Konten Media Partner

Mengenal Perbedaan Kue Keranjang di Indonesia dan China

15 Januari 2020 14:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kue keranjang simbol eratnya hubungan kekeluargaan Foto: Thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Kue keranjang simbol eratnya hubungan kekeluargaan Foto: Thinkstock
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Selain identik dengan dekorasi berwarna merah, Tahun Baru China atau Imlek juga tidak terlepas dari beragam sajian makanan khasnya. Salah satunya adalah kue keranjang atau sering disebut dengan dodol China.
ADVERTISEMENT
Kudapan manis ini juga biasa disajikan di atas altar sembahyang sebagai persembahan. Selain itu, kue yang berbentuk bulat, berwarna kecokelatan dengan teksturnya yang manis dan lengket ini bukan sekadar sebagai hidangan, tetapi di balik itu kue keranjang juga melambangkan arti dan pengharapan tersendiri. Harapan atas tahun baru yang penuh dengan kemakmuran dan keberuntungan.
Dalam catatan ringan Syafaruddin Usman, Peminat Kajian Sejarah dan Budaya Kontemporer Kalbar, disebutkan bahwa dari negeri asalnya kudapan manis ini bernama nian gao (baca: nien kau) atau nama lain dalam dialek Hokkian disebut thi kue (kue manis).
“Disebut kue keranjang karena dulunya menggunakan keranjang-keranjang kecil terbuat dari anyaman rotan untuk mencetak kue ini. Sebagian lidah menyebutnya kue ranjang kependekan dari keranjang. Di tempat asalnya, kue keranjang ini tidak berbentuk seperti yang dikenal sekarang, penyajiannya juga lebih mirip kwetiau goreng,” tulisnya.
Kue keranjang. Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Untuk cita rasa, di negeri asalnya rasa akan kue keranjang berbeda, yakni tawar. Kemudian berkembang di Negeri Selatan menjadi rasa manis dan dikenal sebagai kue keranjang.
ADVERTISEMENT
Dalam catatan tersebut, Syafruddin menerangkan untuk proses membuat kue keranjang mirip dengan dodol. Menggunakan gula merah dan tepung ketan, rasanya sangat manis dan legit.
Pembuatannya pun memakan waktu yang lama dari 6 hingga 12 jam. Setelah jadi, bisa dimakan langsung saat masih lembut atau dinikmati beberapa hari setelahnya dengan cara dibalur telur, lalu digoreng.
Sementara itu, ada sebuah filosofi menarik dibalik kudapan manis ini. Pertama terletak pada kelengketannya yang bermakna persaudaraan yang begitu erat dan selalu menyatu. Kedua, rasa manis pada kue ini juga menggambarkan rasa sukacita, menikmati keberkatan, kegembiraan dan selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam hidup. Terakhir, bentuk bulat tanpa sudut pun melambangkan pesan kekeluargaan tanpa melihat ada yang lebih penting dan akan selalu bersama tanpa batas akhir.
Proses Pembuatan Kue Keranjan. Foto: Dok. Novan Nurul Alam
ADVERTISEMENT