Konten Media Partner

Kisah Tatung Gen Z di Cap Go Meh, Rela Menabung Demi Lestarikan Budaya Leluhur

24 Februari 2024 8:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aphen saat menjadi tatung. Foto: Try Saskya Febriani/Hi!Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Aphen saat menjadi tatung. Foto: Try Saskya Febriani/Hi!Pontianak
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Ada ratusan tatung turun ke jalanan pada perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang, Sabtu, 24 Februari 2024. Mereka melakukan ritual 'cuci jalan', yang dipercaya dapat menolak kesialan atau 'tolak bala'.
ADVERTISEMENT
Salah satunya adalah Heri Santoso, atau yang biasa dipanggil Aphen. Sehari-hari ia membuka usaha warung kopi di depan Rumah Sakit Harapan Bersama Singkawang.
Tak seperti kebanyakan tatung lain yang membuka jasa pengobatan alternatif, Aphen yang baru berusia 23 tahun ini, benar-benar mengandalkan usaha warung kopinya untuk kehidupannya sehari-hari.
Meski sempat menolak, Aphen akhrinya mau menjadi tatung demi melestarikan budaya leluhur. Foto: Try Saskya Febriani/Hi!Pontianak
"Saya jadi tatung hanya untuk melestarikan budaya leluhur. Saya sudah generasi ketiga," kata Aphen saat ditemui Hi!Pontianak, Jumat malam, 23 Februari 2024.
Sebenarnya biaya tatung untuk tampil dalam perayaan Cap Go Meh cukup besar. Dari biaya membuat tandu, membuat kostum, serta upah para pengangkut tandu, pemain musik pengiring, dan pemandu.
Untuk memenuhi biaya itu, biasanya para tatung, membuka pelayanan jasa pengobatan alternatif. Ada pula yang mendapat bantuan dari pemerintah, serta sponsor.
ADVERTISEMENT
Namun bagi Aphen, ia sudah cukup dengan biaya sendiri. "Ada bantuan dari saudara, dari teman, sisanya saya menabung sendiri," katanya.
Aphen menjadi tatung dengan biayanya sendiri. Ia menabung dari uang pribadinya. Foto: Try Saskya Febriani/Hi!Pontianak
Sebagai Gen Z, Aphen sebenarnya tak begitu ingin menjadi tatung. Namun setelah mendapat nasihat dari beberapa saudara dan tatung senior, Aphen lalu mengikhlaskan dirinya menjadi tatung, demi melestarikan budaya leluhur.
"Saya tidak fokus menjadikan tatung sebagai profesi. Jadi saya hanya tampil pada perayaan-perayaan, seperti pada acara ulang tahun (dewa), atau seperti saat ini di acara Festival Cap Go Meh," kata Aphen.