Konten Media Partner

Kisah Wandi, Menjemput Rupiah dari Berjualan Barang Antik

12 November 2019 9:53 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Wandi beraktivitas di toko barang-barang antik miliknya. Foto: Teri/Hi!Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Wandi beraktivitas di toko barang-barang antik miliknya. Foto: Teri/Hi!Pontianak
Hi!Pontianak - Wandi, warga Pontianak, gemar mengoleksi barang-barang antik. Beberapa di antaranya, ia jual di Tanjung Kapuas, Pasar Parit Besar, Jalan Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat.
ADVERTISEMENT
Berawal dari kecintaannya terhadap sejarah sejak duduk di bangku SMP, Wandi mulai mengumpulkan barang-barang antik sejak duduk di bangku SMA. Saat ditemui Hi!Pontianak, ia mengaku tertarik dengan barang-barang antik karena barang tersebut otentik dan awet sepanjang masa.
"Dulu waktu SMP cuma berpikir ada belajar sejarah dan ilmu alam. Dulu orang luar sudah bisa memproduksi guci, mangkuk, dan lain sebagainya. Sedangkan di Indonesia belum. Bahkan makan masih beralaskan daun. Selain itu barang-barang mereka setelah 100 tahun juga masih utuh. Jadi di situ saya mulai mengulik, mungkin cara pembuatannya, hingga akhirnya saya mengumpulkan ini (barang-barang antik)," paparnya, Senin (11/11).
Patung asal Tiongkok dan deretan buku tua koleksi Wandi. Foto: Teri/Hi!Pontianak
Wandi mengaku mengumpulkan berbagai macam barang antik dari desa-desa, ke kota, hingga bahkan ada yang ia temukan di pesisir Sungai Kapuas.
ADVERTISEMENT
"Ini cari di kampung-kampung. Atau biasa ada orang mengantarkannya, jual ke saya. Bahkan ada yang saya temukan di Sungai Kapuas, seperti guci itu dari Tiongkok," jelasnya.
Menurut Wandi, barang antik tertua yang ia temukan adalah guci peninggalan Dinasti Zhou. Guci tersebut diperkirakan telah berusia 800 hingga 900 tahun. "Kalau yang paling tua di sini itu guci dari Dinasti Zhou. Ditemukan di Sungai Kapuas, tapi sudah agak sedikit rusak," katanya.
Tak hanya guci, Wandi mengumpulkan berbagai barang antik seperti lampu gantung, patung, setrikaan arang, telepon, tape recorder, mikroskop tua, kipas angin, mesin kasir, lampu duduk, jam weker, mainan piano kayu, buku-buku tua, piringan hitam, mangkok dari Tiongkok, sendok, garpu, piring, gelas, koin, keris, pita kaset, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Kecintaan Wandi terhadap barang-barang tua, sejak ia mempelajari sejarah saat duduk di bangku SMP. Foto: Teri/Hi!Pontianak
"Selain (dari) Indonesia, barang-barang antik dari luar negeri juga ada, terutama banyak dari Cina, misalnya dari dinasti Ming, Shang, Yuan, Song. Dinasti-dinasti itu banyak dan bermacam-macam, kurang lebih umurnya juga 100 tahunan," jelasnya.
Barang-barang antik itu ia banderol mulai harga Rp 5 ribu hinga puluhan juta rupiah. Ia berjualan setiap hari, buka pada pukul 08.00 WIB dan tutup pada 17.00 WIB.
"Macam-macam harganya dari Rp 5 ribu sampai 20 atau 50 juta, tergantung barang," bebernya.
Wandi mengatakan dua tahun terakhir, penjualan barang-barang antik tersebut mulai menurun. "Dulu ramai, dua tahun terakhir sepi mungkin memang ada faktor ekonomi. Bahkan peminatnya ada yang dari luar negeri, cuma kadang kesulitan untuk membawanya keluar, dan yang paling banyak sih pembeli dari Indonesia," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Wandi mulai mengumpulkan barang-barang antik saat duduk di bangku SMA. Foto: Teri/Hi!Pontianak
Kerajinan kuningan yang dikoleksi oleh Wandi. Foto: Teri/Hi!Pontianak
Setrikaan tua dan mangkok tua dari Tiongkok. Foto: Teri/Hi!Pontianak
Koleksi jam tua milik Wandi. Foto: Teri/Hi!Pontianak
Wandi juga mengumpulkan koleksi kaset pita. Foto: Teri/Hi!Pontianak
Tape recorder tua milik Wandi. Foto: Teri/Hi!Pontianak
Peralatan makan yang dikoleksi Wandi. Foto: Teri/Hi!Pontianak
Sejumlah koleksi tertua yang dimiliki Wandi. Teri/Hi!Pontianak
Wandi juga mengoleksi sejumlah keris. Foto Teri/Hi!Pontianak