Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner
KPPAD Kalbar Ajak Masyarakat Cegah Paham LGBT di Lingkungan Pendidikan
4 Maret 2025 16:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi Kalimantan Barat mengajak pihak masyarakat, media, dunia usaha, dan pemerintah untuk bersama-sama mencegah paham LGBT menyebar luas di lingkungan pendidikan.
ADVERTISEMENT
Kegiatan bertajuk 'Komitmen Bersama Pencegahan Paham LGBT di Lingkungan Pendidikan' ini berlangsung di Gedung Guru, Jalan Ahmad Marzuki, Pontianak pada Selasa, 4 Maret 2025.
"Kita melaksanakan di mana penerapan empat pilar penyelenggaraan perlindungan anak itu terlaksana dan terwujudkan, yaitu dari pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan media. Terkait acara hari ini, kita harus bagaimana bisa melakukan pencegahan dan pemulihan terhadap anak yang menjadi korban terdampak LGBT," kata Eka Nurhayati Ishak, Ketua KPPAD Kalbar.
Melalui kegiatan ini, Eka berharap dengan melibatkan pihak-pihak tersebut secara langsung, informasi yang disampaikan mengenai pencegahan penyebaran paham LGBT dapat menyasar seluruhnya dan dapat dihalangi bersama.
"LGBT tidak bisa dimusnahkan, tetapi setidaknya dengan kehadiran kita di sini, kita bisa meminimalisirnya. Kita sudah menunaikan satu hal, yaitu mendeklarasikan bersama pencegahan LGBT sejak dini," tegas Eka.
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua DPRD Kota Pontianak, Bebby Nailufa, yang hadir sebagai salah satu narasumber, juga sependapat dengan apa yang disampaikan oleh Eka.
"LGBT atau kaum sodom sudah ada sejak lama. Jangan sampai menjadi suatu lumrah ketika anak-anak, remaja kita mempunyai orientasi seksual menyimpang," ujarnya.
Bebby selaku legislator menambahkan, salah satu peran DPRD adalah menjaga dunia pendidikan tetap berlangsung kondusif, serta memastikan bahwa guru dapat menjalankan perannya dalam mendidik dan menjaga anak-anak.
Ia juga menyarankan adanya inovasi pembelajaran religi yang diberlakukan di seluruh sekolah, seperti membaca Alquran dan Alkitab terlebih dahulu sebelum memulai kegiatan belajar mengajar.
Adapun Ketua Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) Kalbar, Tri Mega Ralasari, mengungkapkan bahwa saat ini, remaja menjadi sasaran empuk LGBT karena mereka sedang berada dalam proses pencarian jati diri.
ADVERTISEMENT
Atas hal tersebut, Mega menegaskan pentingnya tenaga guru BK yang berperan untuk terjun langsung kepada murid-muridnya, "Perlu sekali ruang BK dibuka kembali, leluasa untuk masuk ke kelas-kelas, memberikan informasi secara langsung."
Menurutnya, strategi tersebut perlu dilaksanakan agar guru BK dapat 'menyentuh langsung' para muridnya, salah satunya seperti melakukan home visit.
Ketua Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Kalbar, Dina Prihatini Wardoyo, turut menyampaikan pandangannya dari sisi media, khususnya terkait penerapan kode etik jurnalistik dalam pemberitaan.
"Terkadang media itu lupa untuk menutup identitas dari kasus itu, seperti tidak boleh menyebut nama dan sebagainya. Itu sebenarnya sudah patokan bahwa kita tidak boleh memberitakan terkait identitas dari anak yang bersangkutan," terang Dina.
Di sisi lain, Aktivis Pendidikan, Sri Puji Hastuti, mengatakan bahwa kasus LGBT dapat bermuara dari lingkup internal, yaitu lingkungan keluarga itu sendiri. Sri bilang, selain pihak eksternal, keluarga juga berperan penting dalam menerapkan pola asuh kepada anak agar tidak terjerumus ke ranah LGBT.
ADVERTISEMENT
"Lingkup internal, bagaimana pola asuh kita terhadap anak itu sangat penting. Kasih sayang ayah ibu, itu jangan sampai terlewatkan. Jangan sampai anak kita mengalami traumatik yang luar biasa," tuturnya.
"Ayah jangan melepaskan tanggung jawabnya terhadap ibu untuk pola asuh. Begitu juga ibu, jangan melepaskan pola asuhnya terhadap anak. Kita tidak bisa bergantung kepada sekolah, menitipkan sepenuhnya generasi kita, anak kita kepada sekolah, mulai dari pembelajaran dan adab," tukas Sri.