Konten Media Partner

Melihat Sejarah dan Warisan Budaya di Museum Provinsi Kalimantan Barat

31 Juli 2019 18:53 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Koleksi adat pengantin Melayu Pontianak yang ada di Museum Provinsi Kalimantan Barat. Foto: Ferla Diva
zoom-in-whitePerbesar
Koleksi adat pengantin Melayu Pontianak yang ada di Museum Provinsi Kalimantan Barat. Foto: Ferla Diva
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Berbagai koleksi seni, budaya, ilmu pengetahuan, dan benda-benda kuno lainnya terabadikan di Museum Provinsi Kalimantan Barat. Museum ini mulai dibuka untuk umum dan diresmikan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Depdikbud pada 4 Oktober 1983. Sedangkan kelembagaannya baru diresmikan pada 2 April 1988.
ADVERTISEMENT
Museum yang berlokasi di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Kota Pontianak, ini menyimpan berbagai benda-benda bernilai sejarah yang ada di Kalimantan Barat. Termasuk, peninggalan sejarah dari peradaban budaya dan suku bangsa yang ada di Kalimantan Barat, yakni Melayu, Dayak, dan Tionghoa.
Adat budaya Tionghoa yang jadi koleksi di Museum Provinsi Kalimantan Barat. Foto: Ferla Diva
Di dalam museum, ada tiga ruangan sejarah yang yang bisa dieksplorasi. Di lantai pertama, ada ruang pengenalan yang berisi koleksi geologika, geografika, biologika, arkeologika, historika, numismatika, dan heraldika. Di ruangan ini, terdapat sejumlah benda-benda bersejarah, seperti pakaian resmi Kesultanan Kadriyah, nekara, uang logam Asia, uang logam Eropa, uang logam Indonesia, serta uang kertas Jerman.
Menuju ke lantai dua, terdapat ruangan budaya. Pengunjung akan disuguhkan dengan beragam kebudayaan di Kalimantan Barat. Ragamnya unsur kebudayaannya mencakup: religi dan upacara keagamaan, mata pencaharian hidup, organisasi kemasyarakatan, teknologi dan peralatan, pengetahuan dan bahasa.
Alat tenun suku daya yang ada di museum Kalbar. Foto: Ferla Diva
Di ruangan ini pula terdapat lukisan tentang kondisi kehidupan masyarakat tempo dulu yang sedang berburu. Ada juga koleksi peralatan perdukunan, alat tenun dan hasil tenun, alat permainan tradisional, seperti gasing dan congklak, koleksi pelaminan etnis Melayu, serta sejumlah pakaian adat.
ADVERTISEMENT
Berburu dan meramu yang jadi pola kehidupan masyarakat zaman dahulu yang dipamerkan di Museum Provinsi Kalimantan Barat. Foto: Ferla Diva
Terakhir adalah ruang keramik. Di dalamnya terpampang berbagai jenis koleksi keramologika berupa tempayan, piring, mangkuk, sendok, dan lain-lain yang berasal dari China, Vietnam, Jepang, Eropa, dan keramik lokal Singkawang.
koleksi beragam keramik yang ada di Museum Provinsi Kalimantan Barat. Foto: Ferla Diva
Hingga saat ini, Museum Provinsi Kalimantan Barat menyimpan sekitar 4.000 jumlah koleksi barang antik dan bersejarah. Kepala Museum Kusmindari Triwati mengungkapkan, ada satu koleksi barang bersejarah yang pernah dipamerkan di Belgia oleh Presiden Joko Widodo, yakni Tiang Sandung.
Rumah Sandung yang ada di Museum Provinsi Kalimantan Barat. Foto: Ferla Diva
Tiang Sandung adalah sebuah tiang berukuran panjang sekitar 1-2 meter yang terbuat dari kayu belian. Tiang ini digunakan untuk membangun Rumah Sandung, yang merupakan tempat penyimpanan abu atau tulang belulang para leluhur. Ukuran dan jumlah tiang pada Rumah Sandung ini menjadi simbol status sosial dan kemampuan keluarga yang ditinggalkan.
Arsitektur ruang tamu rumah Melayu zaman dulu yang dipamerkan di Museum Provinsi Kalimantan Barat. Foto: Ferla Diva
Pemeliharaan dan perawatan koleksi barang di Museum Provinsi Kalimantan Barat dilakukan secara rutin setiap hari Senin. Kusmindari Triwati mengatakan ada bahan campuran dari zat kimia, untuk mengonferansi secara ringan guna membersihkan barang-barang yang terkena jamur atau debu-debu.
ADVERTISEMENT
"Kemarin kami melakukan tindak penyelamatan terhadap koleksi naskah kuno seperti Alquran, catatan sejarah kerajaan, surat-surat kerajaan, dan lainnya. Jadi di sini kita ada punya 30 naskah kuno. Nah, kurang pengetahuan tentang menyimpan koleksi buku dan salah menyimpan akhirnya semua koleksi yang ada dimakan oleh serangga. Kami pun mengundang tenaga ahli dari arsip nasional untuk merestorasi yakni mengembalikan koleksi yang rusak agar bisa kembali digunakan dan dimanfaatkan. Dan alhamdulillah sudah ada 2 buku yang sudah kita selamatkan," ujarnya. (hp6)