Konten Media Partner

Menjajal Motor Klotok, Moda Transportasi Andalan Warga Sekadau, Kalbar

21 November 2019 10:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penambang motor klotok di Sekadau, Kalbar. Foto: Dina Mariana/Hi!Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Penambang motor klotok di Sekadau, Kalbar. Foto: Dina Mariana/Hi!Pontianak
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Motor klotok yang bersandar di steigher kawasan Pasar Sekadau bersiap mengangkut penumpang yang hendak ke Seberang Kapuas maupun Madya, Kecamatan Sekadau Hilir. Motor klotok sebagai moda transportasi sungai yang digunakan warga di Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat.
ADVERTISEMENT
Motor klotok menjadi transportasi andalan warga yang menyeberangi Sungai Kapuas. Sekali menyeberang penumpang yang membawa sepeda motor dikenakan Rp 20 ribu, jika penumpang per orangan hanya dikenakan Rp 5 ribu.
Alung (39), salah seorang penambang motor klotok mengungkapkan, dirinya sudah membawa motor klotok sejak 2003 hingga saat ini. Alung satu diantara banyak penambang yang menggantungkan hidupnya sebagai penambang motor klotok untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, lantaran tidak ada pekerjaan lain.
Motor klotok mengangkut penumpang dan barang dari steigher Pasar Sekadau menuju Seberang Kapuas. Foto: Dina Mariana/Hi!Pontianak
“Kalau penghasilan memang tidak menentu. Kalau lagi ramai bisa dapat Rp 100 hingga Rp 200 ribu per hari,” kata ayah 2 anak itu kepada Hi!Pontianak, Kamis (21/11).
Alung menambang menggunakan motor klotok miliknya sendiri. Dulu, motor klotok itu dibeli agar dirinya bisa menambang. Hasil tambang itulah, ia gunakan untuk mencukupi kehidupan keluarganya sehari-hari.
ADVERTISEMENT
“Beli motor klotok itulah jadi modal untuk menambang. Kalau menambang biasanya dari jam 06.00-18.00 WIB," ucap Alung.
Sementara itu, Jumadi Jon (52) mengatakan, dirinya pernah menambang motor klotok dari 2001-2017. Namun, karena usianya yang tak lagi muda, Jon kini menjadi pengawas untuk mengatur para penambang yang akan mengangkut penumpang.
Motor klotok yang berlalu lalang di Sungai Kapuas. Foto: Dina Mariana/Hi!Pontianak
“Tidak ada kerja, bagaimana? Kalau mau kerja kayu tidak bisa, mau noreh karet, harganya murah, sawit apalagi. Otomatis lari ke penambang kerjanya, itu yang pasti,” ungkap Jon.
Kendati hasil menajadi pengawas atau pun penambang pas-pasan, yang terpenting bagi mereka bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mengingat, penambang motor klotok semakin banyak.
“Saya juga sudah tidak mampu ngangkut barang berat. Otomatis tidak nambang lagi, sekarang ngatur antrean tambang yang bawa penumpang. Kita juga kan ada koperasinya,” beber Jon.
Para penambang bahu-membahu mengangkat sepeda motor milik penumpang. Foto: Dina Mariana/Hi!Pontianak
Di Seberang Kapuas, kata dia, penambang diatur menggunakan sistem antrean. Sehingga, para penambang tidak saling berebut penumbang.
ADVERTISEMENT
Selain itu, tidak semua penambang memiliki motor klotok sendiri. Banyak diantara mereka membawa motor klotok milik orang lain. Biasanya digunakan sistem bagi hasil antara penambang dengan pemilik motor klotok.
“Kalau motor klotok ada yang punya pribadi ada yang bawa punya orang. Kalau yang punya pribadi biasanya nambang dari pagi sampai sore. Kemudian ganti lagi orang yang bawanya,” tutur Jon.
Aktivitas di steigher kawasan Pasar Sekadau. Foto: Dina Mariana/Hi!Pontianak