Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Mandau atau senjata tajam sejenis parang mungkin lebih dikenal masyarakat sebagai senjata tradisional yang dimiliki oleh suku Dayak Kalimantan. Namun siapa sangka, sebelum era mandau ada sebuah senjata tertua Dayak Ngaju yang telah ada sejak ratusan tahun lalu. Senjata ini pun hadir dalam Pameran Pusaka Dayak Kalimantan di Rumah Radakng Pontianak, pada Jumat (15/11).
ADVERTISEMENT
“Duhung ini adalah salah satu senjata tertua Dayak Ngaju Ot Danum. Senjata ini adalah senjata ritual dan bahkan ada sebelum era mandau, yang di mana di dalam beberapa cerita tutur senjata inilah yang digunakan oleh tokoh-tokoh Dayak Ngaju Ot Danum, semisal kisah Sahawong melawan Raja Iblis yang banyak memakan manusia,” kata salah satu anggota Komunitas Folks of Dayak (FOD), Pierre Yudhistira, disela-sela pameran yang bertajuk Borneo XTRA-DIKSI.
Dalam penjelasannya, duhung yang merupakan senjata masyarakat Dayak Ngaju ini dikenal sebagai senjata yang digunakan untuk serangan jarak dekat. Berukuran kecil, berbeda seperti mandau, senjata ini termasuk senjata tikam dan tusuk yang sederhana dengan bilah yang simetris. Karena itu mereka kerap membawanya dalam kegiatan berburu untuk melindungi diri dari serangan binatang buas dalam jarak yang dekat.
ADVERTISEMENT
“Senjata tradisional ini juga merupakan mata tombak yang dapat digunakan sebagai pisau. Sebagai pisau, senjata ini dilengkapi dengan gagang bulat dan sebuah sarung yang terbuat dari kayu. Pada zaman dahulu oleh masyarakat Dayak juga digunakan sebagai senjata untuk berperang,” jelas Pierre.
Selain digunakan sebagai pertahanan diri dari musuh, senjata Dayak yag menyerupai keris ini dulu digunakan oleh masyarakat untuk berburu dan bercocok tanam. Namun kini hanya boleh dimiliki oleh Pisur atau ketua adat masyarakat Dayak.
“Senjatanya sekarang sudah menjadi semacam pusaka seperti sekarang ini, sehingga tidak dipakai untuk mendampingi aktivitas sehari-hari. Tapi, untuk acara-acara tertentu kadang duhung dikeluarkan sebentar,” pungkas Pierre.