Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Kisah TNI Papua asal Kalbar yang Raih Kemenangan di One Pride MMA
12 Maret 2023 20:16 WIB
·
waktu baca 5 menit
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Putra asal Kalimantan Barat Rio Tirto kembali mengharumkan nama provinsi karena berhasil meraih kemenangan dalam ajang seni bela diri campuran di One Pride MMA (Mixed Martial Art) kelas Strawweight 52, pada Sabtu malam, 11 Maret 2023.
ADVERTISEMENT
Dalam pertandingan yang berjalan selama tiga ronda di 3x5 menit tersebut, Rio berhasil mengkandaskan perlawanan Guardiola Ardi Lumihi, yang merupakan fighter asal Sulawesi Utara. Keduanya turut menyajikan duel yang seru. Serangan demi serangan dilancarkan masing-masing fighter selama jalannya laga.
Kendati demikian, dalam duel yang berlangsung sengit itu, Black Cobra yang merupakan julukan Rio Tirto berhasil tampil lebih impresif. Terutama saat memasuki ronde kedua, Rio tampil beringas dan menguasai jalannya laga dengan gerakan-gerakan submission (kuncian) yang membuat sang lawan seakan tak berdaya. Hingga akhirnya, Rio Tirto yang merupakan fighter asal Kalbar tersebut dinyatakan menang dengan skor telak oleh juri.
Hasil tersebut sekaligus menjadi kemenangan kelima Rio secara beruntun di ajang One Pride MMA tanpa kekalahan. Rio mengaku senang dengan kemenangan kelimanya tersebut. Terlebih, pertandingan ini menjadi kali pertama dirinya bertanding kembali setelah vakum lebih dari 2 tahun lamanya lantaran harus mengikuti pendidikan sebagai prajurit TNI-AD.
ADVERTISEMENT
"Tentu sangat senang, karena saya kembali diizinkan oleh satuan untuk bertanding kembali. Secara tak langsung, momen ini kembali membuka asa untuk menjadi juara di ajang One Pride MMA," terangnya saat dikonfirmasi via Whatsapp, Minggu 12 Maret 2023
Pria yang saat ini berprofesi sebagai prajurit TNI-AD di satuan DENBEKANG XVIII 44-01 Kasuari Sorong- Papua Barat ini berharap, kedepan dirinya kembali diizinkan untuk berlaga di ajang yang sama demi meraih gelar juara. Hal ini dilakukannya, demi mengharumkan nama TNI-AD dan daerah asalnya, Kalimantan Barat.
"Saya harap kedepan saya juga bisa diberikan kesempatan lebih untuk giat berlatih. Mengingat selama bertugas sebagai TNI-AD di Papua, porsi untuk berlatih sangat berkurang dari biasanya. Sehingga hal itu membuat skill dan persiapan saya menjelang pertandingan kemarin tergolong sangat minim," harap fighter jebolan Camp Fighter Tambi Ali MMA Golden Gening Warrior Pontianak tersebut.
ADVERTISEMENT
Sementara saat ditanya mengenai peringkatnya yang harus mengulang dari awal lantaran vakum dua tahun dari ajang tarung bebas tersebut, dia mengatakan dirinya tetap legowo dan sangat siap untuk memulai kembali karirnya sebagai fighter tanpa melupakan kewajiban sebagai prajurit TNI-AD.
"Saat ini saya bermain di kelas strawweight 52 kilogram. Jadi karena sebelumnya vakum lebih dari dua tahun, mau tak mau peringkat saya ulang dari awal," ungkapnya.
"Saya harap sekali lagi semoga kedepan kesempatan itu (bertanding kembali) masih ada, dan saya pastikan untuk mengeluarkan seluruh kemampuan terbaik untuk jadi pemenang," tandas pria yang saat ini bertugas sebagai prajurit TNI-AD di satuan DENBEKANG XVIII 44-01 Kasuari Sorong- Papua Barat tersebut.
Sementara itu, Coach Camp Fighter Tambi Ali MMA Golden Gening Warrior, Junaidi S R Tambi Ali mengaku kurang puas dengan pertandingan lanjutan One Pride MMA, antara Rio Tirto yang merupakan muridnya melawan Guardiola Ardi Lumihi. Pasalnya, pria yang karib disapa bang Jun tersebut menilai bobot lawan Rio dalam duel tersebut kelebihan tiga kilogram dari syarat seharusnya.
ADVERTISEMENT
"Awalnya saya menentang agar Rio tidak bertanding. Hal itu dikarenakan bobot lawan yang dihadapi tidak seimbang. Dimana Rio sudah susah payah menurunkan berat badan hingga 10 kilogram dari berat awal, ternyata lawannya beratnya lebih tiga kilogram dari syarat seharusnya," ungkapnya.
"Namun dibalik itu semua, kita tetap bersyukur dan senang Rio bisa tampil luar biasa hingga akhirnya keluar sebagai pemenang dengan predikat unggul poin telak," sambung dia.
Dilain sisi, Jun juga mengutarakan harapannya agar keinginan Rio untuk bisa terus bertanding demi menjadi juara bisa menjadi kenyataan. Hal itu dikatakannya mengingat potensi Rio yang tergolong luar biasa dalam berbagai cabor olahraga seni beladiri.
"Jadi selama saya melatih Rio, dia ini anak yang baik dan penurut dengan arahan pelatih. Terbukti di berbagai ajang olahraga seni bela diri yang pernah diikuti oleh Rio, semuanya pasti menorehkan hasil positif dan pasti mendapat medali," paparnya.
ADVERTISEMENT
Dia juga membeberkan berbagai prestasi yang pernah dicapai Rio di berbagai cabor yang pernah diikuti. Diantaranya Juara 2 kejurda wushu sanda 52kg pada tahun 2018, Juara 2 Super Grappler Championship 2018 jakarta class 54, Juara 3 Kejurnas Combat Sambo 2018 Bogor, Juara 1 MMA TATSUJIN ROOKIE FIGHT Jakarta 2018, Juara 3 Combat Sambo Bogor ( Seleknas Sea Games) 2019, Juara 2 BJJ Springroll 2018 Jakarta ( 58kg ), Juara 2 kejurnas kick boxing jakarta 2018, Juara 1 PORPROV Combat Sambo 2022.
Melihat raihan anak didiknya itu, dirinya pun berani memberi garansi bahwa Rio bisa menjadi aset berharga Kalbar nantinya di kancah nasional maupun internasional.
"Seperti ajang One Pride MMA yang diikuti Rio saat ini. Sejauh ini atlet asal kalbar yang bisa menang di ajang tersebut hanya Rio seorang dan belum ada atlet Kalbar lain yang bisa menyamai capaian ini," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Terakhir, dia berharap agar hal ini bisa menjadi nilai lebih bagi Pemprov Kalbar dan jajaran TNI-AD, khususnya Kodam XII/Tpr untuk mengembalikan Rio menjadi bagian dari Kalimantan Barat.
Hal itu diucapkan Jun, karena dia ingin atlet asli Kalbar, Seperti Rio harus dijaga dan dibina dengan baik. Dia menginginkan, agar talenta yang dimiliki oleh Rio bisa dipergunakan bagi Kalbar, bukan malah untuk daerah lain.
"Apalagi sebentar lagi harus persiapan jelang pra PON yang yang dilaksanakan bulan Juni mendatang. Kalau tetap seperti ini, saya merasa kasihan pada Rio, karena selama di Papua dia kerap mengeluh fasilitas minim. Tempat latihan maupun sarana penunjang tidak ada, jadi mau tidak mau latihan mandiri," pungkasnya.