Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Kisah Pelepasliaran Dugong yang Terjerat Pukat Nelayan di Kalbar
27 Mei 2020 16:33 WIB
ADVERTISEMENT

Hi!Pontianak - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat melakukan penyelamatan seekor mamalia laut dugong yang terperangkap di jaring pukat nelayan dalam kondisi hidup, di wilayah Selatan Ketapang, pada Senin (25/5).
ADVERTISEMENT
Ini merupakan peristiwa langka dalam proses penyelamatan mamalia laut dugong yang dilakukan oleh BKSDA Kalbar. Dari beberapa catatan kejadian, akhir tahun 2017 BKSDA Kalbar pernah memperoleh laporkan terkait keberadaan dugong dalam kondisi mati di wilayah selatan Ketapang oleh nelayan sekitar Kendawangan. Namun tidak lanjut laporan tersebut belum bisa menemukan keberadaan satwa di lapangan.
Selang dua tahun, pada 2019 terdapat 6 kasus dugong yang mati akibat terjaring pukat oleh nelayan. Pada 2020 ini sendiri hingga bulan Mei tercatat sudah 4 kali dugong yang terjerat pukat. Dua dari empat ekor yang terjerat berhasil diselamatkan.
Keberadaan dugong menjadi sangat fenomenal setelah satwa langka dengan status konservasi dari IUCN masuk kategori Critically Endangered (CR) atau kritis, sering muncul di perairan selatan Kalbar.
ADVERTISEMENT
Awal mula informasi penemuan Dugong kali ini diperoleh dari rekanan Komunitas WEBE Adventure, Tono, masyarakat Pulau Cempedak, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang ke BKSDA Kalbar, Seksi Konservasi Wilayah I Ketapang, dan Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Laut (BPSPL) Pontianak.
Dalam laporannya, pada Sabtu (23/5), pukul 10.00 WIB, masyarakat nelayan Pulau Cempedak mendapati seekor dugong tersangkut pukat nelayan dalam kondisi hidup. dugong yang ditemukan tersebut kemudian dibawa oleh nelayan ke Pulau Cempedak guna dilakukan pemeliharaan atau rehabilitasi sementara dalam karamba untuk mengembalikan kondisi kesehatannya.
Dalam tradisi masyarakat di Pulau Cempedak yang sudah berjalan sejak lama, mereka menganggap dugong sebagai hewan atau satwa konsumsi. Ini menyebabkan dalam penemuan dugong oleh nelayan kali ini, proses negosiasi awal untuk tidak melakukan tindakan apapun terhadap mamalia laut sebelum ada pihak yang berwenang menanganinya cukup alot. Mereka berusaha untuk memilikinya sebagai peliharaan.
ADVERTISEMENT
Sehari setelah informasi diterima oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat, Tim Wildlife Rescue Unit (WRU) Seksi Konservasi Wilayah I ketapang bersama WEBE Adventure, dan Yayasan International Animal Rescue (IAR) Indonesia melakukan koordinasi guna menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam penanganan Dugong di Pulau Cempedak tersebut.
Didampingi dokter hewan, tim bergerak menuju lokasi yang berjarak kurang lebih 4 jam perjalanan darat dari Ketapang.
Pengecekan kondisi fisik langsung dilakukan oleh dokter hewan terhadap satwa tersebut sesampainya di lokasi. Meski terdapat sedikit luka dan goresan akibat terjerat pukat, kondisi secara umum Dugong yang masih berada dalam karamba dinyatakan sehat oleh dokter hewan.
Dugong berjenis kelamin betina yang diperkirakan berumur 2 tahun ini mempunyai panjang 146 centimeter, dengan berat 50 kilogram, dan ukuran keliling badan 100 centimeter. Berdasarkan hasil pengecekan kondisi kesehatan satwa, tim akhirnya merekomendasikan untuk segera melepasliarkan Dugong kelokasi dimana satwa tersebut ditemukan.
ADVERTISEMENT
Pihaknya mengatakan, Padang Lamun merupakan habitat ideal bagi mamalia cantik ini. Dari pemantauan kondisi alami habitat ditemukannya Dugong, kondisi habitatnya masih bagus. Ini ditunjukkan dengan ditemukannya sekitar 6 jenis lamun, tiga diantaranya merupakan pakan utama Dugong.
Dengan menggunakan kapal motor dan peralatan yang telah dipersiapkan sesuai standar, tim akhirnya membawa Dugong sejauh 3,7 kilometer dari Pulau Cempedak menuju lokasi dimana perairan tersebut merupakan tempat hidupnya.
Keberhasilan tim dalam melepasliarkan satwa langka ini merupakan bukti kepedulian para pejuang konservasi tanpa mengenal waktu dan suasana.