Konten Media Partner

Melihat Senjata Khas Suku Dayak di Pameran Borneo XTRA-DIKSI Pontianak

15 November 2019 14:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Senjata khas Dayak yang dipamerkan dalam kegiatan budaya yang bertajuk Borneo XTRA-DIKSI di Pontianak. Foto: Lydia Salsabilla/Hi!Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Senjata khas Dayak yang dipamerkan dalam kegiatan budaya yang bertajuk Borneo XTRA-DIKSI di Pontianak. Foto: Lydia Salsabilla/Hi!Pontianak
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Memeriahkan kegiatan budaya yang bertajuk Borneo XTRA-DIKSI yang diselenggarakan oleh Taman Budaya Kalimantan Barat, Komunitas Folks of Dayak (FOD) menggelar Pameran Pusaka Dayak Kalimantan di Rumah Radakng Pontianak, Jumat (15/11). Pameran tersebut menampilkan puluhan senjata tajam suku Dayak, seperti mandau dan duhung yang dibuatpada abad ke-17 dan 18 yang dikumpulkan Folks of Dayak sejak tahun 2013.
ADVERTISEMENT
Senjata yang dipamerkan ini didatangkan langsung dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Selain mandau, senjata untuk melindungi diri dari musuh dan melaksanakan aktivitas sehari-hari yang lebih banyak di pamerkan.
Ada pula beberapa nama senjata yang dimiliki oleh FOD, antara lain, baiw berasal dari Dayak Benuaq, Kaltim. Ada juga duhung, berasal dari Dayak Ngaju, Kalteng. Ada yang bernama tangkitn dari Dayak Kanayan, Kalbar. Ada pula mandau sanaman montalat dari Dayak Dusun Taboyan, Kalteng dan an masih banyak lainnya
Salah satu anggota Komunitas FOD, Pierre Yudhistira mengatakan, puluhan senjata bersejarah itu diperoleh dari beberapa orang dengan berbagai macam cara. “Berbeda-beda. Ada yang kami peroleh dengan cara membeli. Ada yang turunan, ada pula yang dengan sukarela diberikan kepada kami,” ucapnya saat diwawancarai disela-sela berlangsungnya pameran.
Berbagai senjata khas suku Dayak. Foto: Lydia Salsabilla/Hi!Pontianak
Jika pandangan sebagai orang melihat benda tersebut adalah hal yang menakutkan. Justru inilah yang menjadi motivasi FOD untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, bahwa setiap benda bersejarah itu tidak hanya dilihat mistisnya saja.
ADVERTISEMENT
“Benda bersejarah ini memiliki banyak sisi. Ada yang hanya melihat sisi mistisnya. Tapi ada juga sisi seni, budaya dan sejarahnya,” ujarnya.
Tidak hanya sejarah dan pengetahuan, Pierra menyampaikan senjata tajam khas dayak Kalteng ini menyimpan nilai histori yang sangat tinggi. Nilai histori inilah yang membuat senjata khas Kalteng menjadi incaran para kolektor, dengan nilai yang sangat fantastis. Sebab itu, ia berharap masyarakat dapat menjaga dan memelihara warisan ini.
Mandau di Kalteng ada yang memiliki nilai sampai ratusan juta rupiah. Tidak saja bahan dasar mandau itu sendiri, atapun ukiran, bahkan hiasan yang membuatnya mencapai harga demikian. Faktor lain yang membuat mandau semakin mahal adalah sisi sejarah atau histori dari mandau tersebut,” ungkapnya.
Berbagai barang yang dipamerkan juga berasal dari berbagai tempat di Kalimantan. Foto: Lydia Salsabilla/Hi!Pontianak
Menurut Pierra, untuk menjaga dan merawat senjata ini sama saja dengan merawat senjata pada umumnya. Tetapi jika akan dibawa ke luar seperti pameran, maka senjata harus dibersihkan dahulu untuk menetralisasi.
ADVERTISEMENT
“Secara fisik dibersihkan seperti biasa. Namun kalau selesai pameran seperti ini ada ritual membersihkan secara spiritual, namanya upacara memelas pusaka. Besok rencananya akan kita lakukan sekitar jam 8 atau 9 pagi saat matahari naik,” imbuhnya.
Selain pameran puluhan senjata, terdapat pula penyang yang merupakan sejenis jimat dengan berbagai macam bentuk. Ada yang berupa kayu-kayuan, batu-batuan, botol-botol kecil yang tertutup rapat, juga taring binatang. Biasanya pemilik penyang menjadikan jimat itu sebagai mata kalung atau diikat bergelantungan pada sarung mandau.
Pameran Pusaka Dayak Kalimantan di Rumah Radakng Pontianak, Jumat (15/11). Foto: Lydia Salsabilla/Hi!Pontianak
Beberapa senjata ada yang merupakan buatan abad ke-17 dan 18 yang dikumpulkan Folks of Dayak sejak tahun 2013. Foto: Lydia Salsabilla/Hi!Pontianak
Barang-barang yang juga dipamerkan dalam kegiatan tersebut. Foto: Lydia Salsabilla/Hi!Pontianak