Melihat Kerajinan Topi Caping dari Daun Mengkuang di Pontianak

Konten Media Partner
4 Oktober 2019 21:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rahmah, salah seorang pengrajin menganyam daun mengkuang untuk membuat topi caping dalam Festival Kampoeng Sungai Kapuas di Pontianak, Jumat (4/10). Foto: Lydia Salsabila/Hi!Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Rahmah, salah seorang pengrajin menganyam daun mengkuang untuk membuat topi caping dalam Festival Kampoeng Sungai Kapuas di Pontianak, Jumat (4/10). Foto: Lydia Salsabila/Hi!Pontianak
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Festival Kampoeng Sungai Kapuas yang digelar di waterfront Pontianak menjadi wadah bagi para pengrajin untuk memamerkan kerajinannya kepada pengunjung. Satu diantaranya adalah kerajinan topi caping mendawai.
ADVERTISEMENT
Pengunjung bisa melihat proses pembuatan topi caping. Rupanya, perlu waktu yang panjang untuk mempersiapkan bahan baku membuat satu topi caping.
Rahmah, salah seorang pengrajin mengungkapkan, untuk membuat topi caping bahan bakunya harus disiapkan terlebih dahulu. Bahan bakunya bisa menggunakan daun mengkuang.
Dalam prosesnya, daun mengkuang harus terlebih dahulu dibersihkan durinya hingga dikeringkan. Selain itu, bahan-bahan lainnya seperti benang, pelepah sagu, jarum serta tali rapih juga harus disiapkan.
Jika bahan bakunya sudah siap, pengrajin bisa membuat 20 topi caping dalam sehari. Foto: Lydia Salsabila/Hi!Pontianak
“Daun ini (mengkuang) didapat dari Sungai Ambawang. Daunnya harus dibersihkan durinya, setelah bersih nantinya disalai, baru itu dijemur lagi," kata Rahmah kepada Hi!Pontianak, Jumat (4/10).
Untuk mendapatkan bahan berkualitas diperlukan waktu sekitar 3 hari. Bahan baku untuk membuat topi caping tidak hanya menggunakan daun mengkuang saja, tapi bisa menggunakan rotan yang bisa dibeli seharga Rp 5 ribu per kilogram.
ADVERTISEMENT
“Dari proses awal pembuatan topi, membutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk merakit satu topi,” ujar Rahmah.
Jika bahan baku sudah siap, Rahmah mengaku bisa membuat 20 topi caping dalam sehari. Selama proses membuat topi caping, Rahmah sudha terbiasa tertusuk jarum.
Ketua Dekranasda Kota Pontianak bersama pengrajin topi caping dalam Festival Kampoeng Sungai Kapuas. Foto: Lydia Salsabila/Hi!Pontianak
Ia biasanya membuat topi caping bila ada pesanan dari pengepul. Topi caping tersebut dikirim ke daerah-daerah yang masih banyak petani, seperti Tayan, Putussibau dan lain sebagainya.
Satu kodi berisi 20 topi caping. Harganyapun bervariasi, mulai dari Rp 150 ribu hingga Rp 180 ribu, tergantung ukurannya.
Selama 6 tahun melakoni usaha tersebut, banyak hal yang dirasakan oleh Rahmah. Kendala yang dihadapinya, mulai dari sulitnya mendapatkan bahan baku hingga modal yang terbatas.
ADVERTISEMENT
“Kita sih tidak ada kendala yang kayak gimana. Cuma para pengepul saja mungkin ada kendala terkait harga untuk dijual kembali. Di sini ada 15 perajin serupa dan perlu dana bantuan, karena barang yang dijual tersebut hasilnya akan diputar untuk modal lagi,” pungkas Rahmah. (hp6)