dari atas tower. Setiap detik pekerjaannya ada risiko besar yang harus mereka hadapi.
Satu di antaranya adalah Ahmad Fauzan. Dia adalah Technical Engineer yang bekerja di bidang tersebut sejak 2009. Berbagai macam risiko besar ia hadapi saat memanjat tower.
"Orang-orang menyebutnya tentara langit. Setiap detik adalah risiko yang harus dilewati. Rasa khawatir pasti ada, saat pertama kali bekerja, namun demi menyelesaikan tugas dan tanggung jawab, sampai sekarang sudah terbiasa," ungkapnya kepada Hi!Pontianak, Senin (28/10).
ADVERTISEMENT
Memanjat tower yang tinggi dengan membawa perlengkapan, para tentara langit itu seolah sedang berperang melawan waktu agar pekerjaannya tepat sasaran. Bahkan, hingga bermalam di shelter tower untuk beristirahat sudah menjadi rutinitas sehari-hari.
"Kalau kita manjat itu biasanya sambil memikul perlengkapan, mulai dari antena, katrol, kabel dan lain sebagainya. Selain itu kita juga harus disiplin waktu, misalnya kita dikasih waktu 2 jam, kita harus bisa tepat sasaran. Kalau telat risikonya ya jaringan akan berhenti (gangguan). Kalau seharian kita nginap (istirahat) di shelter tower-nya," kata Fauzan.
Tak hanya itu, ada risiko laim yang juga dihadapi oleh pekerja di ketinggian ini, seperti gangguan dari binatang buas, faktor alam (cuaca), hingga gangguan dari makhluk halus juga pernah dialami.
ADVERTISEMENT
"Kita pernah ketemu ular, penyengat (kumbang), burung elang, bahkan teman kita ada juga yang pernah lihat makhluk halus di atas tower. Karena kalau pemasangan, kita kan enggak lihat waktu. Bisa malam hari, tower di atas bukit, sampai di tengah kuburan juga ada. Kalau hujan petir kita selalu safety untuk cepat turun karena risikonya bisa fatal, faktor alamlah tidak bisa dihindari," jelas Fauzan.
Ia menceritakan, tower yang paling tinggi dinaiki bersama tim, yaitu tower dengan ketinggian 120 meter. Fauzan mengatakan walau berisiko, tapi ada hal menarik ketika sampai di atas ketinggian. Pemandangan yang menarik dari atas tower itu bisa mereka nikmati sejenak.
"Selain risiko yang tinggi, ada juga kesenangan tersendiri pada profesi ini. Kita sering membawa pancingan kalau medan yang kita lalui adalah sungai, biasanya juga istirahat sambil melihat pemandangan dari atas, untuk ngilangin stres. Menikmati perjalanannya, bertemu orang-orang baru, selalu menemukan pengalaman baru juga," tutur Fauzan.
Pria asal Kabupaten Sekadau, Kalbar, itu tak pernah mengeluh dengan pekerjaannya yang tinggi akan risiko ini. Ia akan merasa bangga ketika berhasil melawan waktu dalam pekerjaannya tersebut.
ADVERTISEMENT
"Ada rasa bangga tersendiri ketika kerjaan beres, dikerjakan dengan detail dan cepat, berhasil melawan durasi yang telah ditentukan sebelumnya. Tentunya ini sangat banggalah," pungkas Fauzan.