Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.80.1
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hi!Pontianak - Sekumpulan pemuda yang berasal dari musisi, aktivis, dan seniman (kolektif) mengekspresikan sebuah karya seni lewat media cungkil kayu. Mereka adalah Pangrok Sulap.
ADVERTISEMENT
Pangrok Sulap berasal dari negera bagian Sabah, Malaysia, yang berdiri sejak 2010. Mereka berkumpul, untuk mengeskpresikan seni, dan mengajak kaum proletar, seperti para petani, untuk berkesenian, dan menghasilkan suatu karya yang dapat dijual.
Lima orang perwakilan dari Pangrok Sulap mampir ke Kota Pontianak, Kalimantan Barat, untuk menggelar pameran hasil karya mereka dan menggelar diskusi tentang seni dan masyarakat, di Canopy Center, pada Senin malam (25/11).
Rizolio, perwakilan dari Pangrok Sulap mengungkapkan, biasanya mereka menuangkan berbagai macam gambar, seperti cerita rakyat, isu permasalahan di lingkungan, bahkan tak jarang mereka mengkritik pemerintah, dengan media cungkil kayu yang mereka buat.
"Kita kerap kali menuangkan isu sosial di masyarakat. Pernah karya kami diturunkan oleh pemerintah, karena terlalu mengkritisi. Kami kadang kecewa, kenapa kami tidak boleh bersuara, dan itu diviralkan di Sosmed. Tapi penurunan karya tersebut malah menggugah kami, untuk membuat lebih banyak karya," kata Rizo, panggilan akrabnya.
ADVERTISEMENT
Ia melanjutkan, dari seni mereka berharap, masyarakat yang mengerti, maupun tidak mengerti, jadi ingin lebih tahu terkait permasalahan di lingkungan yang mereka tuangkan dalam karya mereka. "Pelan-pelan itu berhasil kami rasakan," ungkapnya.
Rizo menceritakan kisah pertama kali mereka mengajak para kaum proletar untuk membuat suatu karya yang menghasilkan. "Tentu awalnya tidak mudah. Kami malakukan pendekatan dulu, mendekatkan diri terhadap mereka, sampai akhirnya bisa diterima di masyarakat petani," jelasnya.
Hingga kini, karya seni yang mereka hasilkan berasal dari tangan-tangan masyarakat di pedalaman. "Kita ajak mereka orang-orang di kampung untuk membuat sebuah karya. Karya tersebut kita jual dan diserahkan ke orang yang membutuhkan. Jadi ini konsepnya dari seni, untuk masyarakat," bebernya.
ADVERTISEMENT
Rizo mengungkapkan, harga dari sebuah karya seni yang telah mereka hasilkan cukup beragam. Dibanderol mulai dari harga 6.000 Ringgit Malaysia, hingga 25.000 Ringgit Malaysia, dari setiap edisi.
"Macam-macam ya harganya, sesuai edisi yang keluar dan dilihat dari karyanya lagi. Nah hasil dari penjualan itu kita donasikan kepada yang membutuhkan," tukasnya.