Mengenal Kemponan, Sugesti Akibat Tak Mencicipi Makanan yang Ditawarkan

Konten Media Partner
24 Februari 2021 10:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tradisi menjamah, atau menyentuk makanan untuk melunturkan sugesti kemponan. Foto: Leo Prima/Hi!Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Tradisi menjamah, atau menyentuk makanan untuk melunturkan sugesti kemponan. Foto: Leo Prima/Hi!Pontianak
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Ada suatu kepercayaan di masyarakat Kalimantan Barat yang hingga saat ini masih sering dilakukan, keyakinan tersebut adalah kemponan atau kampunan.
ADVERTISEMENT
Sejarawan Pontianak, Syarifudin Usman, mengatakan, keyakinan tersebut khususnya dari masyarakat Melayu. Jika ditawari, khususnya makanan, oleh seseorang, wajib untuk dicicipi. Diyakini jika tidak dinikmati atau sekadar dijamah (disentuh dengan jari), sajian yang ditawarkan seseorang itu, akan terimbas sesuatu yang tidak baik.
“Keyakinan ini turun temurun, seakan dilestarikan dan dikenal dengan sebutan kemponan. Kemponan itu sendiri adalah akibat yang dialami karena tak menghiraukan tawaran yang disodorkan. Misal seseorang diajak makan penganan ringan, namun tak dihiraukan, dan orang ini berpergian ke suatu tempat. Dan dalam perjalanan orang tadi mendapat musibah, maka itu disebut sedang mendapat kemponan,” jelasnya, Rabu, 24 Februari 2021.
Ia juga mengatakan, kemponan sama dengan pamali. Namun lebih khusus, kemponan adalah akibat yang dirasakan karena tak menghiraukan sesuatu ajakan, terutama berkaitan dengan makanan. Sugesti yang dirasa itu disebut kemponan.
ADVERTISEMENT
“Sejak kapan mulainya tradisi kemponan ini, sulit dipastikan. Namun budaya lokal dihampir semua daerah memiliki kesamaan dengan konteks kemponan ini. Hanya sebutannya saja yang berbeda,” paparnya.
Di Pontianak sendiri khususnya, untuk menghindari kemponan, ada tradisi catpalik, jamah atau japai, atau serupa serapah dan mantra untuk mengusir perasaan dihantui rasa kemponan.
“Bersamaan pengucapan itu, biasa jari telunjuk yang telah disentuhkan ke makanan atau minuman, lalu disentuhkan di bibir bahkan lidah. Itu dimaknai menangkal kemponan. Bisa juga diartikan, kemponan sebagai musibah kecil atau besar, karena tak mengikuti ajakan sesuatu,” ungkapnya.
Namun ada pendapat lain, kemponan adalah hajat tak sampai pada suatu maksud. Meskipun dirambah kehidupan serba digital, namun dalam masyarakat masih mengenal tradisi kemponan ini.
ADVERTISEMENT
“Sejauhmana kebenarannya, tak selamanya demikian, tapi juga dinapikan,” pungkasnya.